Kamis, 09 Juli 2020

Akhirnya Sampai di Padangsidimpuan


Ngainun Naim


Minggu tanggal 17 Februari 2019 menjelang subuh saya sampai di Terminal 1 Bandara Internasional Juanda Surabaya. Segera saya ke Masjid At-Taqwa yang terletak di bagian barat bandara. Mengambil air wudhu, shalat sunnah, membaca beberapa ayat Al-Qur’an, sampai kemudian adzan subuh.
Usai shalat subuh saya segera berjalan ke pintu keberangkatan. Di dekat pintu ternyata ada yang baru: komputer untuk check in online. Segera saya gunakan mesin itu. Saya pikir akan lebih efektif daripada check in manual yang biasanya antrinya lumayan panjang.
Usai kartu boarding saya cetak ternyata ada masalah. Tiket perjalanan dari Surabaya—Bandung—Medan aman. Artinya, jadwalnya sama dengan yang ada di tiket yang saya beli. Tapi tiket Medan menuju Tapanuli Tengah bermasalah. Di situ tertulis berangkat jam 08.30. Bagaimana mungkin? Jam itu berarti saya masih terbang dari Surabaya ke Bandung. Jika jadwal itu tepat berarti hampir pasti saya ketinggalan pesawat.
Saya segera ke counter pelayanan untuk meminta konfirmasi. Ternyata dijelaskan bahwa mesin online itu tidak selalu tepat. Boarding cetak saya kemudian diminta dan diganti dengan boarding baru.
Alhamdulillah, lancar. Saya kemudian melakukan perjalanan yang lumayan panjang. Saat tiba di Medan, saya agak was-was. Pasalnya waktu terbangnya cukup mepet. Maka saya pun segera berlari mengejar sisa waktu yang hanya 35 menit itu. Setelah melalui pemeriksaan dan sampai di pintu 6, ternyata pesawatnya belum berangkat.
“Maaf Pak, pesawat delay sekitar 40 menit”, kata petugas.
Huh, lega rasanya. Segera saya mencari warung di ruang tunggu untuk mencari minum. Saya ingin melepaskan penat dari ketegangan karena kuatir tertinggal pesawat. Saya pernah mengalaminya. Jadi saya kira wajar jika saya merasa tegang dan kuatir.
Pukul 14.00 pesawat Wings Air mengantarkan saya ke Bandara Dr. Ferdinand Lumbantobing di Pinang Sori Tapanuli Tengah. Perjalanan cukup lancar, meskipun pesawat ATR Wings Air yang kami tumpangi seringkali mengalami guncangan. “Naik pesawat dari Medan ke Bandara Pinang Sori Tanapuli Selatan cukup membuat iman saya semakin bertambah”, kata saya kepada teman-teman dari IAIN Padangsidimpuan saat bertemu. Mereka pun tergelak.
Sampai di Bandara saya sudah dijemput Pak Mail, driver langganan IAIN Padangsidimpuan. Saat perjalanan, hujan rintik-rintik menemani perjalanan kami. Jalanan yang hancur membuat perjalanan serasa off road.
Dua jam kemudian kami sudah sampai di Natana Hotel tempat saya menginap. Usai mencari makan dan mandi, rombongan dari Penerbit Prenada—Pak Kasyful Anwar dan Pak Tobroni—sampai juga. Setelah berbincang sebentar saya segera masuk ke kamar hotel untuk istirahat.
Sekitar jam 19.00 Dr. Zul Anwar—Ketua LP2M IAIN Padangsidimpuan—datang. Maunya mengajak makan malam keluar, tetapi karena hujan turun dengan sangat deras akhirnya diputuskan kami makan malam di Restoran Natana Hotel. Saya memesan nasi goreng.
Sambil makan kami berbincang tentang banyak hal. Tampaknya Dr. Zul Anwar memahami suasana. Pukul 21.00 beliau pamit dan mempersilahkan kami istirahat untuk mempersiapkan energi mengisi acara besok. Begitu Dr. Zul Anwar pamit, kami pun segera menuju kamar masing-masing.
Saya tidur cukup nyenyak. Saya baru terbangun saat alarm HP berbunyi. Saya lihat pukul 03.45. Segera saya mandi, shalat, mengaji, dan menulis sambil menunggu subuh. Perasaan kok lama sekali. Saya cari informasi di google waktu shubuh. Ternyata pukul 05.16. Pantesan lama sekali.
Usai subuh saya jalan-jalan. Tapi tidak sampai seratus meter saya kembali karena hujan turun rintik-rintik. Olahraga saya lanjutkan di halaman hotel. Setelah beberapa saat saya segera menuju restoran. Ternyata tiga orang crew Penerbit Prenada sudah ada di situ. Maka saya pun bergabung dengan mereka.
Usai sarapan kami mempersiapkan diri menuju IAIN Padangsidimpuan. Perjalanan dari Hotel Natana menuju IAIN Padangsidimpuan hanya sekitar 15 menit. Begitu sampai di rektorat, saya langsung disambut Dr. Zul Anwar dan Wakil Rektor 1, Dr. Muhammad Darwis Dasopeng. Kami diajak keliling kampus yang cukup luas dan asri tersebut.  
Usai melihat berbagai sisi kampus, saya diajak menuju lantai 2 Pascasarjana IAIN Padangsidempuan. Acara siap dimulai. Saya harus menyiapkan energi untuk mengikuti acara seharian penuh. Alhamdulillah, akhirnya sampai juga di Padangsidimpuan.

Tulungagung, 20 Februari 2019

21 komentar:

  1. Barakallah... sudah keliling Nusantara. Semakin kaya pengalaman dan ilmu

    BalasHapus
  2. Alhamdulilah slmt pak. S.v lancar

    BalasHapus
  3. Pengalaman yang menegangkan menyenangkan! Terima kasih Dr. Naim mau dan telah berbagi.Gb.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama Bapak. Hanya catatan sederhana. Mengawetkan ingatan dalam catatan. Salam kenal ya Pak.

      Hapus
  4. Pengalaman yang luar biasa Pak. Terimakasih jadi guru menulis kami.

    BalasHapus
  5. Memang menulis memberikan transformasi hidup, ya Bapak.

    BalasHapus
  6. Ikut membayangkan paniknya saat waktu kian mendekat, akan tinggalan pesawat...sulit dirangkai dlm kata.

    BalasHapus
    Balasan
    1. He he he. Itu belum seberapa. Saya malah pernah dua kali ketinggalan pesawat.

      Hapus
  7. Balasan
    1. Gitu ya Bu. Semoga suatu saat bisa ke sana lagi dan bersua. Amin.

      Hapus
  8. Sungguh luar biasa. Pembaca terasa ikut merasakan apa yang ada di tulisan ini.

    BalasHapus
  9. Nderek blajar kersane saget keliling indonesia,. Hehehe

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.