Minggu, 14 September 2025

Kematian dan Makna


 Oleh: Ngainun Naim

 

Jika kita bisa secara intens menghayati dan memberi makna maka setiap hari adalah kelahiran  dan kematian. Oleh karena itu setiap hari kita perlu untuk melakukan tasyakuran dan pertobatan kepada AllahKomaruddin Hidayat, Psikologi Kematian, Jakarta: Hikmah, 2006, 7.

 

Berita kematian berseliweran di grup-grup WA. Di kampus tempat saya bekerja, seminggu lalu ada tiga berita kematian. Di grup lain, demikian juga.

Berita kematian juga datang dari tetangga di kampung. Kematian menjadi bagian dari berita nyaris setiap minggu.

Kematian adalah kemestian. Tidak ada yang bisa menghindari. Adanya kematian adalah pembelajaran bagi kita untuk menjalani hidup dengan baik sampai kematian datang menjemput.

Hari minggu ini [14/9/2025], saya dan keluarga takziah di dua tempat. Mumpung ada kesempatan. Juga sebagai ikhtiar ibadah dan silaturrahim.

Saya mendapatkan pelajaran hidup yang sangat berharga. Pelajaran tentang bagaimana orang baik yang telah berpulang dengan meninggalkan teladan luar biasa.

Pertama, teladan bagaimana beliau istiqamah dalam beribadah. Pukul 02.30 pagi rutin mandi, lalu beribadah. Tidak ada jeda. Ibadah terus sampai waktu shalat dhuha. Baru setelah itu istirahat. Ini tidak mudah tetapi begitulah realitasnya.

Pukul 11.30 beliau mandi lagi. Ini dilakukan sebagai persiapan untuk ibadah shalat dhuhur berjamaah. Aktivitas mandi kembali dilakukan pukul 15.30 sebagai persiapan shalat asar.

Shalat jamaah adalah aktivitas yang nyaris tidak pernah ditinggalkan. Spirit itu terjaga hingga menjelang berpulang. Sungguh spirit yang luar biasa.

Kedua, menjaga kesucian diri. Najis itu hal yang harus dihindari. Kesadaran ini dibuktikan dengan berusaha sekuat tenaga untuk mencuci sendiri baju beliau.

Ketika sakit karena usia sepuh, beliau tetap tidak mau dipakaikan pempers. Hanya beberapa hari menjelang wafat saja dilakukan karena memang pertimbangan darurat.

Ketiga, tidak mau merepotkan orang lain. Sepanjang bisa dilakukan sendiri, akan dilakukan. Merepotkan orang lain benar-benar dihindari. Mencuci baju dan menyeterika, misalnya. Istri dan anak-anaknya bercerita tentang bagaimana setiap kamis, baju yang akan dipakai untuk shalat jumat sudah diseterika dengan rapi dan digantung. Ketika jumat datang, baju itu sudah siap untuk dipakai.

Keempat, ngaji tanpa henti. Ini dilakukan setiap hari. Beliau selalu hadir dalam majelis pengajian di pesantren. Ketika kondisi fisik sudah tidak memungkinkan, kehadiran dalam pengajian diwujudkan melalui streaming via YouTube yang didengarkan di handphone.

Kisah ini sungguh luar biasa. Takziah bukan sekadar hadir tetapi juga sarana memungut serpihan hikmah untuk dihayati dan dimaknai. Melalui cara inilah jiwa kita menjadi lebih kaya makna.

 

Tulungagung, 14-9-2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.