Ngainun Naim
Hal
ini berbeda benar dengan orang-orang yang cepat beradaptasi menerima hal-hal
baru (growth mindset). Meski saat sekolah tidak seberapa pintar,
kecerdasan mereka dapat dikembangkan dan dilatih karena mereka terbuka
terhadap masukan-masukan dan kritik (Rhenald Kasali, Strawberry
Generation (Bandung: Mizan, 2017), 4.
Perubahan merupakan
realitas yang tidak bisa dihindari.
Ia telah ada, hadir, dan menjadi bagian yang tidak terpisah dari kehidupan.
Disadari atau tidak, kita hari ini telah ikut dalam arus perubahan yang semakin
hari semakin dinamis dan intensif.
Jika kita cermati, perubahan
tidak terjadi secara alami. Ada banyak faktor yang berkait-kelindan dan
mempengaruhi jalannya perubahan. Salah satunya adalah globalisasi.
Banyak pihak yang
kurang peduli dengan realitas yang tengah berlangsung. Hidup dijalani
sebagaimana biasanya. Padahal, pelan tetapi pasti, arus perubahan tengah
berlangsung.
Pengetahuan dan
pemahaman tentang perubahan ini penting ditumbuhkan sebagai modal untuk menentukan
sikap yang tepat. Perubahan sebagai
aspek yang hadir dalam era globalisasi menghadirkan dua dimensi sekaligus:
positif dan negatif. Ini penting untuk dipahami agar tidak larut dalam arus
yang merusak.
Sikap yang penting
dikembangkan adalah berlaku kritis terhadap realitas. Bagi kader PMII, ini hal yang harus terus diasah. Tentu bukan
sebatas kritis. Dzikir, fikir, dan amal shaleh adalah trilogi yang harus terus
dirawat secara konsisten.
Jangan sampai kritis
tetapi tidak berdzikir. Juga jangan menjalankan amal shaleh tetapi mengabaikan
dimensi fikir dan dzikir. Sama halnya juga rajin berdzikir namun mengabaikan
fikir dan amal shaleh.
Para pendiri PMII
merumuskan jargon, juga visi misi organisasi ini secara serius. Tugas kita adalah
memahami, mengimplementasikan, dan melakukan kontekstualisasi sesuai dengan
dinamika perkembangan zaman.
Aspek yang penting
ditumbuhkembangkan pada kader PMII hari ini adalah mempersiapkan diri sebaik
mungkin dalam menghadapi perubahan. Momentum
Harlah PMII ke-65 pada tahun 2025 ini menemukan momentum untuk mempersiapkan
diri secara baik.
Tema “Generasi Hebat
Penggerak Perubahan” bukan sebatas tema namun harus diterjemahkan dan
dikontekstualisasikan dalam tindakan. Perubahan
tidak harus ditakuti. Juga jangan sampai kita larut dalam arus perubahan,
khususnya pada dimensi yang negatif. Kita justru harus menjadi penggerak
perubahan.
Menjadi penggerak itu
akan sebatas teori jika tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman. Penggerak adalah mereka yang memiliki pengetahuan
memadai, pengalaman matang, dan keberanian melangkah secara strategis (Daniel
Nugroho, The Magic of Habit, Yogyakarta:
Araska, 2021).
Sebagaimana ditegaskan
oleh Ketua IKA PMII Tulungagung, Khoirudin Abbas, bahwa hal penting untuk
menyongsong perubahan—apalagi menjadi penggerak perubahan—adalah memiliki
kemampuan komunikasi dan kolaborasi. Sulit melakukan perubahan jika mindset-nya
tidak terbuka terhadap aneka masukan. Apalagi jika menjadikan PMII sebagai batu
pijakan untuk mencapai tujuan personal yang pragmatis.
Ini berarti kader
PMII dalam menghadapi perubahan harus memiliki integritas. Tanpa integritas, seluruh bangunan kesuksesan akan
runtuh. Hanya soal waktu. Jika tidak sekarang, nanti waktu yang akan
membuktikan.
Oleh karena itu,
dalam momentum Harlah PMII yang ke-65, ini merupakan menjadi titik pijak
kemajuan organisasi. Memanfaatkan setiap kesempatan secara maksimal demi
kemajuan diri dan organisasi.
Tulungagung, 25 April 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.