Oleh Ngainun Naim
Inovasi menjadi kata
kunci yang penting dalam kerangka membangun kampus. Tanpa adanya inovasi,
kampus akan kehilangan relevansinya dengan perkembangan masyarakat. Inovasi
menjadi tantangan besar yang harus disikapi oleh setiap kampus agar mampu
membaca dinamika dan perkembangan zaman.
Pentingnya inovasi ini
menjadi pokok-pokok pikiran yang disampaikan oleh Sekretaris Direktur Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Dr. Imam Syafi’i, M.Pd., saat memberikan
pembekalan kepada Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN IAN Tulungagung Gelombang
II tahun 2019. Acara yang dilaksanakan pada 16 Juli 2019 di Lantai 3 Rektorat
tersebut dihadiri oleh para dosen DPL KKN IAIN Tulungagung. Menurut beliau,
inovasi itu penting karena ada tiga tugas pokok kampus, yaitu mencetak scholar,
creator, dan inventor.
Scholar itu bisa dicetak
melalui proses pembelajaran sebagaimana lazimnya. Sepanjang proses pembelajaran
dijalani secara baik, seorang mahasiswa akan bisa lulus sebagai seorang
sarjana. Tetapi tidak semua sarjana bisa menjadi creator, apalagi menjadi
inventor. Pada titik inilah dosen memegang peranan penting.
Sesuatu dikatakan inovasi
jika memenuhi paling tidak tiga hal, yaitu: the first, the best, dan the
different. Tiga aspek ini penting untuk menjadi perhatian jika ingin memberikan
dimensi inovatif bagi kampus. Kegiatan rutin di kampus tanpa inovasi akan
kehilangan “ruh”. Inovasi yang membuat kegiatan kampus selalu dinamis dan
menghadirkan hal baru.
Aspek lain yang juga
ditekankan oleh Sekretaris Dirjen Pendis adalah pentingnya membangun idealisme.
Tanpa idealisme, kerja-kerja yang kita lakukan akan menjadi mekanis. Tidak ada
orientasi yang memiliki perspektif yang lebih luhur. Karena itulah, kita harus
memiliki cita-cita yang tinggi sebab banyak orang yang menyesal karena memiliki
cita-cita rendah lalu tercapai. Keberhasilan kita sesungguhnya setara dengan
perjuangan yang kita lakukan.
Beliau membuat analogi
yang cukup menarik. Kata beliau, gelas itu jika diisi pasir maka batu akan
sulit masuk. Sementara jika diisi dengan batu, pasir masih bisa masuk. Begitu
juga dengan kita. Jika kepala kita sibuk diisi hanya dengan hal-hal kecil dan
remeh maka ide-ide besar untuk kemajuan akan sulit masuk. Tetapi jika kita
memiliki ide dan gagasan besar maka hal-hal kecil akan mudah untuk
menyesuaikan. Karena itulah, berpikir tentang sesuatu yang besar itu penting
sekali.
Berkaitan dengan dosen,
beliau membuat 4 tipe. Pertama, dosen
yang tipenya hanya berpikir saja. Hari-harinya habis hanya untuk berpikir dan
berdebat. Kedua, dosen yang hobinya
menulis apa yang dipikirkan. Ketiga, dosen
yang hobinya mengerjakan apa yang ditulis. Dan keempat, dosen yang menulis yang dikerjakan. Nah, dosen seharusnya
memilih posisi yang tepat di antara keempat tipe tersebut agar mendukung
terhadap inovasi.
Pada bagian akhir Dr.
Imam Syafi’i mengajak semua DPL untuk berani bermimpi besar. Mimpi besar
merupakan salah satu upaya untuk menentukan arah bagi tujuan yang jelas. Tanpa
mimpi, kemajuan tidak akan tercapai. Tentu saja, mimpi itu harus diterjemahkan
menjadi program nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.