Judul Buku: Tarekat Petani, Fenomena
Tarekat Syattariyah Lokal
Penulis: Prof. Dr. H. Nur Syam,
M.Si.
Penerbit: LKiS Yogyakarta
Edisi: 2013
Tebal: xiii+235 halaman
Dunia tarekat di Indonesia adalah dunia unik. Ada
karakteristik yang khas yang menjadi penanda komunitas penganut tarekat, yaitu
pada aspek ibadah. Orang yang memasuki tarekat menjadikan ibadah sebagai bagian
yang tidak terpisah dari aktivitas hidup kesehariannya. Orientasi keberagamaan
penganut tarekat adalah dimensi esoterik. Bagi kaum tarekat, ibadah dalam
berbagai bentuknya merupakan aspek penting yang menandai keberislaman mereka.
Memasuki dunia tarekat bukan berarti menjadi manusia yang
tidak memiliki kepedulian terhadap kehidupan sosial kemasyarakatan. Masuk
menjadi anggota tarekat bukan berarti harus menjadi anggota masyarakat yang
eksklusif. Tarekat dan kehidupan sosial kemasyarakatan berlangsung saling
mendukung. Jika ada kegiatan masyarakat penting, kegiatan tarekat bisa
ditangguhkan. Demikian juga, spirit kehidupan sosial kemasyarakatan para
anggota tarekat dipengaruhi oleh ajaran tarekat.
Karena itulah, dunia tarekat selalu menjadi bidang
penelitian yang menarik. Selalu saja ada ruang-ruang yang terbuka untuk
dimasuki secara baik. Kaum tarekat dan dunia kehidupan sehari-hari menjadi
bidang garapan sederhana tetapi menarik untuk ditelaah secara lebih mendalam.
Buku ini merupakan penelitian serius Prof. Dr. H. Nur
Syam terhadap Tarekat Syattariyah di Desa Kuanyar Mayong Jepara. Penelitian ini
menarik karena berbagai hal. Pertama, penggunaan
pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi sesungguhnya cukup sering
digunakan dalam penelitian semacam ini. Tetapi saat diaplikasikan dalam
penelitian, sebagaimana terbaca dalam buku ini, ada banyak hal yang secara
natural ditemukan. Berbagai prasangka dan dugaan terhadap kaum tarekat tertepis
oleh penelitian ini.
Kedua, objek penelitian ini adalah ”dunia sehari-hari”, sebuah fenomena yang
acapkali kurang diperhatikan. Berbagai penelitian terhadap dunia tarekat
biasanya mengambil sisi ”besar”, misalnya relasinya dengan dunia politik,
ekonomi, budaya, dan kekuasaan. Penelitian justru mengambil hal sederhana dan
membumi: kehidupan sehari-hari penganut tarekat.
Ketiga, pola penelitian antropologi semacam ini sarat dengan berbagai fakta mengejutkan.
Bahasa sederhana dan apa adanya membuat laporan penelitian ini menarik dan
tidak berat dibaca. Membaca laporan penelitian ini seperti membaca ”orang
bercerita”: enak, ringan, dan menarik.
Penelitian Nur Syam terhadap penganut Tarekat Syattariyah
di Kuanyar Mayong Jepara menunjukkan bahwa orang Jawa sesungguhnya tidak
menolak perubahan. Perubahan disadari sebagai realitas yang tidak mungkin untuk
dihindari, tetapi perubahan yang mereka terima adalah perubahan yang
berlangsung secara perlahan.
Bagi orang Jawa yang menganut tarekat, sebagaimana objek
penelitian Nur Syam, kehidupan sehari-hari mereka sesungguhnya merupakan
perpaduan antara filosofi Jawa dan ajaran tarekat. Konsepsi utama orang Jawa
adalah slamet. Orang yang mengamalkan
konsepsi slamet maka kehidupannya
akan terhindar dari berbagai keonaran, ketidaknyamanan, dan ketidakstabilan.
Mereka yang menganut tarekat juga sangat menyadari akan hal ini. Itulah
sebabnya penganut tarekat menyatu dengan budaya Jawa. Penelitian Nur Syam
bahkan menunjukkan jika ada perbenturan antara kegiatan tarekat dengan kegiatan
masyarakat, penganut tarekat lebih mengutamakan kegiatan masyarakat.
Slametan yang menjadi
tradisi orang Islam Jawa sesungguhnya merupakan manifestasi dua entitas: Jawa
dan Tarekat, sekaligus sebagai jawaban atas kepentingan makrokosmos dan
mikrokosmos. Di dalamnya tidak hanya sebagai ritual tetapi juga sebagai media
membangun harmoni sosial.
Penelitian dengan pendekatan fenomenologis yang dilakukan
oleh Nur Syam ini menemukan fakta menarik: penganut tarekat bukan komunitas
eksklusif. Menjadi penganut tarekat tidak membuat mereka terpisah dari
kehidupan sosial kemasyarakatan. Bahkan sebagian besar dari mereka adalah
aktivis sosial. Aspek yang menjadi titik pembeda adalah sisi kehidupan
spiritualnya. Pendekatan fenomenologis mampu menghadirkan sesuatu yang bercorak
maknawi dari pandangan kaum tarekat sendiri.
Dalam menjalani kehidupan, penganut tarekat menggunakan pattern for behavior sebagaimana
tafsiran guru mursyidnya sehingga apa yang dilakukan di dalam beribadah dan
juga tindakan sosial lainnya juga merupakan manifestasi dari tafsir ajaran
agama guru mursyidnya tersebut.
Sisi menarik penelitian yang dibukukan ini adalah dunia
tarekat tidak selalu identik dengan dunia orang tua. Usia muda bukan halangan
untuk masuk tarekat karena justru akan mampu mengendalikan dirinya. Inti ajaran
tarekat yang sesungguhnya adalah sistematisasi wirid. Melalui tata cara wirid
yang benar maka dunia hakikat itu akan terkuak dengan sendirinya. Orang yang
sudah memiliki kunci untuk membuka tabir itu adalah yang syariatnya baik dan
telah memasuki dunia hakikat secara memadai.
Kesimpulan penelitian ini yang menarik adalah
ditemukannya konsep baru dalam belantara kajian tarekat dan masyarakat, yaitu
”dunia akal sehat kaum tarekat”. Konsep ini memberikan gambaran bahwa dunia
kaum tarekat tidaklah sebagaimana
tudingan kaum awam dan bahkan juga kaum intelektual yang melihat bahwa
dunia tarekat adalah dunia eksklusif, yang terpisah dengan dunia sosial
lainnya, namun adalah dunia yang tetap menyatu. Kehidupan penganut tarekat
sesungguhnya adalah kehidupan yang tidak terlepas dari konteks zamannya. Ketika
mereka harus berhadapan dengan pilihan-pilihan untuk melakukan tindakan maka
melalui tindakan rasionalnya, mereka akan memilih mana yang paling penting pada
saat itu. Di dalam melakukan tindakan, mereka juga menggunakan logika tindakan
rasional bertujuan. Semua yang dilakukan didasarkan atas in order to motives, yaitu memiliki tujuan yang jelas. Tujuan itu
hakikatnya untuk menjaga keselamatan, baik keselamatan di dunia maupun akhirat,
keharmonisan dunia mikrokosmos dan makrokosmos, dan untuk menjaga kerukunan
antara manusia dan lainnya (hlm. 220).
Buku ini menarik dibaca karena memberikan perspektif ”apa
adanya” terhadap penganut tarekat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Pendekatan fenomenologis yang digunakan menjadikan penelitian ini tidak
terkesan dibuat-buat. Justru ada banyak dimensi lain dalam kehidupan penganut
tarekat yang terungkap dalam buku ini.
Tulungagung, 7 Desember 2013
Ngainun Naim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.