Cinta dan Kasih Sayang
Semakin Hilang dari Hati Kita
Buku karya Irwan Masduqi |
Oleh Ngainun Naim
Kekerasan dalam berbagai bentuknya semakin sering terjadi. Teror dalam
berbagai bentuknya kian mencekam kesadaran masyarakat. Penindasan sebuah
kelompok atas kelompok lain yang dinilai menyimpang menjadi fenomena yang tidak
pernah tuntas diselesaikan. Dan masih banyak lagi kasus yang menunjukkan betapa
nilai-nilai kemanusiaan semakin sering dilanggar.
Inikah buah demokrasi? Demokrasi, sejauh yang saya pahami, tidak
mengajarkan hal-hal negatif semacam itu. Tetapi pelaksanaan demokrasi memang
tidak bisa sekali proses. Dibutuhkan proses panjang dan berkelanjutan. Pada
proses ini, ada dinamika dan perkembangan. Salah satu aspek yang biasanya
mengiringi adalah munculnya fenomena tidak menggembirakan sebagaimana yang saya
uraikan di atas.
Tidak ada formula tunggal untuk meminimalisir fenomena kekerasan dalam
berbagai bentuknya. Aspek yang penting adalah bagaimana seluruh elemen
masyarakat memiliki kesadaran untuk menghargai mereka yang berbeda. Ya,
menumbuhsuburkan toleransi dalam berbagai bidang kehidupan menjadi aspek
penting yang harus terus-menerus disuarakan. Dalam jangka panjang, kondisi ini
akan mendewasakan cara pandang masyarakat terhadap realitas keragaman yang ada.
Kedewasaan cara pandang ini akan menghasilkan kesadaran untuk tidak memaksakan
pendapat atas orang lain.
Sekarang tampaknya kita sedang belajar menjadi dewasa dalam menyikapi
perbedaaan. Kita baru belajar, belum menuai hasil belajar.
Inspirasi Muhammaed
Fethullah Gülen
Nama Muhammaed Fethullah Gülen mungkin relatif asing bagi telinga
masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dimaklumi karena Muhammaed Fethullah Gülen
memang bukan orang Indonesia. Ia merupakan intelektual Muslim yang cukup
diperhitungkan dari Turki.
Nama Muhammaed Fethullah Gülen saya kira penting untuk diperkenalkan ke
Indonesia karena ia memiliki pemikiran penting berkaitan dengan bagaimana
menciptakan kehidupan harmonis di tengah-tengah tantangan kehidupan yang kian
kompleks. Menurut saya, seorang intelektual yang bisa memberikan kontribusi
positif bagi kehidupan kita dapat kita apresiasi pemikirannya, tanpa memandang
asalnya. Melalui cara demikian, kehidupan kita justru akan semakin kaya warna.
Muhammaed Fethullah Gülen adalah seorang master sufi dan peacemakers yang sangat populer di
Turki. Ia sangat getol membangun dialog antargolongan yang mewakili beragam
ideologi, budaya, agama, dan negara.
Salah satu bentuk kegelisahan Muhammaed Fethullah Gülen adalah meningkatnya
terorisme dan kekerasan. Menurut Gülen, terorisme dan kekerasan merupakan
akibat dari hilangnya cinta dan kasih sayang di hati manusia. Cinta adalah
sebuah obat mujarab bagi problem terorisme. Kehidupan manusia hanya dapat
diwujudkan secara harmonis dengan cinta karena Allah tidak menciptakan hubungan
yang lebih kuat daripada cinta. Cinta merupakan rantai yang mengikat manusia
satu sama lain. Bahkan, alam semesta hanya akan menjadi reruntuhan jika tanpa
cinta (Masduqi, 2011: 151).
Perspektif yang dikembangkan Gülen saya kira penting untuk terus disuarakan
agar kehidupan damai semakin mungkin untuk terwujud. Memang bukan hal yang
mudah, tetapi usaha yang dilakukan secara konsisten akan memungkinkan bagi
terwujudnya kehidupan harmonis. Semoga!
Trenggalek—Tulungagung, 29-30 September 2013
Ngainun Naim
Referensi:
Irwan Masduqi, Berislam Secara Toleran, Teologi Kerukunan Umat Beragama (Bandung:
Mizan, 2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.