Ngainun Naim
Minggu tanggal 17 Februari 2019 menjelang
subuh saya sampai di Terminal 1 Bandara Internasional Juanda Surabaya. Segera
saya ke Masjid At-Taqwa yang terletak di bagian barat bandara. Mengambil air
wudhu, shalat sunnah, membaca beberapa ayat Al-Qur’an, sampai kemudian adzan
subuh.
Usai shalat subuh saya segera berjalan ke
pintu keberangkatan. Di dekat pintu ternyata ada yang baru: komputer untuk check
in online. Segera saya gunakan mesin itu. Saya pikir akan lebih efektif
daripada check in manual yang biasanya antrinya lumayan panjang.
Usai kartu boarding saya cetak ternyata
ada masalah. Tiket perjalanan dari Surabaya—Bandung—Medan aman. Artinya,
jadwalnya sama dengan yang ada di tiket yang saya beli. Tapi tiket Medan menuju
Tapanuli Tengah bermasalah. Di situ tertulis berangkat jam 08.30. Bagaimana
mungkin? Jam itu berarti saya masih terbang dari Surabaya ke Bandung. Jika
jadwal itu tepat berarti hampir pasti saya ketinggalan pesawat.
Saya segera ke counter pelayanan untuk
meminta konfirmasi. Ternyata dijelaskan bahwa mesin online itu tidak
selalu tepat. Boarding cetak saya kemudian diminta dan diganti dengan boarding baru.
Alhamdulillah, lancar. Saya kemudian melakukan
perjalanan yang lumayan panjang. Saat tiba di Medan, saya agak was-was.
Pasalnya waktu terbangnya cukup mepet. Maka saya pun segera berlari mengejar
sisa waktu yang hanya 35 menit itu. Setelah melalui pemeriksaan dan sampai di
pintu 6, ternyata pesawatnya belum berangkat.
“Maaf Pak, pesawat delay sekitar 40 menit”, kata petugas.
Huh, lega rasanya.
Segera saya mencari warung di ruang tunggu untuk mencari minum. Saya ingin
melepaskan penat dari ketegangan karena kuatir tertinggal pesawat. Saya pernah
mengalaminya. Jadi saya kira wajar jika saya merasa tegang dan kuatir.
Pukul 14.00 pesawat Wings Air mengantarkan
saya ke Bandara Dr. Ferdinand Lumbantobing di Pinang Sori Tapanuli Tengah.
Perjalanan cukup lancar, meskipun pesawat ATR Wings Air yang kami tumpangi
seringkali mengalami guncangan. “Naik pesawat dari Medan ke Bandara Pinang Sori
Tanapuli Selatan cukup membuat iman saya semakin bertambah”, kata saya kepada
teman-teman dari IAIN Padangsidimpuan saat bertemu. Mereka pun tergelak.
Sampai di Bandara saya sudah dijemput Pak
Mail, driver langganan IAIN Padangsidimpuan. Saat perjalanan, hujan rintik-rintik
menemani perjalanan kami. Jalanan yang hancur membuat perjalanan serasa off
road.
Dua jam kemudian kami sudah sampai di Natana
Hotel tempat saya menginap. Usai mencari makan dan mandi, rombongan dari Penerbit
Prenada—Pak Kasyful Anwar dan Pak Tobroni—sampai juga. Setelah berbincang
sebentar saya segera masuk ke kamar hotel untuk istirahat.
Sekitar jam 19.00 Dr. Zul Anwar—Ketua LP2M
IAIN Padangsidimpuan—datang. Maunya mengajak makan malam keluar, tetapi karena
hujan turun dengan sangat deras akhirnya diputuskan kami makan malam di
Restoran Natana Hotel. Saya memesan nasi goreng.
Sambil makan kami berbincang tentang banyak
hal. Tampaknya Dr. Zul Anwar memahami suasana. Pukul 21.00 beliau pamit dan
mempersilahkan kami istirahat untuk mempersiapkan energi mengisi acara besok.
Begitu Dr. Zul Anwar pamit, kami pun segera menuju kamar masing-masing.
Saya tidur cukup nyenyak. Saya baru terbangun
saat alarm HP berbunyi. Saya lihat pukul 03.45. Segera saya mandi, shalat,
mengaji, dan menulis sambil menunggu subuh. Perasaan kok lama sekali. Saya cari
informasi di google waktu shubuh. Ternyata pukul 05.16. Pantesan lama sekali.
Usai subuh saya jalan-jalan. Tapi tidak sampai
seratus meter saya kembali karena hujan turun rintik-rintik. Olahraga saya
lanjutkan di halaman hotel. Setelah beberapa saat saya segera menuju restoran.
Ternyata tiga orang crew Penerbit
Prenada sudah ada di situ. Maka saya pun bergabung dengan mereka.
Usai sarapan kami mempersiapkan diri menuju
IAIN Padangsidimpuan. Perjalanan dari Hotel Natana menuju IAIN Padangsidimpuan
hanya sekitar 15 menit. Begitu sampai di rektorat, saya langsung disambut Dr.
Zul Anwar dan Wakil Rektor 1, Dr. Muhammad Darwis Dasopeng. Kami diajak
keliling kampus yang cukup luas dan asri tersebut.
Usai melihat berbagai sisi kampus, saya diajak
menuju lantai 2 Pascasarjana IAIN Padangsidempuan. Acara siap dimulai. Saya
harus menyiapkan energi untuk mengikuti acara seharian penuh. Alhamdulillah,
akhirnya sampai juga di Padangsidimpuan.
Mantap Gus
BalasHapusBarakallah... sudah keliling Nusantara. Semakin kaya pengalaman dan ilmu
BalasHapusAmin
HapusAlhamdulilah slmt pak. S.v lancar
BalasHapusAmin. Terima kasih.
HapusPengalaman yang menegangkan menyenangkan! Terima kasih Dr. Naim mau dan telah berbagi.Gb.
BalasHapusSama-sama Bapak. Hanya catatan sederhana. Mengawetkan ingatan dalam catatan. Salam kenal ya Pak.
HapusPengalaman yang luar biasa Pak. Terimakasih jadi guru menulis kami.
BalasHapusTerima kasih juga Mbak mau belajar bersama.
HapusMemang menulis memberikan transformasi hidup, ya Bapak.
BalasHapusSejauh pengalaman saya seperti itu
HapusAlhamdulillah
BalasHapusTerima kasih
HapusIkut membayangkan paniknya saat waktu kian mendekat, akan tinggalan pesawat...sulit dirangkai dlm kata.
BalasHapusHe he he. Itu belum seberapa. Saya malah pernah dua kali ketinggalan pesawat.
HapusWah..tempat saya Pk
BalasHapusGitu ya Bu. Semoga suatu saat bisa ke sana lagi dan bersua. Amin.
HapusSungguh luar biasa. Pembaca terasa ikut merasakan apa yang ada di tulisan ini.
BalasHapusTerima kasih Mas
HapusNderek blajar kersane saget keliling indonesia,. Hehehe
BalasHapusok
Hapus