Inspirasi Hidup Seorang Tukang Ojek
Oleh Ngainun
Naim
Pelajaran hidup bisa diperoleh
dari mana saja. Hal-hal sederhana yang selama ini kerap kita temui pun
sesungguhnya memberikan banyak pelajaran berharga. Cuma kita mau membuka diri
dan menyadarinya atau tidak. Jika kita sudah menyiapkan diri untuk selalu
menggali dan mengambil inspirasi hidup, kita akan bisa menemukannya. Sebaliknya
jika kita menutup diri, tentu inspirasi itu tidak akan mampu kita serap.
Saya sendiri jarang menemukan
inspirasi. Mungkin saya terlalu cuek dan tidak peduli. Mungkin juga karena hati
saya keras sehingga tidak bisa mengambil pelajaran hidup dari sekitar.
Padahal, jika saya mau, saya
bisa saja menemukan pernik hidup yang kaya warna. Mungkin karena tuntutan hidup
yang kian mekanis, saya kurang memiliki ruang hidup untuk melakukan refleksi.
Hidup saya lebih didominasi oleh kerja dan kerja. Ruang-ruang sosial,
spiritual, dan emosional menjadi kurang berkembang secara baik.
Memperbanyak Membaca
Saya memang harus semakin banyak membaca. Membaca apa saja, bisa teks
tertulis maupun teks kehidupan. Teks tertulis memang selalu saya usahakan untuk
saya baca, walaupun harus dilakukan dengan memanfaatkan sela-sela waktu bekerja
yang padat. Sebuah buku kadang membutuhkan beberapa hari untuk menuntaskannya,
kadang membutuhkan waktu mingguan. Memang ada banyak faktor yang menentukan
selesainya sebuah buku.
Membaca teks kehidupan juga saya lakukan, walaupun tidak tersistematis. Saya kadang mencoba menghayati dan menggali makna
dari berbagai fenomena. Kehidupan sosial kemasyarakatan, dinamika pergaulan
sehari-hari, aneka ragam manusia, dan berbagai hal lainnya saya usahakan untuk
saya cermati. Tetapi saya tidak mampu melakukannya dengan intensitas tinggi dan
berdasarkan kesadaran untuk perbaikan hidup.
Hidup yang ideal adalah selalu
melakukan peningkatan kualitas dari hari ke hari. Hari ini diusahakan lebih
baik daripada hari kemarin. Hari esok diusahakan lebih baik dari hari ini.
Tetapi ini adalah idealitas yang sering berbanding terbalik dengan realitas.
Realitas hidup itu fluktuatif. Kadang meningkat lebih baik dan kadang terjatuh
pada kondisi yang kurang baik.
Inspirasi Tukang Ojek
Saya merupakan seorang
penglaju, yaitu orang yang bekerja antarkota dengan naik bus menuju tempat
kerja. Kadang memang membawa kendaraan sendiri, tetapi lebih sering dengan naik
bis. Menjadi penglaju membuat saya berkenalan dengan banyak orang: sesama
penglaju, kru bus, tukang ojek, tukang penitipan sepeda, dan berbagai profesi
lainnya. Bertemu dengan manusia yang beraneka ragam profesi membuat saya
mengetahui bahwa kehidupan itu sangat beraneka ragam. Ada dinamika hidup yang
unik, khas, dan menarik untuk dicermati.
Kamis sore (5 September 2013),
saya pulang dari kantor sudah agak sore. Hampir jam 5 ketika saya sampai di
penitipan. Saya lihat bus menuju Trenggalek baru saja lewat. Itu artinya saya
harus menanti bus berikutnya.
Saya duduk di kursi depan
penitipan yang dipakai jualan sate kambing. Mas Anto, penjaga warung sate,
menyapa saya dengan ramah. Kami berbincang dengan hangat. Sesaat kemudian
datang Pak Har, tukang ojek yang biasa mangkal di situ. Saya sering menyapa dan
berbincang singkat dengan Pak Har, tetapi hanya sekadar basa-basi saja. Tetapi
sore itu, karena waktu menunggu bus yang agak lama, saya bisa berdiskusi banyak.
Sore itu saya mendapatkan
banyak pengetahuan dan makna hidup. Saya bertanya di mana rumah Pak Har, beliau
menjawab bahwa rumahnya hanya berkisar 300 meter dari terminal. Perbincangan
pun meluas, termasuk bagaimana ia bercerita tentang kehidupannya. Ia
menjelaskan bahwa setiap bulan ada pemasukan 250.000 rupiah dari para
pelanggan. Uang itu biasanya dia tabung. Untuk kebutuhan hidup sehari-hari dia
mengandalkan dari pemasukan sebagai tukang ojek yang non-langganan.
Pak Har bercerita bahwa
istrinya adalah seorang penjahit. Setiap hari istrinya berusaha menabung sesuai
dengan pemasukan yang diterimanya. Kadang 5.000, kadang 10.000, tergantung
keadaan. Tabungan istrinya sangat berguna untuk keperluan penting dan mendadak.
Tidak hanya itu. Pak Har juga
menabung dalam bentuk kambing. Ia memiliki 8 ekor kambing yang ia pelihara
dengan penuh kesungguhan. Saat bercerita, ia penuh semangat menjelaskan
bagaimana cara memelihara kambing. Saya yang awam peternakan hanya mendengarkan
saja.
Ada banyak hal yang saya peroleh
dari pertemuan dengan Pak Har sore itu. Saya menangkap bahwa semangat menjalani
dan bertahan hidup dalam dinamika kehidupan yang kian ketat disikapi secara
arif dan kreatif. Pak Har telah memberikan inspirasi kepada saya mengenai
bagaimana menjalani kehidupan ini secara lebih baik.
Tulungagung, 6 September 2013
Ngainun Naim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.