Kamis, 08 Februari 2024

Diperjuangkan


 

Ngainun Naim

 

Pesawat Super Air Jet dari Surabaya landing di Bandara Hasanuddin Makassar pukul 15.10. Sepanjang perjalanan sengaja saya manfaatkan waktu untuk istirahat. Saya pejamkan mata dan terlelap meskipun tidak sepenuhnya.

 

Istirahat sangat penting. Di tengah-tengah aktivitas, saya kerap memanfaatkan jeda dengan memejamkan mata. Memang tidak maksimal namun setidaknya bisa menabung energi.

 

Saya duduk di kursi nomor 23 C. Jadi harus sabar menunggu turunnya penumpang di depan yang antre untuk turun. Sesaat kemudian giliran turun tiba. Saya segera memandu mahasiswa yang ikut dalam rombongan ke tempat pengambilan bagasi. Sesuai informasi, tempatnya ada di counter 4.

 

Karena tampaknya masih lama, saya bersegera ke musola. Saya ingin solat jamak. Rupanya musola kecil itu tidak mampu menampung jumlah orang yang akan solat. Penuh sesak.

 

Saya segera melepas tas ransel lalu antri mengambil air wudhu. Setelah usai saya segera memakai sepatu kembali. Kuatir anak-anak sudah mendapatkan kopernya.

 

Ternyata koper belum juga sampai. Sesaat saya duduk sambil membuka hape. Tetiba saya teringat tas ransel yang tadi saya letakkan di musola. Saya pun segera berlari. Berharap tas tidak hilang.

 

Plong. Itu yang saya rasakan. Tas masih utuh. Tidak berpindah tempat atau diambil orang. Sungguh saya sangat bersyukur. Tidak terbayangkan seandainya tas itu raib.

 

Segera tas saya ambil. Saya berpikir untuk salat bersama rombongan. Apalagi anak-anak sudah menunggu karena koper sudah diambil.

 

Kami segera keluar. Panitia sudah menjemput. Beberapa kawan sudah ada di sekitar bus.

 

Kami pun bergabung. Berkenalan, berdiskusi, dan berbincang tentang banyak hal.

 

Hari semakin petang. Kami belum solat dan makan. Saya sampaikan ke panitia untuk memprioritaskan mencari masjid agar kewajiban tertunaikan.

 

Bus berukuran tanggung itu berjalan pelan meninggalkan bandara. Jalanan padat merayap. Makassar merupakan kota yang cukup besar sehingga wajar jika lalu lintas di jam sore penuh sesak.

 

Saya mulai was-was. Saya konfirmasi ke sopir lokasi masjid. Alhamdulillah, jam 17.20 sampai di masjid. Kami segera menunaikan salat. Kewajiban tertunaikan.

 

Lega rasanya. Ibadah memang harus diperjuangkan. Tidak selalu mudah melaksanakannya. Namun justru di situlah makna ibadah yang substantif.

 

Parepare, 12 Juli 2023

13 komentar:

  1. Tema tepat tentang salat momen Isra Miraj

    BalasHapus
  2. Salat perlu diperjuangkan every time. Menjadi kebiasaan yg terasa janggal bila ditinggalkan. Tapi sebaliknya, berbeda rasa jika seseorang terbiasa meninggalkan. Seolah biasa saja rasanya. Terima kasih menjadi pengingat kita bersama.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas kunjungan dan perkenannya untuk meninggalkan jejak

      Hapus
  3. Alhamdulillah....meskipun sempat was was akhirnya bisa sholat dengan "sah" ....

    BalasHapus
  4. Masya Allah...kisah yang menginspirasi

    BalasHapus
  5. Kita harus bersyukur terus itu karena kita masih di kasih Alloh kekuatan/kesehatan buat ibadah itu dan di kasih nikmat yang lain itu

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.