Oleh Ngainun Naim
Malam menjelang pukul 19.00 suasana di sekitar Terminal Bus Trenggalek masih
cukup ramai. Jalanan dipenuhi kendaraan yang lalu lalang. Saya naik sepeda
motor dengan kecepatan sedang. Memang itu kebiasaan saya. Bisa dikata sangat
jarang saya melaju dengan kencang. Bagi saya pribadi, naik sepeda motor itu
tidak perlu terburu-buru, kecuali memang kondisi memaksa saya untuk
melakukannya.
Memasuki jalan kampung, suasana temaram dan ramai lalu lintas mulai
berkurang. Tiba-tiba dari arah berlawanan, sebuah sepeda motor tanpa lampu
melaju sangat kencang. Dia tidak memedulikan keadaan sekitarnya. Saya terpaksa
minggir. Beberapa kendaraan yang lain juga melakukan hal yang sama.
Naik sepeda motor ugal-ugalan semacam itu sudah sering saya temui. Bahkan
semakin sering terjadi. Padahal, kecelakaan akibat ugal-ugalan semacam itu juga
cukup sering terjadi. Tidak jarang nyawa melayang sia-sia. Tetapi anehnya,
tidak pernah ada anak muda penggila ugal-ugalan yang mau mengambil pelajaran
hidup dari fenomena semacam itu. Mereka tetap saja dengan bangga mengendarai
sepeda secara liar yang menyebabkan pengendara lain terganggu.
Bagi saya pribadi, fenomena semacam itu saya jadikan sebagai pelajaran
hidup. Saya menjadikannya sebagai ilmu. Ilmu itu kan bisa diperoleh dari
berbagai sumber. Bisa dari buku, internet, kehidupan, perbincangan, alam, dan
dari berbagai dimensi kehidupan yang maha luas. Jika kita membuka diri untuk
menyerap ilmu, pasti ada banyak ilmu yang bisa kita peroleh.
Syarat utama bagi orang yang ingin memetik pelajaran hidup dari sumber
apapun adalah adanya keterbukaan pikiran dan kesadaran yang berbasis pemikiran
positif. Dua syarat ini memungkinkan seseorang untuk mendapatkan banyak hikmah
dari aspek yang positif maupun negatif. Kita bisa mengambil hikmah tentang
pentingnya disiplin dari orang yang selalu disiplin sehingga kita berusaha
keras untuk meneladaninya. Ini contoh hikmah dari aspek positif. Sementara
hikmah dari aspek negatif misalnya, kita belajar sabar dari perilaku orang yang
menjengkelkan kita. Sabar memang mudah untuk diucapkan, tetapi sulit untuk
dilakukan. Kehadiran orang yang tidak sesuai dengan harapan kita sesungguhnya
menjadi media untuk memetik hikmah dan mengambil pelajaran berharga tentang
bagaimana menjalankan sabar secara bermakna.
Kita juga bisa mengambil hikmah anak muda yang naik sepeda motor secara
ugal-ugalan tersebut. Pelajaran ini penting untuk membangun perspektif dan
perilaku positif buat diri sendiri, anak-anak, keluarga, dan lingkungan yang
lebih luas. Jadi, ilmu itu bisa diperoleh dari mana saja asal kita mau membuka
pikiran dan membangun kesadaran berbasis pemikiran positif.
Trenggalek, 23 Oktober 2013
Ngainun Naim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.