Oleh Ngainun Naim
Kebaikan itu sesungguhnya tidak rumit. Ada sangat banyak
hal yang bisa dilakukan. Bahkan hal-hal biasa yang sering tidak kita perhatikan
pun sesungguhnya banyak mengandung nilai kebaikan. Tetapi karena kurang
memperhatikan, kebaikan yang sesungguhnya sangat penting untuk kita lakukan itu
menjadi terabaikan.
Kebaikan itu banyak ragam dan levelnya. Menurut saya,
aspek yang penting untuk dijadikan dasar kesadaran bersama adalah: melakukan
kebaikan, sekecil apa pun, untuk kebaikan bersama. Aspek ini, menurut saya,
penting untuk menumbuhkan kehidupan bersama yang harmonis dan penuh penghargaan
terhadap sesama.
Jika setiap orang mampu melakukan hal semacam ini, tentu
yang namanya kehidupan yang damai akan mampu tercipta. Kebaikan, sekecil apa
pun, akan memiliki implikasi yang juga baik kepada orang yang juga
melakukannya, juga berimplikasi kepada orang lain secara lebih luas.
Berkaitan dengan konsep kebaikan ini, saya menemukan
konsep yang menarik dari Ustadz Wijayanto. Menurut Ustadz Wijayanto, kebaikan
adalah sesuatu yang menimbulkan ketenangan diri dan ketenteraman jiwa.
Sedangkan kejelekan merupakan hal yang meresahkan diri dan menimbulkan keraguan
dalam hati. Hal ini selaras dengan hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad.
Mengapa melakukan kebajikan itu penting? Tentu ada banyak
alasan yang bisa dikemukakan. Ajaran agama menekankan pentingnya kebajikan.
Kebajikan menjadi landasan bagi kehidupan yang damai dan penuh makna.
Kebajikan dalam ajaran Islam, sebagaimana dituturkan
Wijayanto, kayak multi level marketing. Dalam sistem multi level marketing,
jika semakin besar jumlah orang yang bergabung dan menjadi anggota (down line), semakin banyak keuntungan
orang yang pertama kali mengajak (up line).
Artinya,
semakin bertambah down line semakin
bertambah pula insentif bagi up line, terus
dan terus tiada henti.
Kebaikan dalam Islam,
kata Wijayanto dalam bukunya, Bukan
Muslim NATO, No Action Talk Only (Yogyakarta: Zakia, 2006), hlm. 141.,
mirip seperti itu. Ia pun mengutip hadis, ”Barangsiapa
yang menunjukkan sebuah kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala sebanyak orang
yang mengikuti atau mengamalkan kebaikan tersebut”. Siapa yang memfasilitasi,
mendukung, memberikan sarana untuk orang berbuat baik maka ia memperoleh juga
pahala kebaikannya. Dengan kata lain orang yang mengajak orang lain bergabung
dalam ”market kebaikan” maka orang
yang mengajak tersebut akan mendapatkan kemanfaatan yang terus-menerus.
Tulungagung, 5 Januari 2013
Ngainun Naim
www.ngainun-naim.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.