Oleh Ngainun Naim
Bersama (sebagian) mahasiswa Bidik Misi |
Tradisi membaca tampaknya masih harus terus digiatkan, khususnya di
kalangan mahasiswa. Bagaimana pun juga, kegiatan kuliah di kampus sesungguhnya
didominasi dengan kegiatan membaca, menulis, dan diskusi. Jika seorang
mahasiswa telah memiliki tradisi membaca secara baik, maka ia memiliki peluang
lebih besar untuk berhasilan dalam studi dibandingkan dengan mahasiswa yang
tidak memiliki tradisi membaca.
Hari kamis 2 Januari 2014, saya diminta oleh Forum Mahasiswa Bidik Misi
(Formasi) IAIN Tulungagung untuk mengisi seminar yang temanya adalah membaca.
Sebagai seorang pendidik, saya pun langsung mengiyakan. Bagi saya, membaca dan
menulis merupakan aktivitas yang harus terus-menerus ditradisikan. Karena itu,
kesempatan seminar ini saya jadikan wahana untuk membangkitkan semangat para
mahasiswa agar mereka semakin rajin membaca.
Materi yang saya sampaikan dalam seminar ini sesungguhnya merupakan
saripati dari buku yang pernah saya tulis, The
Power of Reading, Menggali Kekuatan Membaca untuk Memberdayakan Diri (Yogyakarta:
Aura Pustaka, 2013). Sehingga jika boleh disebut, acara kemarin lebih tepatnya
disebut sebagai bedah buku, yaitu membedah isi buku yang saya tulis.
Pada bagian awal makalah, saya mengutip pendapat Henry Ford sebagai sarana
untuk membangkitkan spirit mereka.
Siapa saja yang berhenti belajar pasti akan mudah menjadi
tua, tidak peduli umur dua puluh atau delapan puluh. Mereka yang tetap belajar
yang terus akan merasa muda. Hal terhebat dalam hidup adalah menjaga pikiran
tetap muda.
Saya lalu mengemukakan mengenai pentingnya belajar. Dan salah satu cara
paling efektif untuk belajar adalah dengan rajin membaca. Membaca yang
dilakukan secara serius akan membuat orang yang melakukannya dapat menjadi
manusia yang unggul. Pengetahuan yang dimilikinya menjadi pembeda sekaligus
nilai keunggulan yang kuat. Membaca itu bukan sekadar aktivitas menelusuri deretan
huruf yang tercetak rapi di atas kertas saja, tetapi lebih dari itu, membaca
sesungguhnya juga dapat dijadikan sebagai salah satu tolok ukur yang menentukan
kualitas dan kemajuan hidup.
Bersama ketua panitia |
Secara terperinci saya kemudian menguraikan tentang beberapa manfaat yang
dapat dipetik dari kegiatan membaca, yaitu:
Cara
paling efektif menjawab rasa ingin tahu.
Meluaskan
cakrawala.
Menjadikan
diri senantiasa tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik.
Sangat
menguntungkan otak.
Mengubah
paradigma.
Mengembangkan
kreativitas.
Menguatkan
kepribadian.
Menjadi
diri sendiri.
Saya juga memberikan teknik membaca yang bisa dimanfaatkan untuk
meningkatkan keterampilan studi para mahasiswa. Melalui teknik membaca efektif,
saya berharap mereka semakin giat membaca sehingga prestasi studinya dapat
semakin meningkat.
Pada pemaparan, saya berusaha meyakinkan bahwa teks (tertulis) memang memiliki kekuatan yang dahsyat.
Namun tidak semua orang mampu menangkap, merenungi, menghayati, merekonstruksi,
kemudian menjadikannya modal untuk melakukan perubahan diri.
Sebuah teks yang
sama akan memiliki pengaruh yang berbeda pada setiap orang. Bagi banyak orang,
sangat mungkin teks tersebut hanyalah sebuah teks yang biasa saja, sehingga
kemudian terlupakan seiring perjalanan waktu. Namun teks yang sama juga
memiliki peluang untuk menjadi sesuatu yang sangat berpengaruh, bahkan mampu
menjadi magnit dan energi besar yang memberdayakan. Di sinilah misteri besar
teks.
Ada beberapa persyaratan yang harus dimiliki agar saat membaca sebuah teks
dapat menyerap energinya, menangkap maknanya, dan kemudian
mentransformasikannya dalam konteks yang lebih luas.
1. Sabar: bila tergesa-gesa
dalam memaknai suatu gagasan, bisa jadi
kesimpulannya salah.
2. Telaten. Ke-telaten-an memungut makna-makna yang tersebar di
sepanjang halaman buku kemudian mengumpulkan dan menghimpunnya amat diperlukan
karena kalau tidak telaten akan banyak gagasan yang menguap dan bersembunyi
kembali.
3. Tekun: membantu kita
menyisir himpunan kata, kalimat, alinea, bab, dan bagian demi bagian yang
menyimpan gagasan pokok dan penting untuk diperhatikan.
4. Gigih: mendorong agar
tidak sekali baca sudah itu mati, artinya bisa jadi perlu mengulang pembacaan
hingga lebih dari sekali.
5. Sungguh-sungguh: kesungguhan dalam
menemukan makna, memahami maksud penulis, dan mengajak pikiran memelototi
hal-hal menarik dan penting yang disampaikan seorang penulis akan menghadirkan
manfaat yang tidak terduga.
Ada banyak hal lain yang saya sampaikan. Respon peserta juga
cukup bagus. Tanya jawab berlangsung
dengan seru. Sayang, acara harus diakhiri karena waktu sudah menunjukkan jam 12
siang. Semoga hal sederhana yang saya sampaikan kepada para mahasiswa
memberikan manfaat. Semoga mereka menjadi semakin rajin membaca. Dan semoga
kemanfaatannya semakin luas setelah saya buat tulisan di jejaring sosial ini.
Amin.
Trenggalek, Sabtu, 4 Januari 2014
Ngainun Naim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.