Senin, 17 Februari 2020

Senja di Pantai Warna Oesapa


Ngainun Naim
Senja

Ini merupakan perjalanan pertama saya ke Kupang. Karena itu saya berusaha memanfaatkan waktu yang ada sebaik mungkin. Salah satunya adalah dengan mengunjungi tempat yang indah.

Pukul 16.30 hari Kamis 13 Februari 2020 kawan dosen STAKN Kupang, Rinto Hasiholan Hutapea, sampai di lobi Hotel Sahid T-More. Setelah berbincang sejenak kami sepakat menuju Pantai Warna Oesapa. Kami pun pesan grab car.
Dari kiri ke kanan: Dr. Moh. Yasin, Dr. Zainul Abbas, Dr. Mahrus El Mawa, saya, dan Dr. Nazar Naamy.
 
Rupanya jarak dari hotel ke lokasi tidak terlalu jauh. Berlima--saya, Mas Rinto, Pak Mahrus, Pak Yasin, dan Pak Abbas--naik Grab. Saya menikmati suasana kota di ujung timur Indonesia tersebut.

Tidak sampai 15 menit kami sampai di lokasi. Kupang merupakan sebuah kota pegunungan yang berhadapan langsung dengan pantai. Pantainya cukup indah. Sayangnya belum dikelola secara baik.
Saya, Rinto Hasiholan Hutapea, Dr. Zainul Abbas, dan Dr. Moh. Yasin
 
Berlima kami menyusuri bibir pantai. Kami kemudian berlabuh ke sebuah kafe sederhana. Namanya "Satu Kaki Coffe". Di kafe ini kami memesan pisang bakar dan jagung bakar. Minumnya, tentu, kopi.

Diskusi cum Wefie

Sesaat kemudian kawan-kawan menyusul. Mereka adalah para Ketua LP2M berbagai PTKIN. Total 15 orang berkumpul. Maka senja itu kami isi dengan diskusi. Ternyata asyik sekali diskusi di senja yang temaram.

Gelap mulai menyelimuti pantai. Hujan rintik mulai turun. Kami pun mengakhiri diskusi dan kembali ke Hotel Sahid T-More tempat kami menginap. Tubuh sudah lelah dan minta ditunaikan haknya.

Kupang--Trenggalek, 14-15 Februari 2020

12 komentar:

  1. Mantap prof, semoga bisa berkunjung di bima lain kali prof.

    BalasHapus
  2. Wah....ternyata sudah sampai di sini ya Pak... berikutnya kalau ke sini lagi, mesti keliling ke temoat yang lebih jauh lagi, Pak

    Theodolfi

    BalasHapus
  3. Wow... Enak banget dibaca tulisannya, prof... Saya wong Galek, juga, dipesisir selatan Prigi. Mohon doanya, menyusul belajar menulis

    BalasHapus
  4. Tujuh paragraf pendek yang bercerita ya, Prof. sepertinya Prof. Ngaimun akan menggantikan Ibunda saya, menjadi inspirasi dan spirit untuk terus menulis apa saja yang dilihat, dialami dan dirasakan.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.