Senin, 06 Juli 2020

Ada Batasnya


Ngainun Naim

Hari Selasa Malam (30 Juni 2020) saya sedang terlibat perbincangan via Zoom. Perbincangan hanya dengan beberapa orang. Sebuah perbincangan yang mengharuskan kami memeras otak terkait sebuah topik. Diskusi berlangsung cukup serius dan baru berakhir hampir jam 23.00.
Saya belum sempat makan malam ketika memulai membuka Zoom. Rupanya istri memesankan mie goreng. Saya baru menikmati Mie yang sudah mulai dingin itu setelah acara usai.
Usai makan saya merasakan ada kurang beres dengan tubuh saya. Rasanya benar-benar tidak enak. Saya pun segera istirahat supaya segar.
Pagi hari badan terasa sangat tidak nyaman. Padahal di jadwal saya harus menguji Ujian Terbuka Disertasi. Pakaian jas lengkap sudah disiapkan oleh istri. Tetapi rasanya tubuh mulai goyang. Sungguh tidak nyaman. Saya memutuskan tidak berangkat ke kampus. Ujian memang dilaksanakan secara online. Jadi saya bisa menguji dari rumah.
Menunggu ujian benar-benar tugas yang sangat berat. Tubuh saya terasa limbung. Tetapi saya berusaha sekuat tenaga untuk bertahan. Saat saya belum menguji, saya merebahkan tubuh sesaat. Setelah bangun saya tetap berusaha menyimak presentasi dan pertanyaan para narasumber. Sampai kemudian giliran saya tiba.
Begitu ujian usai, saya segera sholat ashar. Setelah itu tidur. Saya baru bangun begitu anak saya membangunkan dan mengajak shalat magrib berjamaah. Agenda rutin menyimak anak mengaji tidak bisa saya lakukan. Saya hanya meminta anak saya mengaji sendiri tanpa saya simak. Saya kembali tidur. Bangun sekitar jam 10 malam untuk shalat isyak, lalu tidur lagi sampai subuh. Usai subuh tubuh masih belum nyaman, saya tidur lagi.
Hari kamis seharian saya istirahat di rumah. Ingin memulihkan energi. Saya berharap dengan istirahat di rumah, kondisi tubuh akan pulih dan segar kembali.
Jumat pagi saya merasakan tubuh sudah lumayan. Usai subuh saya keluar rumah untuk jalan-jalan. Ini kebiasaan yang jarang saya tinggalkan kecuali badan kurang enak. Hujan pun saya masih berusaha menggerakkan badan di teras rumah. Saya memang mewajibkan diri bergerak di pagi hari agar tubuh sehat. Karena merasa sudah nyaman saya pun pergi ke kantor.
Secara umum aktivitas di kantor berjalan secara baik. Sekitar pukul 14.30 saya pulang. Persoalan muncul sebelum pulang. Saya mengalami ceguken hebat. Minum air sudah dan ceguken terhenti. Maka saya pun pulang. Namun di tengah perjalanan ceguken kambuh. Saya belok ke supermarket beli minuman. Saya minum dan ceguken berhenti.
Sesampai di rumah kondisi normal. Saya pun mandi dan bersenda gurau dengan anak istri. Tidak seberapa lama ceguken kambuh kembali. Kali ini lumayan parah. Berbagai upaya dilakukan. Anak saya memijit, istri membuatkan minuman jahe hangat, dan berbagai upaya lain. Tetapi tidak ada hasil. Padahal, jam 19.00 saya harus mengisi Kelas Menulis WA yang dikelola oleh Pak Wijaya Kusumah alias Omjay. Beruntung tidak online via Zoom. Saya masih bisa menyampaikan materi secara tertulis.
Ceguken saya semakin parah. Istri meminta saya segera ke dokter sebelum tutup. Kebetulan ada dokter dekat rumah. Hanya sekitar 1 kilo. Saya minta izin Bu Kanjeng Sri Sugiastuti yang kebetulan menjadi moderator untuk meninggalkan kegiatan.
Usai diperiksa, kondisi saya lumayan. Ceguken berhenti, tetapi bukan berarti sudah sembuh betul. Paling tidak sudah tidak kambuh karena sabtu pagi saya mengisi Webinar yang diselenggarakan oleh STAI Al-Hikam Malang. Alhamdulillah, acara webinar berlangsung cukup lancar.
Hari Minggu kondisi saya belum sepenuhnya fit tetapi saya harus ke Tulungagung untuk menjenguk Ibuk. Bersama anak istri saya mengendarai mobil ke Tulungagung. Perjalanan cukup lancar, tetapi pulangnya saya minta istri yang mengendarai kendaraan. Saya ingin istirahat. Perut saya kembung. Sungguh tidak nyaman.
Sampai di rumah, usai mandi, saya teringat ada pertemuan Panitia SPK. Saya masuk Zoom sebentar sampai istri mengingatkan kalau obat Bapak Mertua habis. Kami merayu Bapak Mertua untuk periksa, tetapi beliau tidak berkenan. Akhirnya kami keluar keliling apotik untuk mencarikan obat buat beliau.
Hari minggu sebagian besar apotik tutup. Beruntung kami menemukan apotik yang ada obat untuk Bapak. Hari sudah larut malam. Alhamdulillah, obat sudah terbeli. Kami pun segera pulang dan memberikan obat ke Bapak.
Senin pagi kondisi saya sudah lumayan. Hanya perut kembung belum sepenuhnya pulih. Kata dokter, asam lambung saya naik. Obat yang diberikan ternyata belum membuat kondisi perut saya terasa lega. Hal ini membuat saya melakukan refleksi diri. Saya harus disiplin untuk menjaga makan. Juga disiplin menjaga menu makanan.
Tubuh manusia itu ada batasnya. Secara umum saya merasa relatif sehat. Memang ada saatnya harus istirahat juga. Semoga sehat selalu. Amin.   

Trenggalek, 6 Juli 2020

10 komentar:

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.