Oleh Ngainun Naim
Mengeluh tampaknya menjadi fenomena
umum yang bisa ditemukan di mana pun. Saya pernah menulis tema ini beberapa
kali dalam catatan-catatan saya sebelumnya. Tujuan utama saya menulis tema ini
adalah agar saya bisa mengurangi sifat mengeluh ini. Saya sendiri tahu mengeluh
itu bukan sifat yang baik, tetapi masih juga melakukannya. Melalui tulisan
semacam ini saya berharap agar tidak mudah untuk mengeluh.
Salah satu penyebab sifat mengeluh
adalah iri hati. Orang yang iri hati senantiasa melihat orang lain itu lebih
enak dibandingkan dirinya. Padahal, kerja dan jasanya lebih banyak dirinya.
Akhirnya, ia merasa diperlakukan tidak adil.
Lihat saja fenomena di tempat kerja.
PNS misalnya. Jika PNS dinilai kinerjanya kurang optimal mungkin saja benar,
tetapi tidak bisa digeneralisir. Tentu banyak juga yang bekerja secara optimal,
ikhlas, dan penuh dedikasi. Sementara yang kerja kurang optimal juga ada.
Beberapa komentar yang acapkali terdengar adalah antara yang rajin dengan yang
tidak rajin itu gajinya sama. Jadi, buat apa rajin bekerja kalau gajinya sama?
Cara pandang semacam yang menjadi salah satu penyebab PNS dinilai kurang
optimal bekerja.
Saat menulis topik ini, saya sedang
membuat sebuah naskah buku. Salah satu buku rujukannya adalah karya seorang
penulis Yogyakarta, Mas Akhmad Muhaimin Azzet. Judulnya Membangun Kecerdasan Spiritual Bagi Anak (Yogyakarta: Kata Hati,
2010). Pada halaman 52-54 diceritakan mengenai fenomena sebagaimana topik
tulisan ini. Jawaban Mas Azzet menarik untuk dijadikan sebagai bahan refleksi
bagi kita bersama.
Menurut Mas Azzet, orang yang rajin
bekerja tetapi tidak mendapatkan apresiasi dari pimpinan atau honor seperti
yang kata harapkan maka janganlah hal itu mengurangi semangat kita bekerja.
”Kalau orang lain atau pimpinan tidak melihat kerja kita, biarlah Tuhan
Yang Maha Melihat yang senantiasa melihat pekerjaan kita. Tidak penting lagi
orang lain atau pimpinan memuji atau tidak memuji atas kerja baik kita. Biarlah
Tuhan Yang Mahakaya yang memberikan balasan atas kerja kita. Bila demikian, kita
akan terus mempunyai semangat untuk bekerja dengan baik, untuk memberikan yang
terbaik karena Tuhan yang menjadi tujuan kita”.
Saya tertegun cukup lama membaca
kutipan ini. Saya sudah sering mendengar tulisan atau ucapan semacam ini.
Tetapi harus jujur saya katakan, membaca tulisan Mas Azzet seolah mendapatkan
sudut pandang baru. Saya merasa malu. Rasanya masih jauh dari kondisi semacam
itu. Karena itu, sebagaimana paparan di awal tulisan ini, saya ingin menjadi
manusia yang tidak mudah mengeluh.
Berkaitan dengan paparan di atas, di
bagian berikutnya Mas Azzet mengajak pembacanya untuk merenungkan kata-kata
inspiratif yang pernah diucapkan oleh Mario Teguh. Menurut motivator papan atas
Indonesia ini, ”Lakukanlah saja dengan baik, berikan yang terbaik, lalu lihatlah
apa yang akan terjadi”. Kata-kata Mario Teguh ini terasa tepat untuk mengajak
kita semua melakukan kerja secara baik. Jadi, bekerjalah dengan orientasi yang
tepat. Orientasi materi itu penting, tetapi harus juga disadari bahwa orientasi
Tuhan jauh lebih penting dan mulia.
Bagaimana pendapat Anda? Salam!
Trenggalek, 4 Januari 2014
Ngainun
Naim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.