Senin, 03 Februari 2025

Menelusuri Jejak Sejarah di Mesir





Kairo Mesir pada Sabtu pagi 18 Januari 2025 dengan cuaca sangat dingin. Di HP saya baca suhu pagi itu 12 derajat celcius. Pantesan sangat dingin. Bagi kami yang suhu sehari-harinya di kisaran 30 derajat, tentu merasakan sekali bagaimana suhu pagi ini sangat-sangat dingin.

Agenda pagi ini kami awali dengan sarapan. Menu yang disajikan di Resto Soluxe International Hotel cukup lumayan. Memang tidak cocok sepenuhnya dengan lidah kami tetapi masih cukup bisa diterima oleh perut.

Agenda pertama yang kami kunjungi adalah piramida. Nur Al-Din Hasan menjelaskan bahwa ada sangat banyak piramida di Mesir. Tempat yang akan kami kunjungi pertama adalah piramida tertua yang terletak di Bukit Giza. Di sini dimakamkan Raja Khufu dan keluarganya.

Perbukitan tempat piramida ini sangat indah. Rasanya seperti mimpi bisa mengunjungi tempat ini. Biasanya hanya melihat foto orang yang bisa datang ke sini.

Cuacanya sangat dingin. Mungkin mirip dengan cuaca Bromo. Kami bisa menikmati dari dekat piramida demi piramida, meskipun jelas tidak semua. Hanya tiga piramida. Kami juga beruntung bisa berfoto di samping Spink.

Ibuk terlihat sangat menikmati suasana. Beberapa kali beliau berfoto juga sebagai kenangan pernah mengunjungi Makam Raja Fir’aun. Konon setiap mayat dimasukkan ke peti mati yang beratnya 110 ton. Piramida yang kita kunjungi ini panjangnya 230 meter dengan ketinggian 136 meter.

Acara selanjutnya menuju Golden Eagle Crystal. Di sini kami diajak masuk ke sebuah toko minyak wangi. Penjaga toko adalah seorang perempuan yang baru saja pulang dari short course di Universitas Brawijaya Malang. Ia berasal dari Jurusan Bahasa Indonesia. Pantas saja bahasa Indonesianya lancar.

Perempuan ini menjelaskan dan mempraktikkan banyak hal terkait minyak, mulai minyak wangi sampai minyak obat. Penjelasannya cukup menawan dan ujungnya adalah menawari kami untuk membeli produk-produknya.

Acara selanjutnya adalah menuju Pabrik Kertas Papyrus. Saya baru tahu bahwa ini adalah kertas yang sangat kuno, jauh sebelum bangsa Cina menemukan kertas yang sekarang kita gunakan. Ada penjelasan detail, juga dengan contoh-contohnya. Petugas yang menjelaskan sangat fasih berbahasa Indonesia. Ternyata dia dulu kuliah di Universitas Muhammadiyah Malang. Istrinya adalah orang Malang juga.

Selanjutnya kami makan siang di Restoran China. Sama seperti sehari sebelumnya, makanannya cukup lezat. Dan, kami tidak mampu menghabiskannya.

Selanjutnya kami shalat duhur di Masjid Unsiversitas Al-Azhar. Ini kampus tertua di dunia Islam. Kampus besar yang melahirkan ilmuwan dan ulama dari berbagai penjuru dunia. Beruntung saya sempat shalat, berdiskusi, dan mengambil gambar di kampus ini.

Usai shalat kami menuju pasar yang ikonik di Mesir, yaitu Kon Kholili. Pasar ini sangat luas. Seperti pasar-pasar tradisional yang ada di Indonesia, kobdisinya kurang rapi tetapi asyik. Luasnya tidak terhitung. Sangat luas.

Sebelum masuk ke lokasi pasar, kami ziarah ke Masjid Sayyidil Husain. Konon di dalam masjid ini ada makam kepala Sayyid Hussein. Ziarah singkat dengan jamaah yang cukup padat. Beberapa orang Syi’ah berdoa secara ekspresif.

Kami kemudian masuk pasar dengan ditemani beberapa mahasiswa Universitas Al-Azhar yang dulunya mondok di Denanayar. Ada Alaika Salam, Izza, Rara, dan satu lagi lupa Namanya. Perburuan oleh-oleh para Ibu sungguh heroic.

Kami melanjutkan perjalanan menuju Sungai Nil. Kali ini kami makan malam dengan aneka hiburan musik khas Mesir. Ada waktu dua jam yang disediakan.

Malam semakin larut. Kami kemudian Kembali ke hotel untuk melanjutkan istirahat.

 

Kairo, 19 Januari 2025





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.