Membaca Itu Gizi Menulis
Oleh Ngainun Naim
Dunia membaca dan menulis menjadi topik yang tidak pernah
habis diulas. Lihat saja artikel para Kompasianer
yang terus saja bermunculan tentang membaca dan menulis. Hal ini merupakan
bukti betapa dunia membaca dan menulis merupakan dunia yang tidak pernah
kehilangan pesona untuk dibahas.
Tulisan saya kali ini masih juga mengulas tentang dunia
membaca dan menulis. Bosan? Mungkin ia bagi Anda, tetapi tidak bagi saya.
Menurut saya, membaca dan menulis memang harus selalu diulas dan
disosialisasikan. Sebabnya jelas, yaitu semakin banyak orang yang mau membaca
dan menulis maka akan semakin banyak dampak positif yang bisa diperoleh.
Apakah selalu menghadirkan dampak positif? Jawabnya saya
kira tergantung. Aktivitas apapun itu tergantung kepada niatnya. Kalau memang
membaca dan menulis diniati untuk menghasilkan sesuatu yang positif, tentu saja
besar kemungkinan akan menghasilkan nilai positif juga. Tetapi jika niatnya
negatif, tentu akan menghasilkan sesuatu yang negatif pula.
Soal aspek positif saya kira tidak perlu diulas lagi.
Soal yang negatif? Banyak juga. Contohnya adalah orang yang banyak membaca dan
menulis, tetapi dilakukan tidak dengan jujur. Banyak menulis, tetapi tidak
menyebut sumber secara jujur alias plagiat. Ini merupakan contoh negatifnya.
Jadi, aspek niat menjadi penentu nilai positif aktivitas membaca dan menulis.
Eka Sari Lorena
Surbakti
Jumat pagi ini menjadi hari indah yang harus saya
syukuri. Kondisi fisik saya berangsur membaik setelah sakit selama beberapa
hari. Karena itu, sebagaimana biasa, saya datang ke kampus pada jam kerja.
Setelah berbenah dan mempersiapkan segala sesuatu untuk
mengajar, saya mulai membaca koran. Kebetulan sekali, di halaman 20 rubrik
sosok koran Jawa Pos, saya menemukan
sosok Eka Sari Lorena Surbakti. Perempuan pengusaha ini ternyata memiliki kebiasaan
membaca yang tinggi. Dalam kondisi sibuk sekalipun selalu diusahakan untuk
membaca. Sebagaimana dimuat di Jawa Pos edisi
Jumat (27/9), ia menuturkan:
”Saya paling doyan membaca karena ingin tahu banyak hal.
Jadi, situasi apa pun, pasti saya sempatkan untuk membacanya”.
Dia tidak pilih-pilih jenis (genre) buku yang dibaca.
”Saya suka semua jenis buku. Komik, majalah, koran, buku
teknologi, buku tentang ponsel, semua ingin tahu”.
Dampak nyata dari kegemaran membaca Lorena adalah ia
berhasil menulis sebuah buku. Buku yang rencananya diluncurkan pada 29 September
tersebut berjudul Ayo, Lawan Kemacetan.
Buku The Power of Reading
Saya
sendiri beberapa bulan lalu telah menerbitkan sebuah buku tentang membaca. Buku
ini saya tulis karena keyakinan saya bahwa membaca memang sangat penting artinya bagi manusia. Makna penting membaca ini
sudah tidak perlu diragukan atau diperdebatkan. Sebab, hampir semua orang akan
mengiyakan jika ditanya tentang makna penting membaca. Membacalah yang mampu
membuat seseorang keluar dari tempurung pengetahuannya yang kerdil. Lewat
membaca, seseorang mampu menjelajah selaksa wilayah luas tak bertepi. Ada
banyak hal luar biasa yang bisa diraih dari menjelajahi dunia aksara ini.
Namun demikian, tidak setiap aktivitas membaca akan
memiliki makna yang dahsyat sehingga mampu menggerakkan, memberdayakan, apalagi
mampu merubah jalan hidup seseorang. Dibutuhkan berbagai prasyarat dan kondisi
yang mendukung agar kegiatan membaca mampu menjadikan seseorang “berubah”
menjadi “manusia baru” yang tercerahkan.
Membaca akan memiliki makna yang cukup penting ketika
pembacanya mampu menangkap makna, baik yang tersurat maupun tersirat, dari teks
tertulis yang dibacanya. Jika hal ini tidak mampu dilakukan, maka membaca juga
akan kehilangan makna dan fungsinya yang substansial. Membaca dalam konteks
yang semacam ini bukanlah sebuah kegiatan yang akan mampu memperkaya informasi,
memberdayakan, apalagi mengubah jalan hidup seseorang.
Buku yang saya tulis ini mengulas tentang bagaimana banyak orang yang mampu berubah hidupnya
karena teks tertulis. Ada yang perubahannya begitu monumental, ada juga yang
perubahannya biasa saja. Semuanya tergantung kepada kondisi hidup masing-masing
orang. Tetapi di luar itu semua, satu hal yang penting untuk direnungkan
bahwasanya manusia itu memang bisa berubah hidupnya karena pengaruh teks. Namun
hal itu tidak terjadi begitu saja.
Penutup
Paparan di atas secara implisit ingin menegaskan bahwa
membaca itu penting artinya. Membaca dapat memiliki banyak fungsi, di antaranya
meningkatkan gizi sebuah tulisan. Kebiasaan membaca yang dimiliki ibu Lorena
berdampak nyata pada lahirnya sebuah buku.
Saya kira semua penulis yang baik adalah pembaca yang
baik. Bagaimana mungkin bisa dihasilkan sebuah tulisan yang
baik jika penulisnya tidak pernah membaca buku? Jadi, marilah menyeimbangkan
membaca demi tulisan yang bergizi.
Salam Persaudaraan!
Tulungagung, 27 September 2013
Ngainun
Naim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.