Ngainun
Naim
![]() |
Senja |
Ini
merupakan perjalanan pertama saya ke Kupang. Karena itu saya berusaha
memanfaatkan waktu yang ada sebaik mungkin. Salah satunya adalah dengan
mengunjungi tempat yang indah.
Pukul
16.30 hari Kamis 13 Februari 2020 kawan dosen STAKN Kupang, Rinto Hasiholan
Hutapea, sampai di lobi Hotel Sahid T-More. Setelah berbincang sejenak kami
sepakat menuju Pantai Warna Oesapa. Kami pun pesan grab car.
![]() |
Dari kiri ke kanan: Dr. Moh. Yasin, Dr. Zainul Abbas, Dr. Mahrus El Mawa, saya, dan Dr. Nazar Naamy. |
Rupanya
jarak dari hotel ke lokasi tidak terlalu jauh. Berlima--saya, Mas Rinto, Pak
Mahrus, Pak Yasin, dan Pak Abbas--naik Grab. Saya menikmati suasana kota di
ujung timur Indonesia tersebut.
Tidak
sampai 15 menit kami sampai di lokasi. Kupang merupakan sebuah kota pegunungan
yang berhadapan langsung dengan pantai. Pantainya cukup indah. Sayangnya belum
dikelola secara baik.
![]() |
Saya, Rinto Hasiholan Hutapea, Dr. Zainul Abbas, dan Dr. Moh. Yasin |
Berlima
kami menyusuri bibir pantai. Kami kemudian berlabuh ke sebuah kafe sederhana.
Namanya "Satu Kaki Coffe". Di kafe ini kami memesan pisang bakar dan
jagung bakar. Minumnya, tentu, kopi.
![]() |
Diskusi cum Wefie |
Sesaat
kemudian kawan-kawan menyusul. Mereka adalah para Ketua LP2M berbagai PTKIN.
Total 15 orang berkumpul. Maka senja itu kami isi dengan diskusi. Ternyata
asyik sekali diskusi di senja yang temaram.
Gelap
mulai menyelimuti pantai. Hujan rintik mulai turun. Kami pun mengakhiri diskusi
dan kembali ke Hotel Sahid T-More tempat kami menginap. Tubuh sudah lelah dan
minta ditunaikan haknya.
Kupang--Trenggalek,
14-15 Februari 2020
Mantap....
BalasHapusSuwun Kang
HapusMantap prof, semoga bisa berkunjung di bima lain kali prof.
BalasHapusAmin. Mohon doanya.
Hapusjadi pingin ke kupang
BalasHapusSemoga terkabul
HapusWah....ternyata sudah sampai di sini ya Pak... berikutnya kalau ke sini lagi, mesti keliling ke temoat yang lebih jauh lagi, Pak
BalasHapusTheodolfi
Siap. Semoga ada kesempatan lagi
HapusMantap Prof..
BalasHapusTulisannya asik dibaca Prof.
BalasHapusWow... Enak banget dibaca tulisannya, prof... Saya wong Galek, juga, dipesisir selatan Prigi. Mohon doanya, menyusul belajar menulis
BalasHapusTujuh paragraf pendek yang bercerita ya, Prof. sepertinya Prof. Ngaimun akan menggantikan Ibunda saya, menjadi inspirasi dan spirit untuk terus menulis apa saja yang dilihat, dialami dan dirasakan.
BalasHapus