Ngainun
Naim
Jarum jam menunjukkan
pukul 08.25 menit. Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan
(Menko PMK), Prof. Dr. Muhadjir Effendi, M.A.P. baru saja memasuki Ruang
Singosari Hotel Borobudur Jakarta. Lagu Indonesia Raya dinyanyikan oleh seluruh
peserta “Rapat Evaluasi Kuliah Kerja Nyata Tematik Revolusi Mental Tahun 2019”
dengan tema “Bergotong Royong dalam KKN RM untuk Menciptakan Agen Perubahan
yang Unggul dan Berbudaya”.
Menko PMK saat memberikan sambutan |
Sebelum Menko PMK
menyampaikan sambutan pengarahan, pembawa acara membacakan nominasi terbaik
empat kategori: Program Terbaik, Tata Kelola, Publikasi, dan Terfavorit.
Masing-masing ada tiga perguruan tinggi yang menjadi nominasi. Saya tidak hapal
kampus mana saja.
Saya hanya fokus bahwa
nama IAIN Tulungagung disebut dua kali. Pertama, kategori nominasi publikasi.
Kedua, kategori nominasi terfavorit. Tentu ini sebuah kehormatan yang luar
biasa. Tidak pernah terbayangkan jika IAIN Tulungagung akhirnya bisa masuk dua
nominasi.
Penyerahan trofi dan sertifikat oleh Menko PMK |
Saat yang ditunggu itu
akhirnya tiba. Pelaksana program KKN RM terbaik terpilih adalah Universitas Diponegoro
Semarang. Selanjutnya diumumkan pelaksana terbaik publikasi. Hati berdebar
menunggu. Dan saat yang ditunggu itu tiba. Nama IAIN Tulungagung disebut. Tepuk
tangan bergemuruh membahana memenuhi ruang. Ini sungguh anugerah luar biasa.
Prestasi terbaik dua tahun berturut-turut.
Berikutnya diumumkan
pelaksana tata kelola terbaik. Terpilih UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
Berikutnya terpilih Universitas Borneo Tarakan sebagai pelaksana KKN RM
terfavorit.
Empat orang perwakilan dari
keempat kampus terpilih diminta maju untuk menerima piagam penghargaan dari
Menteri Koordinator PMK. Ini untuk kedua kalinya saya mendapatkan penghargaan
dari Kemenko PMK mewakili IAIN Tulungagung. Hati berdebar-debar. Saat Pak Menko
menyerahkan hadiah, beliau mengucapkan selamat dan bertegur sapa.
Usai penyerahan hadiah,
dilakukan foto bersama. Ini momentum yang sangat berharga. Nama IAIN
Tulungagung menjadi lebih dikenal, khususnya di antara 55 perguruan tinggi
se-Indonesia yang mendapatkan program KKN RM. Tentu saya sangat bersyukur. Ini merupakan
hasil kerja keras semua pihak, khususnya dukungan Rektor IAIN Tulungagung,
Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag.
Pada saat menyampaikan
sambutan, Menko PMK menyampaikan beberapa hal penting. Beliau menjelaskan bahwa
program KKN itu bukan program baru. Sebelum menjadi Menteri, beliau
berkecimpung menjadi pejabat selama puluhan tahun. Tentu ini bukan waktu yang
pendek. Karena itu wajar jika beliau memberikan apresiasi terhadap KKN Revolusi
Mental, meskipun juga akan melakukan evaluasi untuk perbaikan pada pelaksanaan
KKN RM di tahun-tahun mendatang.
Menko PMK juga menekankan
pada pentingnya kampus menjaga tiga hal penting. Pertama, otonomi kampus. Kedua,
kebebasan akademik. Dan ketiga, kebebasan
mimbar akademik. Ketiga hal ini harus dirawat, dikelola, dan diberdayakan agar
kampus dapat berkembang secara baik.
Presentasi |
Aspek lain yang juga
disampaikan oleh Menko PMK adalah tentang relasi antara perguruan tinggi dengan
dunia politik. Beliau menekankan tentang komitmen bernegara. “Kampus harus
sudah selesai soal komitmen bernegara. Jangan ada eksperimen soal negara.
Taruhannya terlalu mahal. Negara kita sudah teruji untuk soal ini”, tegas
beliau.
Terkait KKN RM, beliau
mengharapkan agar jangan sampai KKN selesai bersamaan dengan selesainya
program. Harus dilakukan berbagai upaya agar pengaruh KKN terus eksis di lokasi
tempat dilaksanakannya KKN.
Tulungagung,
16 November 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.