Ngainun
Naim
Hari Selasa Malam (30
Juni 2020) saya sedang terlibat perbincangan via Zoom. Perbincangan hanya
dengan beberapa orang. Sebuah perbincangan yang mengharuskan kami memeras otak
terkait sebuah topik. Diskusi berlangsung cukup serius dan baru berakhir hampir
jam 23.00.
Saya belum sempat makan
malam ketika memulai membuka Zoom. Rupanya istri memesankan mie goreng. Saya baru
menikmati Mie yang sudah mulai dingin itu setelah acara usai.
Usai makan saya merasakan
ada kurang beres dengan tubuh saya. Rasanya benar-benar tidak enak. Saya pun
segera istirahat supaya segar.
Pagi hari badan terasa
sangat tidak nyaman. Padahal di jadwal saya harus menguji Ujian Terbuka
Disertasi. Pakaian jas lengkap sudah disiapkan oleh istri. Tetapi rasanya tubuh
mulai goyang. Sungguh tidak nyaman. Saya memutuskan tidak berangkat ke kampus. Ujian
memang dilaksanakan secara online. Jadi
saya bisa menguji dari rumah.
Menunggu ujian
benar-benar tugas yang sangat berat. Tubuh saya terasa limbung. Tetapi saya
berusaha sekuat tenaga untuk bertahan. Saat saya belum menguji, saya merebahkan
tubuh sesaat. Setelah bangun saya tetap berusaha menyimak presentasi dan
pertanyaan para narasumber. Sampai kemudian giliran saya tiba.
Begitu ujian usai, saya
segera sholat ashar. Setelah itu tidur. Saya baru bangun begitu anak saya
membangunkan dan mengajak shalat magrib berjamaah. Agenda rutin menyimak anak
mengaji tidak bisa saya lakukan. Saya hanya meminta anak saya mengaji sendiri
tanpa saya simak. Saya kembali tidur. Bangun sekitar jam 10 malam untuk shalat
isyak, lalu tidur lagi sampai subuh. Usai subuh tubuh masih belum nyaman, saya
tidur lagi.
Hari kamis seharian saya
istirahat di rumah. Ingin memulihkan energi. Saya berharap dengan istirahat di
rumah, kondisi tubuh akan pulih dan segar kembali.
Jumat pagi saya merasakan
tubuh sudah lumayan. Usai subuh saya keluar rumah untuk jalan-jalan. Ini kebiasaan
yang jarang saya tinggalkan kecuali badan kurang enak. Hujan pun saya masih
berusaha menggerakkan badan di teras rumah. Saya memang mewajibkan diri
bergerak di pagi hari agar tubuh sehat. Karena merasa sudah nyaman saya pun
pergi ke kantor.
Secara umum aktivitas di
kantor berjalan secara baik. Sekitar pukul 14.30 saya pulang. Persoalan muncul
sebelum pulang. Saya mengalami ceguken hebat. Minum air sudah dan ceguken
terhenti. Maka saya pun pulang. Namun di tengah perjalanan ceguken kambuh. Saya
belok ke supermarket beli minuman. Saya minum dan ceguken berhenti.
Sesampai di rumah kondisi
normal. Saya pun mandi dan bersenda gurau dengan anak istri. Tidak seberapa
lama ceguken kambuh kembali. Kali ini lumayan parah. Berbagai upaya dilakukan. Anak
saya memijit, istri membuatkan minuman jahe hangat, dan berbagai upaya lain. Tetapi
tidak ada hasil. Padahal, jam 19.00 saya harus mengisi Kelas Menulis WA yang
dikelola oleh Pak Wijaya Kusumah alias Omjay. Beruntung tidak online via Zoom. Saya masih bisa
menyampaikan materi secara tertulis.
Ceguken saya semakin
parah. Istri meminta saya segera ke dokter sebelum tutup. Kebetulan ada dokter
dekat rumah. Hanya sekitar 1 kilo. Saya minta izin Bu Kanjeng Sri Sugiastuti
yang kebetulan menjadi moderator untuk meninggalkan kegiatan.
Usai diperiksa, kondisi saya
lumayan. Ceguken berhenti, tetapi bukan berarti sudah sembuh betul. Paling tidak
sudah tidak kambuh karena sabtu pagi saya mengisi Webinar yang diselenggarakan
oleh STAI Al-Hikam Malang. Alhamdulillah, acara webinar berlangsung cukup
lancar.
Hari Minggu kondisi saya
belum sepenuhnya fit tetapi saya harus ke Tulungagung untuk menjenguk Ibuk. Bersama
anak istri saya mengendarai mobil ke Tulungagung. Perjalanan cukup lancar,
tetapi pulangnya saya minta istri yang mengendarai kendaraan. Saya ingin
istirahat. Perut saya kembung. Sungguh tidak nyaman.
Sampai di rumah, usai
mandi, saya teringat ada pertemuan Panitia SPK. Saya masuk Zoom sebentar sampai
istri mengingatkan kalau obat Bapak Mertua habis. Kami merayu Bapak Mertua untuk
periksa, tetapi beliau tidak berkenan. Akhirnya kami keluar keliling apotik
untuk mencarikan obat buat beliau.
Hari minggu sebagian
besar apotik tutup. Beruntung kami menemukan apotik yang ada obat untuk Bapak. Hari
sudah larut malam. Alhamdulillah, obat sudah terbeli. Kami pun segera pulang
dan memberikan obat ke Bapak.
Senin pagi kondisi saya
sudah lumayan. Hanya perut kembung belum sepenuhnya pulih. Kata dokter, asam
lambung saya naik. Obat yang diberikan ternyata belum membuat kondisi perut
saya terasa lega. Hal ini membuat saya melakukan refleksi diri. Saya harus
disiplin untuk menjaga makan. Juga disiplin menjaga menu makanan.
Tubuh manusia itu ada
batasnya. Secara umum saya merasa relatif sehat. Memang ada saatnya harus
istirahat juga. Semoga sehat selalu. Amin.
Trenggalek, 6 Juli 2020
Aamiin. Terima kasih Omjay.
BalasHapusSemoga senantiasa diberi kesehatan...amin
BalasHapusAmin.
HapusSaya punya tips untuk pak prof Naim...
BalasHapusYoga bisa mengurangi sakit lambung.
Terima kasih
HapusSuper padat prof acrnya...mugi2 soyo sehat.. Aamiin
BalasHapusSemoga bapak selalu sehat dan dilindungi Allah SWT...
BalasHapusAmin
HapusSemoga lekas sembuh, Pak Dr. Ngainun Naim..
BalasHapusAmin
Hapus