Ngainun Naim
IAIN Tulungagung
Suasana Open Space Kota Tidore
Kepulauan sudah cukup ramai. Saat rombongan para Rektor, Ketua LP2M, dan Dosen
Pembimbing Lapangan datang, kursi para mahasiswa sudah penuh. Terlihat mereka
berbincang, berswafoto, dan aneka ekspresi kegembiraan lainnya. Suasana
kebersamaan dan semangat mengabdi cukup terasa.
Saya menemui 5 orang mahasiswa
dari IAIN Tulungagung peserta KKN Kebangsaan yang duduk berjajar. Saya menyapa
mereka dan menanyakan sekilas tentang pengalaman sehari semalam sejak
kedatangan sampai di Kota Tidore Kepulauan pada hari Jumat 20 Juli 2019.
Alhamdulillah, mereka semua senang dan berharap mendapatkan berbagai pengalaman
berharga melalui KKN Kebangsaan.
Saya kemudian maju ke kursi
yang disediakan untuk para dosen. Kami dihibur dengan 3 buah lagu oleh seorang
penyanyi muda berbakat dari Tidore. Cukup menghibur sambil menunggu kehadiran
Gubernur Maluku Utara, KH Abdul Gani Kasubah, Lc.
Sesaat kemudian Gubernur
Maluku Utara dan rombongan memasuki Open Space Kota Tidore Kepulauan. Acara pun
dimulai. Ketua Panitia yang juga Rektor Universitas Khairun, Prof. Dr. Husen
Alting, SH, MH menyampaikan laporan. Beliau—antara lain—menjelaskan bahwa
peserta KKN kali sejumlah 301 orang. 300 peserta merupakan mahasiswa berbagai
perguruan tinggi negeri, mulai dari Aceh sampai Papua. Ditambah 1 peserta
peninjau dari Hawai.
Gubernur Maluku Utara KH Abdul
Gani Kasubah, Lc dalam sambutan menyampaikan beberapa hal. Pertama. Beliau menerima dengan tangan terbuka kehadiran para
mahasiswa peserta KKN Kebangsaan. Gubernur berharap agar para mahasiswa belajar
bersama masyarakat dan memberikan sumbangan pengetahuan yang dimilikinya.
Melalui KKN Kebangsaan diharapkan terjadi transformasi pada masyarakat Ternate
dan Tidore menjadi lebih baik lagi.
Kedua,
Gubernur
mengajak para hadirin untuk menyadari bersama bahwa segala sesuatu itu ada
batasnya. “Semuanya pasti akan berakhir”, tegas Gubernur yang merupakan lulusan
Universitas Madinah tersebut. Karena itu semuanya harus dijalani secara baik
dan mempersiapkan generasi penerus agar siap saat mereka menjadi motor di
zamannya. KKN Kebangsaan adalah salah satu sarana penting yang harus dilihat
sebagai media untuk menyiapkan mereka agar kelak siap pada saatnya generasi
yang sekarang harus menyerahkan tampuk kepemimpinan.
Ketiga,
fokus
utama kepemimpinan beliau sebagai gubernur adalah peningkatan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM). Bagi Gubernur Maluku Utara, SDM adalah penentu maju atau
tidaknya sebuah daerah. Karena itu, peningkatan SDM menjadi kunci yang harus
diperjuangkan. Tanpa SDM yang bermutu, kemajuan akan sulit untuk dicapai.
Keempat,
Tidore
merupakan kota yang memiliki sejarah panjang bagi Indonesia. Inilah pulau yang
pernah mempersatukan kerajaan-kerajaan lain yang berdaulat melalui Kesultanan
Tidore. “Tidore ini merupakan kota yang sangat bersih”, tegas Gubernur.
Kebersihan ini mendukung posisi historis Tidore dalam konteks sejarah panjang
bangsa Indonesia.
Kelima,
Gubernur
juga membahas panjang lebar potret pendidikan di Provinsi Maluku Utara.
Dibandingkan dengan Provinsi yang lainnya, Maluku Utara memang harus berjuang
lebih keras lagi. Jumlah doktor masih terbatas, apalagi jumlah guru besarnya.
Karena itulah maka Gubernur mengajak semua pihak untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Maluku Utara. Semakin banyak jumlah doktor dan profesor maka akan
memiliki kontribusi nyata terhadap kemajuan daerah.
Direktur Jenderal Pembelajaran
dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kemenristekdikti, Dr. Didin Wahidin, M.Pd., yang
mewakili Menteri Riset dan Teknologi dalam sambutannya menyampaikan beberapa
hal. Pertama, KKN Kebangsaan yang
tahun ini dilaksanakan di Ternate dan Tidore bukan merupakan KKN biasa. “KKN
ini diikuti oleh putra-putra terbaik perguruan tinggi besar di Indonesia”,
tegas Dr. Didin. Mereka terpilih setelah diseleksi oleh perguruan tinggi
masing-masing.
Kedua,
KKN
ini mempertemukan para mahasiswa yang memiliki latar belakang yang
berbeda-beda. Seluruh mahasiswa yang menjadi peserta KKN Kebangsaan akan
terlibat dalam komunikasi intensif satu sama lainnya. Hal ini memungkinkan
terbangunnya kohesivitas antar anak bangsa.
Ketiga,
KKN
ini merupakan modal penting bagi kehidupan mahasiswa di masa yang akan datang.
Saat KKN, mereka mulai berjejaring. Pada saatnya nanti, suasana kebersamaan ini
akan menjadi salah satu modal dalam mereka menapaki kehidupan.
Keempat,
KKN
merupakan kegiatan mahasiswa untuk mengamalkan ilmu yang dimiliki. Juga sarana
bagi mahasiswa untuk belajar bermasyarakat tentang hal-hal yang baik dan
diwariskan secara turun-temurun.
Kelima,
KKN
adalah sarana transformasi yang cukup efektif. Dr. Didin Wahidin memberikan
contoh yang terbalik dari Kota Tidore yang dikenal dengan kebersihannya, yakni
Bandung. Sungai Citarum yang ada di Kota Kembang tersebut dikenal sangat kotor.
Kondisi Sungai Citarum perlahan menjadi lebih baik dan bersih seiring adanya
KKN Tematik Citarum Harum. Hal ini merupakan bukti bahwa mahasiswa bisa
menjalankan peran transformasi—baik untuk diri sendiri atau masyarakat—menuju
kondisi yang lebih baik.
Acara berakhir pada pukul
16.00 WIT. Pada bagian akhir disajikan Tarian Sasaro. Saat tarian mulai, Ketua
LPPM Universitas Khairun, Nurhasana, S.Si., M.Si., mendekati saya dan
menjelaskan bahwa Sasaro itu artinya sesaji. Gerakan tari tersebut
menggambarkan gabungan gerakan tarian dari berbagai macam daerah di Indonesia.
Adat Sasaro biasanya dilaksanakan pada acara perkawinan yang melambangkan
kebahagiaan.
Usai acara saya menyerahkan
kenangan kepada Rektor Universitas Khairun, Prof. Dr. Husen Alting. Setelah itu
bersama dengan 5 orang mahasiswa kami berfoto bersama. Saya berpesan kepada
mereka untuk menjalankan KKN dengan baik. Saya juga menjelaskan kepada mereka
untuk disiplin menulis pengalaman selama KKN. Kumpulan pengalaman itu akan
diterbitkan oleh IAIN Tulungagung Press menjadi sebuah buku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.