Oleh Ngainun
Naim
![]() |
Ramadhan
sudah berada di ujung. Tinggal 1 atau 2 hari lagi kita menjalankan ibadah
puasa. Perjuangan satu bulan akhirnya tertunai sudah. Tidak ada kata yang patut
diucap melainkan puji syukur kepada Allah Swt. Jika bukan karena anugerah dan
perkenan-Nya, kita tidak mungkin bisa menjalankan ibadah ini sebaik mungkin.
Di ujung
ramadhan ini, ada baiknya kita melakukan evaluasi diri. Evaluasi untuk melihat
apakah ibadah sebulan yang kita lakukan sudah berjalan secara maksimal atau belum.
Jika sudah maksimal, tentu itu yang diharapkan. Tetapi jika belum, masih ada
sisa hari yang dapat dimanfaatkan sebaik mungkin.
Hari ini
suasananya sudah seperti suasana lebaran. Di kampung saya, suasana menyambut
lebaran terasa dalam beberapa hari ini terakhir ini. Setiap gang membuat
umbul-umbul layaknya menyambut bulan Agustus. Tidak hanya itu, di malam hari
juga di pasang lampu warna-warni. Suasananya sungguh indah dan penuh warna.
Di pintu
masuk gang dibuat gapura mini dengan banner ucapan Selamat Hari Raya Idul
Fitri. Tujuannya jelas yaitu sebagai wujud partisipasi bersama menyambut
datangnya bulan yang penuh kegembiraan, yaitu bulan syawal.
Suasana
semacam ini sesungguhnya belum terlalu lama. Seingat saya baru dua atau tiga
tahun terakhir. Entah siapa yang memulainya, saya tidak ingat persis.
Bagi saya,
penyambutan semacam ini tetap bermanfaat. Memang jika ditinjau dari sudut
pandang ekonomi akan dinilai sebagai sebuah pemborosan. Tetapi tidak semua
manfaat itu bisa diukur dari sisi ekonomi. Ada manfaat sosial, budaya, agama,
dan banyak manfaat yang lainnya. Jadi kemeriahan menyambut kedatangan lebaran ini
sebaiknya dinilai dengan sudut pandang positif. Dengan cara demikian, kita
tidak akan terjebak pada sikap saling menyalahkan. Sikap yang terbaik saya kira
mencari sisi positif atas setiap fenomena.
Trenggalek, 3 Juli 2016
Sepertinya latar blognya lebih cerah bila berwarna putih, seperti sebelum2nya. Lbh enak membacanya. Maaf Pak
BalasHapusIya mas. Terima kasih atas masukannya. Soal menulis, saya hanya berusaha menulis semampu saya. Terima kasih berkenan berkunjung di blog sederhana ini.
HapusSy banyak belajar dari tulisan Bapak, termasuk diksinya. Lebih2 pula semangat menulisnya yg istikamah
BalasHapusBagaimanapun lebaran tetap lebih semarak dari tahun sebelumnya. Setuju sekali artikelnya, ini bagian dari syiar Islam
BalasHapusTerima kasih bnyak Bu Ima atas dukungannya.
HapusSelamat menyambut semarak lebaran Pak. Naim...d tempat saya biasanya menanamkan pohon pisang di depan setiap rumah
BalasHapusSelamat lebaran juga buat Eka Sutarmi. Tanam pisang juga ada di tempat saya. Posisinya ada di depan musholla.
Hapuswah, di tempat saya kok gak sesemarak ituu
BalasHapusTempat saya dulu juga belum semeriah itu Bu. Sekarang saja setelah anak-anak muda bekerja sama untuk memeriahkannya. Bisa dicoba juga di Jogja Bu he he he.
Hapus