Ngainun Naim
Pesawat Super Air Jet dari Surabaya landing di
Bandara Hasanuddin Makassar pukul 15.10. Sepanjang perjalanan sengaja saya
manfaatkan waktu untuk istirahat. Saya pejamkan mata dan terlelap meskipun
tidak sepenuhnya.
Istirahat sangat penting. Di tengah-tengah aktivitas,
saya kerap memanfaatkan jeda dengan memejamkan mata. Memang tidak maksimal
namun setidaknya bisa menabung energi.
Saya duduk di kursi nomor 23 C. Jadi harus sabar menunggu
turunnya penumpang di depan yang antre untuk turun. Sesaat kemudian giliran
turun tiba. Saya segera memandu mahasiswa yang ikut dalam rombongan ke tempat
pengambilan bagasi. Sesuai informasi, tempatnya ada di counter 4.
Karena tampaknya masih lama, saya bersegera ke musola.
Saya ingin solat jamak. Rupanya musola kecil itu tidak mampu menampung jumlah
orang yang akan solat. Penuh sesak.
Saya segera melepas tas ransel lalu antri mengambil air
wudhu. Setelah usai saya segera memakai sepatu kembali. Kuatir anak-anak sudah
mendapatkan kopernya.
Ternyata koper belum juga sampai. Sesaat saya duduk
sambil membuka hape. Tetiba saya teringat tas ransel yang tadi saya letakkan di
musola. Saya pun segera berlari. Berharap tas tidak hilang.
Plong. Itu yang saya rasakan. Tas masih utuh. Tidak
berpindah tempat atau diambil orang. Sungguh saya sangat bersyukur. Tidak
terbayangkan seandainya tas itu raib.
Segera tas saya ambil. Saya berpikir untuk salat bersama
rombongan. Apalagi anak-anak sudah menunggu karena koper sudah diambil.
Kami segera keluar. Panitia sudah menjemput. Beberapa
kawan sudah ada di sekitar bus.
Kami pun bergabung. Berkenalan, berdiskusi, dan berbincang
tentang banyak hal.
Hari semakin petang. Kami belum solat dan makan. Saya
sampaikan ke panitia untuk memprioritaskan mencari masjid agar kewajiban
tertunaikan.
Bus berukuran tanggung itu berjalan pelan meninggalkan
bandara. Jalanan padat merayap. Makassar merupakan kota yang cukup besar
sehingga wajar jika lalu lintas di jam sore penuh sesak.
Saya mulai was-was. Saya konfirmasi ke sopir lokasi masjid.
Alhamdulillah, jam 17.20 sampai di masjid. Kami segera
menunaikan salat. Kewajiban tertunaikan.
Lega rasanya. Ibadah memang harus diperjuangkan. Tidak
selalu mudah melaksanakannya. Namun justru di situlah makna ibadah yang
substantif.
Parepare, 12 Juli 2023
Terima kasih Pak Haji
BalasHapusTema tepat tentang salat momen Isra Miraj
BalasHapusTerima kasih Bu Sri Saktiyani
HapusSalat perlu diperjuangkan every time. Menjadi kebiasaan yg terasa janggal bila ditinggalkan. Tapi sebaliknya, berbeda rasa jika seseorang terbiasa meninggalkan. Seolah biasa saja rasanya. Terima kasih menjadi pengingat kita bersama.
BalasHapusTerima kasih atas kunjungan dan perkenannya untuk meninggalkan jejak
HapusBetuuuL prof
BalasHapusTerima kasih Pak His
HapusAlhamdulillah....meskipun sempat was was akhirnya bisa sholat dengan "sah" ....
BalasHapusAlhamdulillah
HapusMasya Allah...kisah yang menginspirasi
BalasHapusTerima kasih
HapusKita harus bersyukur terus itu karena kita masih di kasih Alloh kekuatan/kesehatan buat ibadah itu dan di kasih nikmat yang lain itu
BalasHapusTerima kasih
Hapus