Selasa, 04 Februari 2025

Paspor



Awalnya ada seorang kawan dosen yang memberikan informasi tentang tanah kapling yang dijual di Sumberdadi. Sumberdadi itu desa timurnya Plosokandang yang menjadi lokasi Universitas Islam Negeri (UIN) Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Karena pertimbangan lokasi dan harga, informasi ini saya sampaikan ke istri.

Setelah saya sampaikan, kami terlibat dalam diskusi. Berbagai analisis kami lakukan. Saya sampaikan jika cocok barangkali tanah tersebut bisa dibuat pesantren mahasiswa. Kami menyepakati untuk tahu lokasi dulu sebelum mengambil putusan.

Dalam perkembangannya, Mama Elly memberikan masukan untuk tidak diambil dulu terkait tanah tersebut. Agenda untuk melihat lokasi pun tidak jadi dilakukan. Kami merubah rencana. Dana yang ada akan kami gunakan untuk sesuatu yang kami yakini lebih prioritas dan berkah.

Hasil diskusi menyepakati tentang umroh. Adapun yang direncanakan berangkat adalah tiga orang, yaitu saya, Ibuk, dan Mama Elly. Soal tanah dan rencana pesantren mahasiswa kami bersepakat mengalir saja. Jika takdir Insyaallah nanti juga akan bisa terwujud.

Meskipun sudah sepakat tentang umroh bukan berarti tanpa diskusi dan pertimbangan lagi. Diskusi via WA dengan Mbak Atik Masfiah yang menangani travel umroh cukup intensif saya lakukan. Berbagai hal harus saya tanyakan supaya jelas. Ini penting dilakukan agar keputusan yang diambil tepat.

Setelah mempertimbangkan segala sesuatunya secara matang maka hasilnya harus saya sampaikan ke Ibuk. Sampai ketika saya memutuskan untuk berangkat umroh, Ibuk belum mengetahuinya. Saya juga sengaja belum menyampaikan ke beliau.

Jika saya sampaikan melalui WA kuatir kurang tepat. Saya harus menyampaikan secara langsung. Meskipun demikian harus dalam momentum yang tepat.

Salah satu caranya adalah baru disampaikan saat pembuatan paspor. Itung-itung untuk memberikan surprise ke beliau.

Pembuatan paspor tidak sederhana. Ada dua tempat yang bisa dipilih yaitu Kantor Imigrasi Blitar dan Kantor Imigrasi Kediri. Di Blitar lebih dekat tetapi Mbak Atik tidak bisa mendampingi. Di Kediri jauh tapi bisa dikawal oleh Mbak Atik. Pilihannya adalah ke Kediri.

Begitulah, hari selasa tanggal 19 November 2024 kami berempat—Ibuk, Saya, Mama Elly, dan Om Kikin—menuju Kantor Imigrasi Kediri. Sepanjang perjalanan saya atur cara yang tepat untuk menyampaikan ke Ibuk. Saya harus hati-hati dalam hal ini.

Beberapa hari sebelumnya saya matur untuk mengajak beliau ke Bandara Kediri. Sepanjang hidup beliau belum pernah tahu bandara, apalagi naik pesawat. Beliau itu hobinya silaaturrahim dan jalan-jalan. Jadi ketika saya tawari jalan-jalan, beliau menyambut dengan bahagia.

Ketika kemudian mobil belok ke Kantor Imigrasi kediri saya sampaikan bahwa kitaa ini sedang mengurus paspor untuk umroh. Saya sampaikan juga bahwa rencana keberangkatan adalah 11 Januari karena itu pasti akan ditanyakan petugas saat ambil foto.

Saya tidak berani menatap ekspresi di wajah beliau. Saya abaikan segenap rasa. Satu hal, saya ingin beliau bahagia. Itu saja.

Begitulah, proses pembuatan paspor secara umum lancar. Ada sedikit persoalan terkait nama ibu: Widji, Wiji, dan Widjiati. Bersyukur persoalan beres.

Pukul 12.00 proses foto selesai. Rasanya lega sekali. Seminggu lagi paspor akan selesai.

Satu tahapan terlewati. Namun ada yang jauh lebih penting tapi belum selesai yaitu biaya. Baru separoh terbayar. Biaya memang bikin biayak-an. Hadeh.

 

Pesawat Batik Air, 11 Desember 2024

6 komentar:

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.