Senin, 22 Juli 2019

Mahasiswa, KKN Kebangsaan, dan Transformasi

Ngainun Naim
IAIN Tulungagung


Suasana Open Space Kota Tidore Kepulauan sudah cukup ramai. Saat rombongan para Rektor, Ketua LP2M, dan Dosen Pembimbing Lapangan datang, kursi para mahasiswa sudah penuh. Terlihat mereka berbincang, berswafoto, dan aneka ekspresi kegembiraan lainnya. Suasana kebersamaan dan semangat mengabdi cukup terasa.
Saya menemui 5 orang mahasiswa dari IAIN Tulungagung peserta KKN Kebangsaan yang duduk berjajar. Saya menyapa mereka dan menanyakan sekilas tentang pengalaman sehari semalam sejak kedatangan sampai di Kota Tidore Kepulauan pada hari Jumat 20 Juli 2019. Alhamdulillah, mereka semua senang dan berharap mendapatkan berbagai pengalaman berharga melalui KKN Kebangsaan.
Saya kemudian maju ke kursi yang disediakan untuk para dosen. Kami dihibur dengan 3 buah lagu oleh seorang penyanyi muda berbakat dari Tidore. Cukup menghibur sambil menunggu kehadiran Gubernur Maluku Utara, KH Abdul Gani Kasubah, Lc.
Sesaat kemudian Gubernur Maluku Utara dan rombongan memasuki Open Space Kota Tidore Kepulauan. Acara pun dimulai. Ketua Panitia yang juga Rektor Universitas Khairun, Prof. Dr. Husen Alting, SH, MH menyampaikan laporan. Beliau—antara lain—menjelaskan bahwa peserta KKN kali sejumlah 301 orang. 300 peserta merupakan mahasiswa berbagai perguruan tinggi negeri, mulai dari Aceh sampai Papua. Ditambah 1 peserta peninjau dari Hawai.
Gubernur Maluku Utara KH Abdul Gani Kasubah, Lc dalam sambutan menyampaikan beberapa hal. Pertama. Beliau menerima dengan tangan terbuka kehadiran para mahasiswa peserta KKN Kebangsaan. Gubernur berharap agar para mahasiswa belajar bersama masyarakat dan memberikan sumbangan pengetahuan yang dimilikinya. Melalui KKN Kebangsaan diharapkan terjadi transformasi pada masyarakat Ternate dan Tidore menjadi lebih baik lagi.
Kedua, Gubernur mengajak para hadirin untuk menyadari bersama bahwa segala sesuatu itu ada batasnya. “Semuanya pasti akan berakhir”, tegas Gubernur yang merupakan lulusan Universitas Madinah tersebut. Karena itu semuanya harus dijalani secara baik dan mempersiapkan generasi penerus agar siap saat mereka menjadi motor di zamannya. KKN Kebangsaan adalah salah satu sarana penting yang harus dilihat sebagai media untuk menyiapkan mereka agar kelak siap pada saatnya generasi yang sekarang harus menyerahkan tampuk kepemimpinan.
Ketiga, fokus utama kepemimpinan beliau sebagai gubernur adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Bagi Gubernur Maluku Utara, SDM adalah penentu maju atau tidaknya sebuah daerah. Karena itu, peningkatan SDM menjadi kunci yang harus diperjuangkan. Tanpa SDM yang bermutu, kemajuan akan sulit untuk dicapai.
Keempat, Tidore merupakan kota yang memiliki sejarah panjang bagi Indonesia. Inilah pulau yang pernah mempersatukan kerajaan-kerajaan lain yang berdaulat melalui Kesultanan Tidore. “Tidore ini merupakan kota yang sangat bersih”, tegas Gubernur. Kebersihan ini mendukung posisi historis Tidore dalam konteks sejarah panjang bangsa Indonesia.
Kelima, Gubernur juga membahas panjang lebar potret pendidikan di Provinsi Maluku Utara. Dibandingkan dengan Provinsi yang lainnya, Maluku Utara memang harus berjuang lebih keras lagi. Jumlah doktor masih terbatas, apalagi jumlah guru besarnya. Karena itulah maka Gubernur mengajak semua pihak untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Maluku Utara. Semakin banyak jumlah doktor dan profesor maka akan memiliki kontribusi nyata terhadap kemajuan daerah.

Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kemenristekdikti, Dr. Didin Wahidin, M.Pd., yang mewakili Menteri Riset dan Teknologi dalam sambutannya menyampaikan beberapa hal. Pertama, KKN Kebangsaan yang tahun ini dilaksanakan di Ternate dan Tidore bukan merupakan KKN biasa. “KKN ini diikuti oleh putra-putra terbaik perguruan tinggi besar di Indonesia”, tegas Dr. Didin. Mereka terpilih setelah diseleksi oleh perguruan tinggi masing-masing.
Kedua, KKN ini mempertemukan para mahasiswa yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Seluruh mahasiswa yang menjadi peserta KKN Kebangsaan akan terlibat dalam komunikasi intensif satu sama lainnya. Hal ini memungkinkan terbangunnya kohesivitas antar anak bangsa.
Ketiga, KKN ini merupakan modal penting bagi kehidupan mahasiswa di masa yang akan datang. Saat KKN, mereka mulai berjejaring. Pada saatnya nanti, suasana kebersamaan ini akan menjadi salah satu modal dalam mereka menapaki kehidupan.
Keempat, KKN merupakan kegiatan mahasiswa untuk mengamalkan ilmu yang dimiliki. Juga sarana bagi mahasiswa untuk belajar bermasyarakat tentang hal-hal yang baik dan diwariskan secara turun-temurun.
Kelima, KKN adalah sarana transformasi yang cukup efektif. Dr. Didin Wahidin memberikan contoh yang terbalik dari Kota Tidore yang dikenal dengan kebersihannya, yakni Bandung. Sungai Citarum yang ada di Kota Kembang tersebut dikenal sangat kotor. Kondisi Sungai Citarum perlahan menjadi lebih baik dan bersih seiring adanya KKN Tematik Citarum Harum. Hal ini merupakan bukti bahwa mahasiswa bisa menjalankan peran transformasi—baik untuk diri sendiri atau masyarakat—menuju kondisi yang lebih baik.
Acara berakhir pada pukul 16.00 WIT. Pada bagian akhir disajikan Tarian Sasaro. Saat tarian mulai, Ketua LPPM Universitas Khairun, Nurhasana, S.Si., M.Si., mendekati saya dan menjelaskan bahwa Sasaro itu artinya sesaji. Gerakan tari tersebut menggambarkan gabungan gerakan tarian dari berbagai macam daerah di Indonesia. Adat Sasaro biasanya dilaksanakan pada acara perkawinan yang melambangkan kebahagiaan.
Usai acara saya menyerahkan kenangan kepada Rektor Universitas Khairun, Prof. Dr. Husen Alting. Setelah itu bersama dengan 5 orang mahasiswa kami berfoto bersama. Saya berpesan kepada mereka untuk menjalankan KKN dengan baik. Saya juga menjelaskan kepada mereka untuk disiplin menulis pengalaman selama KKN. Kumpulan pengalaman itu akan diterbitkan oleh IAIN Tulungagung Press menjadi sebuah buku.

Sriwijaya Air, Penerbangan dari Ternate Menuju Makassar, 20 Juli 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.