Jumat, 06 Juni 2025

Mudah, Bukan Menganggap Mudah



 Ngainun Naim

 

Kebaikan itu harus dilakukan. Jika menemukan kebaikan, di mana saja, sebaiknya segera dikabarkan agar bisa menjadi energi berantai yang memunculkan kebaikan demi kebaikan berikutnya.

Inti pemikiran di atas saya peroleh setelah saya membaca tulisan seorang sahabat yang aktif di dunia literasi. Beliau bukan hanya sahabat tetapi juga guru saya menulis. Dulu, ketika awal belajar menulis, saya mendapatkan banyak pengetahuan dan semangat dari beliau.

Pendapat beliau perlu saya kutip karena menemukan relevansinya dengan pengalaman beberapa waktu lalu. Pengalaman tentang kebaikan yang perlu untuk dikabarkan.

Salah satu hal yang saya syukuri dalam hidup ini adalah seringkali mendapatkan pelajaran hidup dari orang-orang yang alim. Mereka mengajarkan tentang banyak hal, baik ilmu, perkataan, maupun perbuatan.

Satu pelajaran lagi saya peroleh dari seorang guru besar dari Universitas Negeri Surabaya. Hari Rabo, 4 Juni 2025, beliau menjadi penguji eksternal disertasi di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Kebetulan saya menjadi anggota penguji.

Saat bersama beliau di meja penguji, saya merasa sedang belajar lagi. Pertanyaan, saran, dan perspektif yang beliau sampaikan bagi saya adalah ilmu. Saya mencatat poin demi poin penting yang bisa memperkuat keilmuan saya.

Selain ilmu, beliau juga berkisah tentang bagaimana beliau berlaku dalam hidup, khususnya dalam kaitannya dengan profesi sebagai dosen. Bagi beliau, untuk urusan dengan orang lain, jangan dipersulit. Mudah, namun jangan mempermudah.

Ini penting saya catat. Jangan mempermudah, dalam konteks beliau, melanggar alur dan prosedur asal tujuan tercapai. Ini tidak baik dilakukan.

Dalam urusan bimbingan, misalnya, beliau selalu menjawab WA mahasiswa dengan cepat. Dengan begitu mahasiswa tidak merasa digantung.

Jika ada mahasiswa mau bimbingan, misalnya, tidak harus di kampus. Bisa di rumah, atau bahkan beliau pernah melayani bimbingan dengan janjian di sebuah acara resepsi. Ini dilakukan karena jika mahasiswa harus ke rumah beliau, butuh biaya banyak. Juga butuh waktu yang tidak sedikit. Itu pun janjiannya tidak selalu sederhana.

Tentu, semua dilakukan dalam kerangka ibadah. Ketika urusan tidak dipersulit, Allah akan membalasnya dengan kemudahan demi kemudahan. Amin.

 

Trenggalek, 6 Juni 2025

6 komentar:

  1. Sepakat dengan yang Bapak tulis diatas bahwa mengabarkan kebaikan akan berefek positif berantai. Dalam kehidupan pribadi saya sekuat upaya diusahakan demikian, walau kadang lidah terlepas juga mengabarkan hal yang tidak baik.

    Btw, Pak blog yang spirit literasi kenapa tidak bisa dikunjungi ya? Unreachable, begitu messagenya.
    Atau sekarang Bapak menulis di blog ini?
    Mohon informasinya.

    Salam hangat dari saya di Sukabumi,

    BalasHapus
  2. Rupanya yang spirit literasi itu ubah alamat situsnya ya Pak.
    Yang masih tercatat di feedly saya alamatnya masih "spirit-literasi(dot)id" padahal sudah berganti alamat ke "spiritliterasi(dot)com"

    Demikian ya Pak?

    Salam,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya Pak. Blog spiritliterasi memang ada persoalan teknis. Baru kemarin berhasil dibenahi oleh staf. Blog ini memang saya rencanakan untuk menulis yang ringan-ringan. Blog spirit literasi untuk tulisan yang lebih panjang.

      Hapus
    2. Oh demikian rupanya dengan blog spirit-literasi.
      Baik Pak saya save kedua blog Bapak tersebut.

      Salam,

      Hapus
  3. dosen yang baik hati ya seperti itu, mampu memahami kesulitan mahasiswanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Omjay. Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya.

      Hapus

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.