Minggu, 30 April 2023

Silaturrahim dan Kepekaan

 

Buku tentang Bapak

Ngainun Naim

 

Lebaran telah usai. Aktivitas rutin kembali harus ditekuni. Beberapa agenda menunggu untuk diselesaikan.

Hidup memang begitu. Justru aktivitas itu yang membuat hidup menjadi dinamis. Terus berproses, terus menjalani hidup sebaik mungkin sesuai kemampuan.

Setelah libur tiga hari setelah masuk kerja di hari lebaran ke 5, 6, dan 7, kembali mendapatkan anugerah libur tiga hari. Saya memanfaatkan kesempatan ini untuk melaksanakan beberapa kegiatan, termasuk kegiatan bersama keluarga.

Minggu pagi tanggal 30 April 2023 kami menuju Kediri. Ada agenda yang harus dituntaskan. Jalanan padat merayap. Beberapa kali harus terjebak kemacetan, meskipun tidak terlalu panjang.

Pulang dari Kediri istirahat sejenak. Agenda sore setelah shalat asar adalah menghadiri undangan resepsi seorang kawan. Seorang diri dengan mengendarai sepeda motor saya menuju ke lokasi yang hanya beberapa ratus meter di belakang kampus UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Acara cukup meriah. Begitu datang langsung dipersilahkan mengambil makanan. Setelah selesai, saya bertemu dengan pengantin. Berbincang sejenak, setelah itu mendoakan pengantin agar sakinah mawadah warahmah. Lalu saya pamit.

Agenda selanjutnya mengunjungi seorang senior yang lokasinya sekitar 1 kilometer ke arah timur dari lokasi resepsi. Beliau ini teman lama. Dulu menjadi anak buah Almarhum Bapak. Cukup lama saya tidak bersua beliau. 


 

Beberapa tahun lalu beliau pernah terserang stroke. Dulu saya sempat menjenguk saat dirawat di rumah sakit. Tapi sudah lama sekali.

Beliau seorang guru ASN. Tempat kerjanya sekitar 5 kilometer dari rumah beliau. Sementara anaknya menjadi mahasiswa di kampus tempat saya mengabdi.

Beliau terkejut sekali begitu tahu saya datang. Memang beberapa kali kami berkomunikasi melalui WA. Namun WA tetap tidak mampu menggantikan pertemuan secara langsung.

Kami berbincang tentang banyak hal. Tentang kisah kami masing-masing. Tentang hidup yang sedemikian dinamis. Juga tentang bersyukur.

Salah satu alasan saya datang karena lewat komunikasi WA saya berjanji untuk memberikan buku tentang Almarhum Bapak. Namun selalu saja ada sebab untuk tidak datang. Ketika kesempatan datang, saya memanfaatkannya sebaik mungkin.

Mendung menggelayut tebal. Saya mohon izin. Hari semakin gelap. Tidak seberapa lama hujan turun.

Hari yang sarat pengalaman. Saya menemukan banyak pelajaran hidup. Ini sejalan dengan penegasan dari apa yang ditulis oleh J. Sumardianta dalam buku Habis Galau Terbitlah Move On, (Yogyakarta: Bentang, 2014).

 

Semakin Anda memahami orang lain, semakin peka perasaan Anda terhadap orang tersebut. Semakin kurang pemahaman Anda, kemungkinan Anda memperlakukan orang lain sebagai benda buat dihakimi, dihukum, dan dieksploitasi.

 

Tulungagung, 30.4.2023

#71*

18 komentar:

  1. Benar Prof, banyak pimpinan yang peka kepada bawahan yg memberi dampak mereka saling kerjasama dan terlihat bahagia bekerja bersama sama mencapai tujuan organisasi. Sukses bersama dan mereka semua mendapat nama.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas perspektifnya Mbak. Menambah wawasan.

      Hapus
  2. Mengena prof...

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah, masih selalu menyempatkan menyambung silaturrahim Prof.

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah
    masih bisa silaturami
    saya pun turut mendoakan, sehat selalu
    segera diberikan kesembuhan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah. Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya.

      Hapus
  5. Terimakasih prof, keteladanan serta ilmunya.

    BalasHapus
  6. Masya Allah mantap sekali tulisannya pak👍🏻👍🏻👍🏻

    BalasHapus
  7. Mantap. Apalagi dengan paragraf penutupnya yang sangat powerfull

    BalasHapus
  8. Alhamdulillah saya dapat mendapat pencerahan dari pak Prof. Terimakasih banyak Pak Prof atas ilmunya.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.