Ngainun Naim
Salah satu fungsi pendidikan adalah membuka jalan bagi
kemajuan kehidupan manusia (Priatna: 2004). Kehidupan itu tidak selalu linier.
Ada dinamika yang kompleks. Tidak semua orang memiliki kemampuan untuk
menemukan jalan untuk menyusuri kehidupan secara baik. Pendidikan memiliki
fungsi untuk memberikan modal kepada siswa agar bisa mengarungi kehidupan yang
dinamis.
Modal yang diperoleh dari bangku
pendidikan memberikan potensi pada
siswa untuk kemajuan kehidupan. Namun
demikian modal ini sifatnya tidak statis. Kemampuan yang dimiliki sekarang
sangat mungkin sudah kehilangan relevansi di masa depan. Pada titik inilah
diperlukan satu aspek yang mendasar, yakni kemauan dan kemampuan untuk terus
belajar sepanjang hidup. Dengan usaha semacam ini,
modal akan terus diasah sehingga relevan dengan perkembangan yang ada.
Kemauan dan kemampuan untuk terus belajar sepanjang hidup
(life-long
learning) bukan persoalan sederhana (Sudarminta, dalam Atmadi dan
Setiyaningsih: 2000). Tidak semua orang mampu melakukannya. Belajar umumnya diasumsikan
hanya berlangsung ketika seseorang duduk di bangku sekolah atau kuliah. Setelah
itu sudah tidak ada lagi belajar.
Belajar itu sesungguhnya menjadi bagian
tidak terpisah dari kehidupan. Manusia yang berhenti belajar akan menjadi “beku”.
Ia telah merasa cukup dengan apa yang dimilikinya. Padahal realitas terus
tumbuh dan berkembang secara dinamis dan kompleks. Berhenti belajar berarti
akan membuat seseorang tidak akan lagi memiliki modal yang memadai untuk
menghadapi kehidupan yang tengah berjalan.
Tradisi belajar
juga berkaitan dengan tantangan kehidupan di masa depan. Menurut Hasbullah
(2015), kriteria masa depan adalah hiperkompetisi, suksesi revolusi teknologi,
dislokasi, dan konflik sosial. Menyimak kriteria semacam itu maka tantangan demi
tantangan kehidupan ke depan
sungguh tidak mudah. Salah satu cara menghadapinya adalah dengan kreativitas
yang tinggi. Kreativitas ini bisa diperoleh dan diasah melalui bangku
pendidikan.
Pendidikan memang
sudah memberikan banyak kontribusi dalam kehidupan. Tanpa adanya pendidikan,
sulit dibayangkan bagaimana kehidupan ini akan berjalan. Capaian sekarang ini
adalah buah dari pendidikan.
Namun demikian
jalannya pendidikan secara praktik belum sepenuhnya mampu mewujudkan harapan
banyak pihak. Justru di sinilah tantangannya. Pendidikan perlu melakukan
berbagai upaya agar idealitas yang diharapkan bisa terwujud.
Dunia pendidikan
bukan dunia soliter yang terasing, melainkan menjadi bagian tidak terpisah dari
kehidupan secara keseluruhan. Relasi antara dunia pendidikan dengan masyarakat
sangat erat. Perkembangan yang ada di masyarakat harus menjadi dasar pertimbangan
berjalannya dunia pendidikan. Namun demikian dunia pendidikan juga perlu
memberikan kontribusi bagi jalannya kehidupan di masyarakat.
Para pelaku
pendidikan, termasuk guru, kini menghadapi tantangan yang tidak sederhana.
Semakin hari tantangannya semakin berat. Jika seorang guru mengabaikan terhadap
tantangan yang ada, ia akan kehilangan relevansi eksistensinya. Tentu perubahan
tetap harus direspon secara aktif dan kreatif sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya.
Inovasi di dunia
pendidikan menjadi kebutuhan mendasar. Tanpa inovasi, dunia pendidikan menjadi
klasik dan ditinggalkan oleh masyarakat. Salah satu dasar yang penting untuk
dipertimbangkan dalam menjalankan inovasi adalah pengalaman. Sebagaimana
dinyatakan oleh Hadi (2016), pengalaman merupakan pengetahuan yang sangat
berharga.
Pembelajaran yang kaku dan tidak ada inovasi dalam
realitasnya kurang efektif. Sejalan dengan perkembangan yang ada, pembelajaran harus
menumbuhkan mentalitas proses dalam diri siswa. Di tengah tantangan pragmatisme
dan mental jalan pintas, penting bagi guru mengajari proses menjalani pembelajaran
dengan sabar. Kegagalan dalam pembelajaran bukan akhir melainkan bagian yang
penting untuk segera bangkit dan kembali menjalani proses. Memang tidak mudah
dan sederhana karena ini berkaitan dengan mentalitas. Inilah tantangan yang
kini harus dihadapi oleh para guru.
Belajar itu memang tidak selalu mudah. Hambatan dan
tantangan menjadi bagian tidak terpisah dari pembelajaran demi pembelajaran.
Para siswa banyak yang bosan ketika menghadapi kesulitan demi kesulitan. Saya
kira wajar dan kita memahaminya. Namun demikian, rasa bosan itu menjadi muara
ketidakberhasilan (Clear: 2019) dalam bidang apa pun, termasuk dalam
pembelajaran.
Pada titik inilah pembelajaran yang menyenangkan memiliki
peranan signifikan. Permainan dalam pembelajaran sesungguhnya bagian penting dari upaya
untuk memberikan hasil pembelajaran sebagaimana yang diharapkan. Hal ini
penting dilakukan karena pendidikan Indonesia menghadapi tantangan yang tidak
ringan. Salah satunya adalah mutu lulusan yang belum sesuai dengan harapan
(Sanaky: 2003).
Permainan dalam pembelajaran memiliki dua tujuan utama,
yaitu untuk menimbulkan kegembiraan pada diri siswa dan melatihan keterampilan
tertentu. Dua tujuan utama ini saling berkait-kelindan. Keterampilan akan bisa
dicapai karena siswa belajar dengan riang gembira.
Tulungagung, 16 Oktober 2023
Daftar Pustaka
Hujair AH. Sanaky. Paradigma
Pendidikan Islam. Yogyakarta: Safira Insania Press, 2003.
J. Sudarminta.
“Tantangan dan Permasalahan Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium Ketiga”,
dalam A. Atmadi dan Y. Setiyaningsih (eds.). (2000). Transformasi Pendidikan
Memasuki Milenium Ketiga. Yogyakarta: Kanisius.
James Clear, Atomic
Habits Perubahan Kecil yang Memberikan Hasil Luar Biasa, terj. Alex Tri
Kantjono Widodo, Jakarta: Gramedia, 2019.
Khalilullah, M. (2012).
Permainan teka-teki silang sebagai media dalam pembelajaran Bahasa Arab
(Mufradat). An-Nida', 37 (1), 15-26.
M. Hasbullah, Kebijakan
Pendidikan dalam Perspektif Teori, Aplikasi, dan Kondisi Objektif Pendidikan di
Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2015.
Sutrisno Hadi. Metodologi
Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016.
Tedi Priatna. Reaktualisasi
Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004.