Oleh Ngainun Naim
Menulis setiap hari untuk kemudian ditampilkan di
jejaring sosial—facebook, twitter, blog—jelas bukan pekerjaan ringan. Semenjak
saya bertekad menulis sehari satu artikel, saya benar-benar harus berjuang
untuk mewujudkannya. Godaannya jelas ada. Kadang rasa malas, kadang kondisi
fisik yang capek, kadang waktu yang tidak bisa kompromi, dan berbagai alasan
lainnya.
Tetapi jika mengingat berbagai tulisan yang saya buat
agar tidak mudah mengeluh, harus bersyukur, harus berjuang, dan berbagai energi
positif lainnya, saya pun berusaha untuk menepis berbagai godaan yang ada.
Mengeluh, sebagaimana beberapa kali saya tulis, jelas tidak banyak memberikan
manfaat. Daripada mengeluh, lebih baik saya berjuang dengan menulis. Mengeluh
tidak memberikan manfaat apa pun kepada saya.
Bersyukur? Ya, karunia Allah yang diberikan kepada saya
sangat-sangat banyak dan tidak terhitung. Bahkan jika pun saya harus
menghitungnya, jelas saya tidak mampu menghitungnya. Karena itu, bersyukur
harus terus-menerus saya lakukan sebagai manifestasi kehambaan saya kepada
Allah. Salah satu wujud karunia Allah yang harus saya syukuri adalah karunia
menulis.
Menulis memang tidak mudah. Setidaknya itu pengalaman
saya pribadi dan juga pendapat beberapa orang yang pernah saya temui. Pada
kerangka inilah, saya pernah membuat sebuah catatan bahwa ”Penulis Itu Makhluk Langka”. Justru karena itulah saya harus
mensyukuri anugerah Allah karena bisa menulis. Dan wujud syukur saya adalah
dengan menulis dan membagikannya kepada masyarakat luas. Jadi, menulis
merupakan manifestasi rasa syukur saya.
Menulis itu juga perjuangan. Banyak yang berpendapat
bahwa menulis itu membutuhkan waktu yang tenang, khusus, dan sedang tidak
sibuk. Jika rumus ini dipakai, barangkali saya akan sangat jarang menghasilkan
tulisan. Lima hari dalam seminggu saya harus pergi ke kantor. Berangkat dari
rumah jam 6 pagi dan sampai di rumah setelah magrib. Hari sabtu dan minggu
biasanya saya pakai untuk kegiatan keluarga, sehingga nyaris tidak ada waktu
khusus untuk menulis.
Tetapi karena menulis itu merupakan hobi, saya selalu
berusaha menyempatkan menghasilkan tulisan, walaupun mungkin hanya satu
paragraf. Catatan ini, misalnya, saya buat beberapa kali. Pertama saya buat
setelah shalat subuh. Menulis harus saya hentikan karena saya harus berangkat
ke kantor. Di kantor, kebetulan ada waktu senggang. Kesempatan ini segera saya
manfaatkan untuk menulis. Begitulah, sebuah tulisan lahir melalui beberapa
momentum dan tidak dalam satu kesempatan.
Aspek penting yang saya ingin bagikan adalah energi
positif. Tulisan-tulisan yang saya buat saya niatkan sebagai sarana untuk
memberikan manfaat kepada diri saya dan juga kepada sesama. Semoga melalui cara
semacam ini hidup saya bermanfaat dan barakah. Amin.
Tulungagung, 8 Desember 2014
Ngainun Naim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.