Oleh Ngainun Naim
Satu prinsip penting yang saya coba untuk praktikkan
dalam hidup ini adalah senantiasa berusaha menjadikan diri saya bermanfaat.
Prinsip ini, dalam praktiknya, ternyata tidak mudah. Ada banyak hambatan dan
tantangan dalam mewujudkannya.
Saya kira ini hal yang wajar. Semua orang yang memiliki
prinsip juga akan mengalami hal yang sama. Persoalan, hambatan, dan tantangan
sesungguhnya adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan ini. Hidup
sendiri, menurut yang saya pahami, adalah selaksa persoalan. Tugas kita sebagai
manusia adalah bagaimana memecahkan masalah demi masalah dengan baik.
Dalam kerangka menjalankan prinsip ini, saya bersyukur
dalam seminggu ini berkesempatan untuk berbagi inspirasi di beberapa tempat. Pertama, pada hari selasa tanggal 5 November,
saya diminta teman-teman Badan Eksekutif Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah
(STIT) Sunan Giri Trenggalek untuk menjadi pembicara sebuah seminar. Topiknya
tentang Generasi Islami. Pada kesempatan ini, saya menyampaikan berbagai hal
mengenai generasi Islami. Paparan selama satu jam ditambah tanya jawab disambut
antusias oleh peserta yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Mereka adalah para
siswa dan mahasiswa dari berbagai lembaga pendidikan yang ada di Kota
Trenggalek.
Kampus STIT Sunan Giri Trenggalek berada di lingkungan
Pondok Pesantren Raden Paku. Saya merasakan kebahagiaan bisa datang di sebuah
pesantren dan berbagi inspirasi dengan para santri.
Kedua, hari kamis tanggal 7 November saya diminta mengisi ceramah dengan tema Dakwah Bil Qalam oleh MAN Kunir Blitar.
Tentu, sesuai dengan tema, saya berbicara tentang manfaat menulis dan perannya
dalam dakwah. Sambutan para siswa juga antusias. Hal ini mengingatkan saya
beberapa puluh tahun lalu saat saya juga menjadi siswa MAN. MAN Kunir Blitar
terletak di lingkungan Pondok Pesantren Terpadu Al-Kamal. Jadi, sekali lagi
saya berbagi inspirasi dengan para santri.
Ketiga, hari jumat tanggal 8 November, sekali lagi saya berbagi cerita tentang
dunia menulis dengan komunitas siswa pecinta jurnalistik di MAN 2 Tulungagung.
Sama seperti di tempat lainnya, minat menulis para siswa ternyata sangat
tinggi. Mereka banyak yang telah menghasilkan karya tulis. Tinggal bagaimana
mengelola dan mengembangkannya. MAN 2 Tulungagung memang tidak berada di
lingkungan pondok pesantren, tetapi MAN 2 Tulungagung memiliki pesantren khusus
buat para siswanya.
Jadi, saya selama seminggu ini berbagi inspirasi dari
pesantren ke pesantren. Semoga apa yang saya lakukan memberikan manfaat dan
bernilai ibadah. Amin.
Tulungagung, 8 November 2013
www.ngainun-naim.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.