Ngainun Naim
Saya suka
silaturrahim. Setiap ada kesempatan berkunjung ke sebuah tempat, biasanya saya
menghubungi kolega yang tinggal di tempat itu. Bisa kolega yang sudah pernah
bertatap muka maupun yang berinteraksi di dunia maya.
Bertemu, berdiskusi,
dan berbagi cerita adalah anugerah hidup yang sungguh luar biasa. Saya selalu
menikmati pertemuan-pertemuan semacam ini. Rasanya sungguh bahagia bisa bersua
kolega. Saya merasa mendapatkan banyak hal dalam perbincangan yang akrab.
Hari rabo 24 Oktober
2018 saya sedang ada tugas di Bogor. Saya teringat kolega yang aktif
berkomunikasi di facebook. Beberapa kali kami saling memberi komentar terhadap
status di facebook, juga komunikasi via inbox. Saya juga pernah mengirimi buku
karya saya, Proses Kreatif Penulisan Akademik. Beliau lalu membalas
mengirimi buku yang diadaptasi dari disertasi beliau. Beliau adalah Dr. H.
Hasan Basri Tanjung, MA.
Saya inbox beliau dan
meminta nomor WA. Tidak seberapa lama beliau membalas. Saya sampaikan bahwa
jika memungkinkan, saat istirahat saya ingin silaturrahim ke lembaga pendidikan
yang beliau kelola, yaitu SD dan SMP IT Dinamika Umat.
Tidak butuh waktu
lama. Inbox saya segera dibalas. Beliau menyambut dengan tangan terbuka. Komunikasi
berikutnya berpindah ke jalur WA.
Acara yang saya ikuti jeda
jam 11.00. Segera saya pesan Grab. Dilihat dari Google Map, sesungguhnya lokasi
Bukit Dinamika Umat tempat Dr. Hasan Basri Tanjung cukup jauh. Tapi niat saya
sudah bulat. Saya ingin mendapatkan berkah silaturrahmi. Saya ingin tahu Bukit
Dinamika Umat yang mendidik anak-anak dengan penuh totalitas. Lembaga ini,
sejauh yang saya amati, memiliki keunikan. Salah satunya adalah lembaga ini
membangun karakter anak didik secara serius. Bayangkan, sebuah lembaga
pendidikan tanpa petugas kebersihan. Jadi kebersihan adalah tanggung jawab bersama.
Secara umum perjalanan
berlangsung lancar. Kami hanya bertanya saat masuk ke lokasi. Selebihnya tidak
ada masalah.
Saat sampai di lokasi,
pintu gerbang ditutup. Rupanya sedang shalat dhuhur berjamaah. Saat saya mulai
mencari nomor telpon Dr. Hasan Basri Tanjung, seorang ibu yang ada di lokasi
menyapa.
“Bapak temannya Ustad
Tanjung ya", tanyanya.
"Iya Bu",
jawab saya.
"Ditunggu ya Pak.
Masih shalat jamaah".
"Iya Bu".
Tidak sampai 5 menit,
Dr. Hasan Basri Tanjung muncul justru dari arah kedatangan saya. Rupanya beliau
dari rumah. Kami pun bersalaman. Dr. Hasan Basri lalu mengajak saya masuk ke
dalam.
Anak-anak rupanya
sudah selesai shalat jamaah. Beberapa anak berhamburan ke arah kami. Mereka bersalaman.
Ini yang membuat saya kagum. Setiap bertemu anak-anak, Dr. Hasan Basri Tanjung
menyapa, menyebut namanya, menyalami mereka. Sungguh sebuah keakraban dalam
makna yang sesunggugnya. Beliau hafal semua nama santrinya yang hampir 400
orang.
Ini model pendidikan
yang saya kira sangat penting. Keakraban terbangun antara guru dan siswa. Keakraban
semacam ini yang saya kira memiliki peranan besar dalam membentuk karakter
siswa sekaligus menanamkan relasi yang kuat antara guru dan siswa.
Ratusan anak
bersalaman dengan kami. Mereka berbaris secara rapi. Saya merasakan sebuah
pengalaman yang tak terlukiskan. Ada keakraban, kedekatan, dan kesatupaduan
yang terangkai menjadi satu.
Beliau dan puteranya
yang sedang bersiap studi ke Mesir, Ustad Ihza, mengajak saya berkeliling
Kampus Dinamika Umat. Satu demi satu beliau jelaskan fungsi gedung, kisah
pembangunannya, dan hal ikhwal pembangunannya. Di perjalanan keliling ini,
setiap bertemu anak-anak, Dr. Hasan Basri Tanjung menyapa dan memberikan
nasehat.
Kampus Bukit Dinamika
Umat sungguh asri. Lokasinya memang perbukitan. Bersih dan sangat cocok untuk tempat
pendidikan.
Rupanya perjalanan
mengarah ke saung. Di situ kami disambut oleh istri Dr. Hasan Basri Tanjung. Beliau
menyambut kami. Di saung sudah disediakan menu makan siang. Sungguh sebuah keberkahan
yang tidak terkira.
Bertiga—saya, Dr.
Tanjung dan Ustad Ihza—makan bersama. Wuih, nikmatnya tidak terkira. Diiringi perbincangan,
kami menikmati makan siang yang tersaji.
Usai makan, kami masih
melanjutkan perbincangan. Sesaat kemudian datang kakak Dr. Hasan Basri Tanjung.
Beliau memperkenalkan kepada saya dan bercerita bahwa kakak beliau inilah yang
sehari-hari tinggal dan mengurusi Bukit Dinamika Umat. Kami pun kemudian
berbincang tentang banyak hal. Juga tentu saja saling mendoakan.
Jarum jam sudah
menunjukkan pukul 13.00. Saya pun pamit. Dr. Hasan Basri Tanjung mengantarkan
saya. Sebelum pulang, beliau memberikan saya salah satu buku karya beliau. Saya
pun kebetulan membawa satu buku karya mahasiswa KKN. Saya jadikan buku itu
sebagai ganti. Saling tukar buku.
Usai berfoto di Kantor
Yayasan Dinamika Umat, saya diantar ke pintu gerbang menuju jalan raya Parung. Saya
pesan Grab dan Dr. Tanjung masih dengan hangat menemani saya sampai Grab
datang. Sungguh sebuah silaturrahim yang sangat bermakna. Terima kasih Dr.
Tanjung atas sambutan hangatnya. Semoga persahabatan ini selalu memberikan
kebajikan. Amin.
Bogor, 26 Oktober
2018.
Amiin..
BalasHapusKisah yang singkat, padat namun sarat akan makna.
Alhamdulillah. Terima kasih.
Hapus