Senin, 22 April 2013

SABAR [BAGIAN KETIGA]



Pada bagian ketiga ini, saya ingin mengaitkan antara sabar dengan sukses. Intinya, sabar itu menjadi salah satu kunci yang mengantarkan seseorang mencapi sukses.
Tesis ini sesungguhnya sudah menjadi rahasia umum. Siapapun tahu bahwa untuk mencapai sukses diperlukan kesabaran yang tinggi. Pentingnya sabar ini tidak hanya berdasarkan argumen yang berasal dari teks ajaran agama, tetapi juga berdasarkan penelitian ilmiah.
Berkaitan dengan hal ini, sekali lagi saya menjadikan buku Goleman sebagai rujukan. Pada halaman 113-116 diuraikan tentang riset yang dilakukan ahli psikologi Walter Mischel pada tahun 1960-an di taman kanak-kanak di kampus Stanford University. Studi ini—ini yang menurut saya luar biasa—melacak anak-anak umur empat tahun hingga mereka lulus dari sekolah menengah atas.
Substansi penelitiannya adalah bagaimana respon anak-anak yang diteliti. Kepada mereka diberikan dua bungkus marshmallow sebagai hadiahnya. Beberapa anak umur empat tahun mampu menunggu kembalinya si peneliti selama lima belas hingga dua puluh menit. Agar berhasil melewati godaan, mereka menutup mata sehingga tidak melihat marshmallow yang dijadikan iming-iming, atau menaruh kepala di lengan, berbicara sendiri, bernyanyi, melakukan permainan dengan kaki dan tangan, bahkan mencoba untuk tidur. Anak-anak TK yang gigih ini mendapatkan imbalan dua bungkus marshmallow. Tetapi yang lain-lainnya, yaitu anak-anak yang menurutkan kata hati—saya memahaminya sebagai tidak sabar—langsung menyambar marshmallow.
Goleman menjelaskan bahwa daya diagnostik tentang bagaimana menghadapi dorongan hati menjadi jelas sekitar dua belas hingga empat belas tahun kemudian, ketika anak-anak itu berusia remaja. Anak-anak yang mampu menahan godaan merupakan remaja yang secara sosial lebih cakap: secara pribadi lebih efektif, lebih tegas, dan lebih mampu menghadapi kekecewaan hidup. Mereka tidak mudah hancur, menyerah, atau surut.
Sementara mereka yang tidak sabar, cenderung kurang memiliki sifat-sifat positif; menjauhi hubungan sosial, keras kepalam mudah tertelan kekecewaan, mudah menyerah, dan kurang sukses.
Paparan Goleman secara jelas menunjukkan bahwa kesabaran yang dipupuk sejak dini merupakan sarana penting yang mengantarkan seseorang menjadi manusia yang sukses. Karena itu, watak sabar harus dipupuk dan dikelola sejak dini agar anak-anak mampu mencapai sukses dalam hidupnya.
Sabar memang lebih mudah diucapkan daripada dipraktikkan. Saya meyakini bahwa sabar harus terus dilatih dan dikondisikan agar kita mampu menjalani kehidupan ini sebaik mungkin. Salam [Trenggalek-Tulungagung, Senin, 22 April 2013].

1 komentar:

  1. "...sabar harus terus dilatih dan dikondisikan agar kita mampu menjalani kehidupan ini sebaik mungkin."

    Nggeh! dan cara terbaik untuk bersabar adalah dengan mengisi waktu dengan berbagai hal positif.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.