Oleh Ngainun Naim
Judul tulisan ini mungkin membingungkan atau paling tidak
menimbulkan tanda tanya. Saya kira itu wajar karena judul tulisan ini memang
membuka peluang bagi Anda untuk menafsirkan atau mengira mengenai kaitan
tulisan ini secara khusus.
Tulisan ini berkaitan dengan fenomena berkembangnya
berbagai media sosial seperti Facebook, Twitter, Blog, Instagram, dan
lain-lain. Berbagai bentuk media sosial tersebut kini telah ada, hadir, dan
menjadi bagian tidak terpisah dari kehidupan. Ia bahkan telah menghadirkan
berbagai model baru relasi antar manusia. Manusia sekarang ini tampaknya lebih
menikmati relasi di antara sesamanya dalam ’dunia maya’ dibandingkan dengan
dunia yang sesungguhnya.
Coba Anda cermati apa yang Anda—dan juga saya—lakukan
ketika waktu senggang? Membuka HP atau perangkat teknologi lainnya, lalu dengan
asyik memasuki jejaring sosial atau internet. Jika ada orang lain di dekat
kita, kita pun jarang menyapanya. Kita asyik berdialog atau berkomunikasi
dengan orang ’di seberang sana’. Ini berarti hadirnya berbagai teknologi
komunikasi tersebut telah menghadirkan pola relasi baru antar manusia.
Fenomena semacam ini mudah ditemui di berbagai tempat
umum, seperti terminal, bandara, stasiun, dan berbagai fasilitas umum lainnya. Apalagi
sekarang ini berbagai tempat umum biasanya menyediakan fasilitas wi-fi secara
gratis. Jadinya peluang dan kesempatan untuk masuk dunia maya semakin terbuka
lebar.
’Menjadi subyek’ sebagaimana yang saya maksudkan dalam
judul tulisan ini adalah bahwa kita semua sekarang ini bisa menjadi aktor. Kita
bisa menjadi diri sendiri. Posisi kita sekarang ini bisa setara antara satu
orang dengan orang lainnya. Tidak ada lagi struktur hirarkis yang bisa mengontrol
sepenuhnya seperti era sebelumnya.
Menulis merupakan contohnya. Sebelum berbagai media
sosial muncul, tulisan yang bersifat publik sangat terbatas aksesnya. Media massa
cetak hanya menyediakan ruang yang sangat terbatas untuk penulis luar. Buku-buku
yang terbit di berbagai penerbitan juga sangat terbatas. Tetapi kini, semuanya
sudah terbuka. Berbagai media yang menampung tulisan telah tersedia. Demikian juga
menerbitkan buku. Inilah yang saya maksudkan bahwa kita semua menjadi subyek.
Realitas semacam ini semestinya kita manfaatkan
sebaik-baiknya. Mari kita menjadi subyek yang kreatif. Menulis dan memanfaatkan
kesempatan yang ada untuk kemajuan diri sehingga segenap potensi yang kita
miliki bisa berkembang secara baik.
Tulungagung, 10 Desember 2013
Ngainun Naim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.