Pada bagian
ketiga ini, saya ingin mengaitkan antara sabar dengan sukses. Intinya, sabar
itu menjadi salah satu kunci yang mengantarkan seseorang mencapi sukses.
Tesis ini
sesungguhnya sudah menjadi rahasia umum. Siapapun tahu bahwa untuk mencapai
sukses diperlukan kesabaran yang tinggi. Pentingnya sabar ini tidak hanya
berdasarkan argumen yang berasal dari teks ajaran agama, tetapi juga
berdasarkan penelitian ilmiah.
Berkaitan dengan
hal ini, sekali lagi saya menjadikan buku Goleman sebagai rujukan. Pada halaman
113-116 diuraikan tentang riset yang dilakukan ahli psikologi Walter Mischel
pada tahun 1960-an di taman kanak-kanak di kampus Stanford University. Studi
ini—ini yang menurut saya luar biasa—melacak anak-anak umur empat tahun hingga
mereka lulus dari sekolah menengah atas.
Substansi
penelitiannya adalah bagaimana respon anak-anak yang diteliti. Kepada mereka
diberikan dua bungkus marshmallow sebagai
hadiahnya. Beberapa anak umur empat tahun mampu menunggu kembalinya si peneliti
selama lima belas hingga dua puluh menit. Agar berhasil melewati godaan, mereka
menutup mata sehingga tidak melihat marshmallow
yang dijadikan iming-iming, atau menaruh kepala di lengan, berbicara
sendiri, bernyanyi, melakukan permainan dengan kaki dan tangan, bahkan mencoba
untuk tidur. Anak-anak TK yang gigih ini mendapatkan imbalan dua bungkus marshmallow. Tetapi yang lain-lainnya,
yaitu anak-anak yang menurutkan kata hati—saya memahaminya sebagai tidak
sabar—langsung menyambar marshmallow.
Goleman
menjelaskan bahwa daya diagnostik tentang bagaimana menghadapi dorongan hati
menjadi jelas sekitar dua belas hingga empat belas tahun kemudian, ketika
anak-anak itu berusia remaja. Anak-anak yang mampu menahan godaan merupakan
remaja yang secara sosial lebih cakap: secara pribadi lebih efektif, lebih
tegas, dan lebih mampu menghadapi kekecewaan hidup. Mereka tidak mudah hancur,
menyerah, atau surut.
Sementara mereka
yang tidak sabar, cenderung kurang memiliki sifat-sifat positif; menjauhi
hubungan sosial, keras kepalam mudah tertelan kekecewaan, mudah menyerah, dan
kurang sukses.
Paparan Goleman
secara jelas menunjukkan bahwa kesabaran yang dipupuk sejak dini merupakan
sarana penting yang mengantarkan seseorang menjadi manusia yang sukses. Karena
itu, watak sabar harus dipupuk dan dikelola sejak dini agar anak-anak mampu
mencapai sukses dalam hidupnya.
Sabar memang lebih mudah diucapkan daripada
dipraktikkan. Saya meyakini bahwa sabar harus terus dilatih dan dikondisikan
agar kita mampu menjalani kehidupan ini sebaik mungkin. Salam [Trenggalek-Tulungagung, Senin, 22 April 2013].
"...sabar harus terus dilatih dan dikondisikan agar kita mampu menjalani kehidupan ini sebaik mungkin."
BalasHapusNggeh! dan cara terbaik untuk bersabar adalah dengan mengisi waktu dengan berbagai hal positif.