Ngainun Naim
Perjalanan berangkat atau pulang kantor naik mobil sambil mendengarkan ceramah di radio sungguh menyenangkan. Ada ilmu, hikmah, dan manfaat yang bisa diperoleh dengan mendengarkan ceramah dari kiai atau mubaligh terkenal. Sungguh saya sangat bersyukur tiada tara atas anugerah ini. Anugerah yang memungkinkan saya untuk terus belajar.
Saya sadar sepenuhnya bahwa ilmu yang saya miliki sangat sedikit. Ini mengharuskan saya untuk terus belajar. Caranya dengan banyak membaca, mendengarkan radio, menonton YouTube, atau lewat media lain yang memungkinkan wawasan dan pengetahuan saya terus bertambah.
Banyak analis yang bilang bahwa radio kini sedang berada di titik rendah eksistensi. Jika tidak melakukan berbagai upaya serius, eksistensinya semakin ditinggalkan pendengar. Hanya radio yang kreatif dan eksis sesuai kebutuhan pendengar saja yang masih terus bertahan (Rahayu & Katili, 2019).
Kembali ke catatan awal tentang radio yang saya dengarkan selama perjalanan. Mungkin ini lucu, tetapi begitulah realitasnya. Saya tidak tahu secara pasti radio apa yang saya putar. Saya juga kurang tahu pasti nama kiai yang sedang ceramah. Berdasarkan ingatan, beliau berasal dari Blitar. Itu saja.
Aspek yang saya sukai adalah gaya ceramahnya yang menarik. Pilihan kosa katanya sederhana. Logika yang disajikan juga sederhana. Rasanya pas buat pendengar yang memiliki pengetahuan agama dasar.
Suatu sore ketika perjalanan pulang dari kantor, saya mendengarkan ceramah beliau. Inti ceramahnya adalah shalat dan keberkahan hidup. Beliau menjelaskan bahwa shalat itu pengaruhnya sangat besar dalam hidup. Shalat bukan sekadar ibadah untuk menjalankan kewajiban, namun efeknya bisa dilihat dalam kehidupan kita sehari-hari.
Beliau mengajak para pendengar untuk melakukan evaluasi terhadap kehidupan kita. Jika kita kurang sukses, coba evaluasi shalat kita. Perbaiki dan lakukan shalat kita secara lebih baik. Tambahkan shalat-shalat sunnah. Intinya lakukan evaluasi terhadap shalat yang telah kita lakukan. Terus lakukan evaluasi. Itu adalah jalan yang bagus untuk meningkatkan kualitas ibadah kita.
Shalat adalah tiang agama. Ibadah ini sangat penting artinya bagi umat Islam. Pelaksanaannya membutuhkan komitmen yang kuat. Jika tidak maka shalat kita akan “bolong-bolong”. Karena satu dan lain hal, shalat bisa ditinggalkan. Hal ini menunjukkan rendahnya komitmen. Jika komitmen sangat tinggi, apa pun akan dilakukan asal bisa menjalankan shalat.
Godaan dalam menjalankan shalat sangat berat. Bisa dalam bentuk kesibukan kerja yang seolah tanpa jeda. Bisa dalam bentuk cuaca yang kurang bersahabat. Bisa dalam bentuk perjalanan panjang yang melelahkan.
Justru karena penuh perjuangan inilah maka shalat itu merupakan ibadah yang tidak sederhana. Seiring perjalanan waktu, shalat menjadi bidang penelitian berbagai ilmu. Tujuannya untuk menggali aspek-aspek tertentu yang terkandung dalam perintah shalat.
Ada riset terkait shalat dan kesehatan jantung (Jumini & Munawarah, 2018), Kesehatan mental (Ma’rufah, 2015), pembentukan karakter (Kusuma, 2018), dan sangat banyak lagi riset yang mengaitkan manfaat shalat. Substansinya, shalat yang dilaksanakan dengan totalitas bisa memberikan banyak manfaat dalam hidup. Tidak perlu memperdebatkan hal ini. Aspek yang lebih substansial adalah bagaimana menjalankan shalat sebaik mungkin.
Mereka yang terbiasa memperdebatkan biasanya justru bukan orang yang rajin menjalankan shalat. Jalankan saja shalat dengan khusyuk. Bukan berarti mudah menjalankan shalat sampai taraf khusyuk. Dibutuhkan perjuangan yang panjang dan berkelanjutan. Khusyuk juga bukan kondisi yang stabil. Satu waktu bisa khusyuk sementara di waktu lain tidak.
Kondisi semacam ini sesungguhnya wajar adanya. Manusia itu memiliki kondisi yang tidak selalu tetap. Mirip konsep iman yang bertambah dan berkurang.
Meskipun demikian bukan berarti shalat boleh tidak dijalankan dengan alasan tidak bisa khusyuk. Khusyuk atau tidak, shalat harus tetap dijalankan. Khusyuk itu aspek yang berkaitan erat dengan pelaksanaan shalat. Jika tidak shalat jelas kondisi khusyuk tidak bisa diperoleh.
Shalat adalah hikmah besar dari isra' mi'raj yang dilakukan oleh Nabi Muhammad. Kisah ini menjadi salah satu kisah yang selalu diulang setiap tahun. Proses pengulangan ini menunjukkan bahwa isra' mi'raj adalah peristiwa yang sangat penting.
Kini tugas kita adalah menjalankan shalat sebaik mungkin. Hal-hal yang kurang baik kita perbaiki. Hal-hal yang baik kita pertahankan. Dengan cara demikian diharapkan shalat memberikan keberkahan dalam hidup.
Salah satu indikasi keberkahan adalah meningkatnya kebaikan dalam hidup kita, apa pun bentuk kebaikannya. Jika hidup kita semakin baik, itu indikasi keberkahan. Jika tidak, mari kita evaluasi shalat kita.
Trenggalek, 29 Januari 2023
Daftar Bacaan
Jumini, S., & Munawaroh, C. (2018). Analisis Vektor Dalam Gerakan Shalat Terhadap Kesehatan. SPEKTRA: Jurnal Kajian Pendidikan Sains, 4(2), 123-134.
Kusuma, D. (2018). Pembentukan Karakter Religius Melalui Pembiasaan Shalat Berjamaah. Jurnal Kewarganegaraan, 2(2), 34-40.
Ma’rufah, Y. (2015). Manfaat Shalat Terhadap Kesehatan Mental Dalam Al-Qur’an. Manfaat Shalat Terhadap Kesehatan Mental Dalam Al-Qur’an, 24.
Rahayu, T. Y., & Katili, K. R. D. (2019). Strategi Program Radio Dalam Mempertahankan Eksistensinya. Makna: Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa, dan Budaya, 4(1), 139-153.
Luar biasa Prof..tulisan ringan tetapi maknanya sangat berbobot
BalasHapusterima kasih.
HapusTerima kasih, Bapak Naim. Semoga menjadi wasilah hidayah untuk mengevaluasi salat.
BalasHapusSama-sama
Hapusterima kasih Prof, memang untuk menjaga komitmen sholat 5 waktu berjamaah agak susah, semoga bisa terus komitmen setiap harinya.
BalasHapusTerima kasih Dr. Omjay
HapusMasya Allah. Makasih Prof. Semoga kita bisa senantiasa diringankan langkah kita dalam beribadah...aamiin
BalasHapusSama-sama
HapusTerima kasih ilmunya, prof Naim. Benar tak perlu memperdebatkan. Yang penting berusaha salat khusyuk. Perkara diterima atau tidak. Bukan urusan kita
BalasHapusTerima kasih atas kunjungan dan komentarnya
HapusSangat menyentuh Prof. Semoga kita semua pandai menjaga waktu sholat!
BalasHapusamin
HapusPerlu ditiru untuk menambah ilmu, dengar radio
BalasHapusSilahkan Bapak
HapusIbnu Muslim, Maros
BalasHapusSiap Pak
HapusSemoga bisa istikamah menegakkan salat
BalasHapusAmin
HapusTerima kasih Prof. Sudah mengingatkan secara tertulis. Sehingga bisa Qita aplikasikan karena tlah membaca. Bismillah.. semoga bisa mengaplikasinnya dg berusaha istiqomah. Salam kenal Prof. Dari saya Peserta Pemula utk menulis dari KBMN PGRI Gel. 28. Jika berkenan, tolong singgah di tulisan saya ya Prof. Untuk dikoreksi. Terima kasih. 🙏
BalasHapusTerima kasih atas kunjungan dan komentarnya
HapusMatur nuwun sharingnya, Pak, eh Prof. Ngainun Naim. Pengajaran yang baik.
BalasHapusSami-sami Mbak eh Bu.
HapusAssalamu'alikum prof. Terima kasih sudah berbagai artikel shalat. Saya sendiri merasakan bagaimana shalat itu berat dari sisi kekhusu'an. Sehat selalu prof
BalasHapusWaalaikumsalam. Amin. Terima kasih Pak.
HapusAlhamdulillah, matur nuwun sanget Prof. Ilmu yang bermanfaat.
BalasHapusSami2.
Hapus