Jumat, 25 April 2025

Menjadi Generasi Penggerak Perubahan



 Ngainun Naim

 

Hal ini berbeda benar dengan orang-orang yang cepat beradaptasi menerima hal-hal baru (growth mindset). Meski saat sekolah tidak seberapa pintar, kecerdasan mereka dapat dikembangkan dan dilatih karena mereka terbuka terhadap masukan-masukan dan kritik (Rhenald Kasali, Strawberry Generation (Bandung: Mizan, 2017), 4.

 

Perubahan merupakan realitas yang tidak bisa dihindari. Ia telah ada, hadir, dan menjadi bagian yang tidak terpisah dari kehidupan. Disadari atau tidak, kita hari ini telah ikut dalam arus perubahan yang semakin hari semakin dinamis dan intensif.

Jika kita cermati, perubahan tidak terjadi secara alami. Ada banyak faktor yang berkait-kelindan dan mempengaruhi jalannya perubahan. Salah satunya adalah globalisasi.

Banyak pihak yang kurang peduli dengan realitas yang tengah berlangsung. Hidup dijalani sebagaimana biasanya. Padahal, pelan tetapi pasti, arus perubahan tengah berlangsung.

Pengetahuan dan pemahaman tentang perubahan ini penting ditumbuhkan sebagai modal untuk menentukan sikap yang tepat. Perubahan sebagai aspek yang hadir dalam era globalisasi menghadirkan dua dimensi sekaligus: positif dan negatif. Ini penting untuk dipahami agar tidak larut dalam arus yang merusak.

Sikap yang penting dikembangkan adalah berlaku kritis terhadap realitas. Bagi kader PMII, ini hal yang harus terus diasah. Tentu bukan sebatas kritis. Dzikir, fikir, dan amal shaleh adalah trilogi yang harus terus dirawat secara konsisten.

Jangan sampai kritis tetapi tidak berdzikir. Juga jangan menjalankan amal shaleh tetapi mengabaikan dimensi fikir dan dzikir. Sama halnya juga rajin berdzikir namun mengabaikan fikir dan amal shaleh.

Para pendiri PMII merumuskan jargon, juga visi misi organisasi ini secara serius. Tugas kita adalah memahami, mengimplementasikan, dan melakukan kontekstualisasi sesuai dengan dinamika perkembangan zaman.

Aspek yang penting ditumbuhkembangkan pada kader PMII hari ini adalah mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam menghadapi perubahan. Momentum Harlah PMII ke-65 pada tahun 2025 ini menemukan momentum untuk mempersiapkan diri secara baik.

Tema “Generasi Hebat Penggerak Perubahan” bukan sebatas tema namun harus diterjemahkan dan dikontekstualisasikan dalam tindakan. Perubahan tidak harus ditakuti. Juga jangan sampai kita larut dalam arus perubahan, khususnya pada dimensi yang negatif. Kita justru harus menjadi penggerak perubahan.

Menjadi penggerak itu akan sebatas teori jika tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman. Penggerak adalah mereka yang memiliki pengetahuan memadai, pengalaman matang, dan keberanian melangkah secara strategis (Daniel Nugroho, The Magic of Habit, Yogyakarta: Araska, 2021).

Sebagaimana ditegaskan oleh Ketua IKA PMII Tulungagung, Khoirudin Abbas, bahwa hal penting untuk menyongsong perubahan—apalagi menjadi penggerak perubahan—adalah memiliki kemampuan komunikasi dan kolaborasi. Sulit melakukan perubahan jika mindset-nya tidak terbuka terhadap aneka masukan. Apalagi jika menjadikan PMII sebagai batu pijakan untuk mencapai tujuan personal yang pragmatis.

Ini berarti kader PMII dalam menghadapi perubahan harus memiliki integritas. Tanpa integritas, seluruh bangunan kesuksesan akan runtuh. Hanya soal waktu. Jika tidak sekarang, nanti waktu yang akan membuktikan.

Oleh karena itu, dalam momentum Harlah PMII yang ke-65, ini merupakan menjadi titik pijak kemajuan organisasi. Memanfaatkan setiap kesempatan secara maksimal demi kemajuan diri dan organisasi.

 

Tulungagung, 25 April 2025

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.