Oleh
Ngainun Naim
Rencana
sudah disusun tanpa spekulasi tetapi Allah yang mengeksekusi—Ngainun
Naim
Tanggal 8 Juli 2019—sekitar
tiga minggu sebelum acara Seminar dan Kopdar Sahabat Pena Kita (SPK) ketiga
yang dilaksanakan di Kampus Konservasi Universitas Negeri Semarang—saya membentuk
grup WA. Saya memberi nama grup itu Kopdar SPK Semarang. Anggotanya saya
sendiri, Dr. Eni Setyowati, Pak Budi Harsono, Mbak Ekka Zahra Puspita, Mas Ahmad
Fahruddin, Bu Tuti Haryati, dan Mas Ahmad Mustamsikin. Tujuannya untuk
mempersiapkan hal-hal teknis terkait keberangkatan ke acara di Semarang.
Sambutan WR IV Universitas Negeri Semarang |
Sampai saat
keberangkatan, ada dinamika yang unik. Maju-mundur antara berangkat dan tidak
di antara anggota grup. Ahmad Mustamsikin tidak bisa berangkat. Pak Budi
Harsono berangkat dulu naik kereta api karena badan kurang fit. Beliau berharap
kondisi fisik sudah lebih baik karena memiliki waktu istirahat yang cukup. Akhirnya,
saat berangkat 5 orang dalam satu kendaraan.
Beberapa hari sebelumnya,
tepatnya hari selasa tanggal 23 Juli 2019 saya terbang ke Makassar dan
melanjutkan perjalanan darat ke Parepare. Saya diundang untuk mengisi acara Academic Writing pada tanggal 24 Juli.
Esoknya, 25 Juli saya kembali ke Surabaya.
Sesaat sebelum berangkat
ke Makassar, sebuah undangan dari Jakarta datang. Saya pun meminta staf di
kantor untuk mengurus administrasi keberangkatan ke Jakarta. Acara di Jakarta
pada tanggal 25-26 Juli. Rencana awal saya akan datang ke Jakarta setelah
terbang Makassar Surabaya. Setelah acara di Jakarta usai, pada jumat sore saya
akan terbang ke Semarang. Lalu sabtu pagi bergabung ke acara SPK yang digelar
di Unnes.
Rencana sudah rapi tapi
Allah yang mengeksekusi. Sejak di Parepare badan saya kurang fit. Saya demam,
perut kembung, dan rasa fisik betul-betul tidak nyaman. Melihat kondisi yang
semacam itu, saya tidak bisa memaksakan diri ke Jakarta. Saya minta maaf ke
panitia di Jakarta. Saya pulang ke Trenggalek dan berobat.
Alhamdulillah, kondisi badan
sudah lumayan setelah istirahat dan mendapatkan obat dari dokter. Maka sabtu
pagi kami berlima meluncur dari Tulungagung menuju Semarang via tol. Sungguh
jalan tol sangat membantu mempercepat sampai tujuan. Jam 05.00 pagi berangkat
dari Tulungagung, jam 10.00 sudah masuk ke pintu tol di Semarang. Padahal sudah
istirahat 2 kali.
Jika jam 10.00 sudah
sampai Semarang, kenapa baru sampai Unnes jam 12.00? Nah, itu uniknya.
Perjalanan kali ini saya gantian sama Mas Fahru. Ketika dia nyopir saya
istirahat. Sementara saat saya istirahat, dia yang nyopir. Pokoknya unik,
dinamis, dan menarik. Ada guyon. Ada kesasar. Ada juga usaha bersama.
Berlima dalam satu mobil
membuat kami akrab. Meskipun dari daerah yang hampir sama, ternyata kami belum
semuanya saling mengenal. Saya baru bertemu dengan Ibu Tuti Haryati dan
berbincang ya di dalam mobil itu. SPK membuat persaudaraan semakin erat.
Keakraban semakin terasa saat kami berkumpul di lokasi seminar. Kopdar pada malam
harinya di Ungaran membuat kami merasa sebagai keluarga besar.
Santai di Eling Bening |
Mas Agung Kuswantoro dan pimpinan
Universitas Negeri Semarang adalah pihak yang harus saya apresiasi. Perhatian,
fasilitas, dan dukungan sepenuhnya terhadap seminar SPK sungguh luar biasa.
Tanpa itu semua, mustahil acara seheboh itu bisa terlaksana.
Bu Kanjeng Sri Sugiastuti
dan Bu Budiyanti adalah panitia yang luar biasa. Saya sungguh salut. Beliau
berdua penuh dedikasi membuat kopdar kali ini sungguh berarti. Tentu,
pihak-pihak lainnya juga memiliki peranan penting demi suksesnya acara.
Seperti saya sampaikan
saat seminar, spirit literasi adalah substansi bergabung dengan komunitas ini.
Saya menemukan banyak ilmu di "keluarga" ini. Ilmu apa pun, khususnya
literasi. Jika saya sedang tidak bersemangat menulis, saya baca catatan demi
catatan di grup WA SPK. Biasanya setelah membaca tulisan demi tulisan, energi
menulis saya perlahan tapi pasti bangkit kembali.
Hanya itu? Jelas tidak.
Ada banyak lagi manfaat yang tidak bisa saya ceritakan. Saya berharap
persaudaraan yang terbangun bisa abadi. Dunia akhirat.
Samarinda,
31 Juli 2019
Alhamdulillah, ada dalam persaudaraan dan persahabatan ini. Sungguh pegiat literasi yang luar biasa
BalasHapusMatur sembah nuwun sanget Ibu Kanjeng
HapusSemoga tetap dilimpahi kesehatan dan keselamatan sehingga terus bisa menggelorakan semangat literasi di seantero negeri.
BalasHapusAmin. Terima kasih ya Allah atas doanya mas.
BalasHapusLuar biasa dalam sakit dan lelah tetap ikut kegiatan literasi
BalasHapus