Mari Membangun Taman Bacaan Masyarakat!
Oleh Ngainun Naim
Membaca seharusnya ditradisikan semenjak dini. Melalui cara
semacam ini, seorang anak akan semakin dekat dengan buku. Ia akan terlatih
untuk menikmati membaca.
Anakku sedang membaca buku baru |
Mentradisikan membaca sejak dini dalam kenyataannya belum
banyak dilakukan. Sebabnya bermacam-macam. Salah satunya karena orang tua tidak
memiliki pengetahuan dan kesadaran untuk melakukannya. Gencarnya teknologi
informasi dan komunikasi dalam berbagai bentuknya juga menjadi sebab yang cukup
signifikan.
Satu hal mendasar lainnya yaitu sulitnya akses buku. Bagaimana
bisa mentradisikan membaca jika bahan bacaannya tidak ada? Ini masalah klasik
yang menurut saya tidak membutuhkan debat, tetapi membutuhkan aksi nyata.
Saya sesungguhnya sudah cukup lama memimpikan memiliki Taman
Bacaan Masyarakat (TBM) di rumah. Beberapa kali keinginan ini saya diskusikan
dengan istri, tetapi tampaknya realisasinya sulit. Sebab utamanya karena saya
dan istri bekerja dan baru pulang sore hari. Lantas siapa yang akan
mengelolanya?
TBM Pelangi dengan Background sepeda Bapakku |
Gagasan demi gagasan akhirnya mengkristal. Di rumah orang
tua saya ada dua orang adik berusia remaja yang juga mencintai buku. Saya tawarkan
kepada keduanya untuk mengelola TBM. Rak buku lama milik saya ada yang bisa
dimanfaatkan. Saya berjanji kepada keduanya untuk mendanai TBM itu sekaligus
membelikan buku-bukunya, walaupun mungkin tidak bisa sangat banyak. Yang
penting TBM berdiri dulu. Soal buku-buku bisa sambil jalan.
Kini, sudah sekitar dua bulan lebih TBM yang lokasinya di
tempat saya kerja dulu beroperasi. Respon masyarakat, khususnya para pelajar
PAUD, TK, SD, dan SMP sangat bagus. Bahkan beberapa warga masyarakat juga
berkenan untuk membaca. Memang koleksi bukunya belum terlalu banyak, tetapi
sudah cukup lumayan untuk mengobati haus akan ilmu pengetahuan warga masyarakat
yang selama ini memang tidak memperoleh akses.
TBM Pelangi—nama yang diberikan oleh adik saya—kini mulai
berjalan. Pengunjungnya terus berdatangan. Berbagai kegiatan kreatif juga
dikelola oleh adik saya, di antaranya melukis dan menulis cerita. Anak-anak
yang datang juga bergembira karena dia bisa belajar dan mengembangkan potensi
dirinya.
Agenda penting yang akan saya kembangkan dalam waktu
dekat adalah menambah koleksi buku-buku yang ada. Selain itu, juga mengembangkan
jaringan agar TBM kecil ini bisa dikunjungi oleh semakin banyak orang. Dengan cara
demikian diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata bagi meningkatkan
pengetahuan masyarakat.
Selain alasan membangun tradisi membaca, sesungguhnya
pendirian TBM ini juga bagian dari ”balas dendam” saya yang tidak mendapatkan
kesempatan menikmati buku secara optimal. Keadaan keluarga masa itu belum
memungkinkan saya memiliki buku. Mau meminjam buku juga tidak ada perpustakaan
umum. Saya baru bisa membaca secara luas setelah menginjak bangku kuliah S-1.
Nah, saya ingin anak-anak dari lingkungan tempat tinggal saya di masa kecil
tidak mengalami apa yang pernah saya alami. Saya ingin mereka menikmati buku
sejak dini. Semoga usaha kecil ini memberikan berkah hidup buat saya dan
keluarga saya. Jadi, mari membangun TBM agar memberikan kontribusi bagi
kemajuan masyarakat. Amin.
Trenggalek, 14 Oktober 2013
Ngainun Naim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.