Awalnya ada seorang kawan dosen yang memberikan informasi tentang tanah kapling yang dijual di Sumberdadi. Sumberdadi itu desa timurnya Plosokandang yang menjadi lokasi Universitas Islam Negeri (UIN) Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Karena pertimbangan lokasi dan harga, informasi ini saya sampaikan ke istri.
Setelah saya sampaikan, kami
terlibat dalam diskusi. Berbagai analisis kami lakukan. Saya sampaikan jika
cocok barangkali tanah tersebut bisa dibuat pesantren mahasiswa. Kami menyepakati
untuk tahu lokasi dulu sebelum mengambil putusan.
Dalam perkembangannya, Mama
Elly memberikan masukan untuk tidak diambil dulu terkait tanah tersebut. Agenda
untuk melihat lokasi pun tidak jadi dilakukan. Kami merubah rencana. Dana yang
ada akan kami gunakan untuk sesuatu yang kami yakini lebih prioritas dan
berkah.
Hasil diskusi menyepakati
tentang umroh. Adapun yang direncanakan berangkat adalah tiga orang, yaitu saya, Ibuk, dan Mama Elly. Soal tanah dan rencana pesantren mahasiswa kami bersepakat
mengalir saja. Jika takdir Insyaallah nanti juga akan bisa terwujud.
Meskipun sudah sepakat
tentang umroh bukan berarti tanpa diskusi dan pertimbangan lagi. Diskusi via WA
dengan Mbak Atik Masfiah yang menangani travel umroh cukup intensif saya
lakukan. Berbagai hal harus saya tanyakan supaya jelas. Ini penting dilakukan
agar keputusan yang diambil tepat.
Setelah mempertimbangkan
segala sesuatunya secara matang maka hasilnya harus saya sampaikan ke Ibuk. Sampai
ketika saya memutuskan untuk berangkat umroh, Ibuk belum mengetahuinya. Saya juga
sengaja belum menyampaikan ke beliau.
Jika saya sampaikan melalui WA kuatir kurang tepat. Saya harus menyampaikan secara langsung. Meskipun demikian harus dalam momentum yang tepat.
Salah satu caranya adalah baru disampaikan saat pembuatan
paspor. Itung-itung untuk memberikan surprise ke beliau.
Pembuatan paspor tidak
sederhana. Ada dua tempat yang bisa dipilih yaitu Kantor Imigrasi Blitar dan
Kantor Imigrasi Kediri. Di Blitar lebih dekat tetapi Mbak Atik tidak bisa
mendampingi. Di Kediri jauh tapi bisa dikawal oleh Mbak Atik. Pilihannya adalah
ke Kediri.
Begitulah, hari selasa
tanggal 19 November 2024 kami berempat—Ibuk, Saya, Mama Elly, dan Om Kikin—menuju
Kantor Imigrasi Kediri. Sepanjang perjalanan saya atur cara yang tepat untuk menyampaikan
ke Ibuk. Saya harus hati-hati dalam hal ini.
Beberapa hari sebelumnya saya
matur untuk mengajak beliau ke Bandara Kediri. Sepanjang hidup beliau
belum pernah tahu bandara, apalagi naik pesawat. Beliau itu hobinya
silaaturrahim dan jalan-jalan. Jadi ketika saya tawari jalan-jalan, beliau
menyambut dengan bahagia.
Ketika kemudian mobil
belok ke Kantor Imigrasi kediri saya sampaikan bahwa kitaa ini sedang mengurus
paspor untuk umroh. Saya sampaikan juga bahwa rencana keberangkatan adalah 11
Januari karena itu pasti akan ditanyakan petugas saat ambil foto.
Saya tidak berani
menatap ekspresi di wajah beliau. Saya abaikan segenap rasa. Satu hal, saya
ingin beliau bahagia. Itu saja.
Begitulah, proses
pembuatan paspor secara umum lancar. Ada sedikit persoalan terkait nama ibu:
Widji, Wiji, dan Widjiati. Bersyukur persoalan beres.
Pukul 12.00 proses foto
selesai. Rasanya lega sekali. Seminggu lagi paspor akan selesai.
Satu tahapan terlewati.
Namun ada yang jauh lebih penting tapi belum selesai yaitu biaya. Baru separoh
terbayar. Biaya memang bikin biayak-an. Hadeh.
Pesawat Batik Air, 11 Desember 2024
Semoga biaya dan seterusnya pinaringan lancar dan berkah. Aamiin
BalasHapusAmin. Terima kasih Pak Emcho.
HapusSmg dilancarakan Semua urusannya Prof.
BalasHapusAmin. Terima kasih Pak Haji.
HapusBismillah semoga dimudahkan semua urusannya
BalasHapus..Aamiin YRA
Amin. Terima kasih.
Hapus