Dunia
Maya dan Persahabatan
Oleh Ngainun Naim
Saya termasuk terlambat dibandingkan teman-teman dalam
beraktivitas di dunia maya. Facebook misalnya, baru saya ikuti setelah
teman-teman ramai membahas jejaring sosial ini. Saya pun mencobanya secara
otodidak untuk menjadi anggota komunitas ini. Dan alhamdulillah, berhasil.
Beberapa hari ini saya terpaksa tidak bisa menyetujui
permintaan pertemanan yang jumlahnya masih sekitar 500-an orang itu karena
jumlah sahabat yang saya setujui sudah mencapai 4.995. Ini artinya sudah
diambang penuh. Saya tidak peduli apakah secara fisik kenal mereka. Juga tidak
memerdulikan apakah semuanya aktif. Sebab permintaan pertemanan itu, bagi saya,
harus diapresiasi secara positif.
Ada teman yang menyarankan agar saya selektif. Hanya
mereka yang kenal saja yang perlu untuk disetujui. Saran ini pun saya hargai.
Tetapi kayaknya terlalu ribet juga. Saya hanya menerapkan mekanisme sederhana:
jika meng-up date status yang tidak
pantas, maka mohon maaf, ia akan saya keluarkan dari jaringan persahabatan
saya. Itu saja. Selama tidak melakukan hal-hal yang tidak pantas, ia akan tetap
menjadi teman saya.
Twitter lebih parah lagi. Saya baru beberapa bulan
terakhir tergabung. Itupun tidak setiap hari ”berkicau”. Hanya sesekali saja.
Wajar jika yang memfollow saya masih dikisaran di bawah 100 orang. Beda dengan
para pesohor yang diikuti oleh ribuan orang.
Saya juga mengikuti Kompasiana.
Terhitung secara resmi sejak 4 Juli 2013 saya menjadi anggota blog
keroyokan ini. Jadi masih sangat baru.
Sebenarnya tidak hanya tiga itu saja. Ada juga beberapa
jejaring sosial lain yang saya ikuti, tetapi saya kurang aktif. Persoalan waktu
yang menjadi kendala utamanya. Karena itu, saya hanya memprioritaskan jejaring
seperti Kompasiana dan FB saja.
Apa manfaat berjejaring? Banyak sekali. Pertama, saya bisa bersua kembali dengan
sahabat-sahabat lama saya. Mereka ada yang teman sewaktu SMP, SMA, teman
kuliah, teman kerja, dan sebagainya. Waktu memang memisahkan kami secara fisik,
tetapi melalui FB saya bersua kembali dengan mereka. Bahkan salah seorang di
antara mereka pernah datang mencari saya di tempat kerja. Ia datang bersama
anak-anak dan istrinya. Senang sekali rasanya berjumpa kembali dengan teman
yang terpisah oleh waktu hampir 20 tahun.
Kedua, menjalin relasi ilmiah. Ya, melalui keanggotan di FB, saya pernah dimintai
sebuah tulisan untuk jurnal. Ini merupakan kesempatan baik yang harus saya
manfaatkan. Kepercayaan itu mahal harganya. Ia harus dirawat dan dikelola.
Caranya adalah dengan menulis sebaik mungkin sesuai kriteria yang mereka
terapkan.
Ketiga, menambah jumlah saudara. Banyak orang yang sekarang ini begitu akrab
menyapa karena pernah bertemu di sebuah forum. Jalinan persahabatan ini pun
meningkat menjadi persaudaraan yang indah.
Sebenarnya tidak hanya tiga hal itu saja. Ada beberapa
nilai lebih lain yang saya rasakan. Tiga nilai positif di atas saya kira
representasi dari nilai positif yang saya rasakan. Anda bisa menambahkan
sendiri nilai positif sesuai dengan pengalaman Anda sekalian.
Dukanya? Jelas ada. Dunia sosial itu dunia yang kerap
tidak beridentitas. Saya pernah mengalami teror via telepon oleh seseorang yang
meminta nomor ponsel saya. Saya kecewa dengan perlakuan orang tersebut, tetapi
ya sudah, semuanya telah terjadi. Namanya terpaksa saya blokir dari daftar
pertemanan.
Wall FB saya juga pernah diisi oleh gambar-gambar tidak
senonoh. Saya segera menghapusnya. Beberapa teman menyarankan agar saya
mengatur halaman wall saya agar tidak setiap tag bisa langsung muncul. Saya pun
mendapatkan ilmu baru dari hal-hal yang tidak mengenakkan tersebut.
Jadi, asalkan diniati sebagai sarana berbuat kebaikan,
saya kira kebaikan akan juga datang menyapa kita. Semoga.
Salam Persaudaraan!
Trenggalek, 28-29 September 2013
Ngainun Naim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.