Ngainun Naim
Dulu, ketika awal menikah, saya menjadi anggota Komite MAN 2 Tulungagung. Ada satu lagi anggota komite yang berasal dari Kampak Trenggalek. Tepatnya dari Kampak Trenggalek. Namanya Pak Samsudin.
Beliau menjadi anggota komite dari unsur wali murid. Saya menjadi anggota komite dari unsur akademisi.
Karena sama-sama dari Trenggalek, kami sering janjian saat ada pertemuan di MAN 2 Tulungagung. Pak Samsudin bawa motor dari rumah lalu dititipkan di Bendo. Di situ kami janjian untuk bertemu. Setelah itu ke Tulungagung berdua.
Saat itu mobil saya Sedan Civic Wonder warna merah. Mobil ini sungguh bersejarah. Mobil tua dengan segala kisahnya.
Kami sekeluarga ingat persis bagaimana mobil ini beberapa kali bermasalah. Pintunya sulit nutup. Kalau hujan kaki kita bisa basah karena beberapa bagian bawah mobil sudah keropos. Juga beberapa kali mengalami masalah dalam perjalanan.
Meskipun demikian tetap harus disyukuri. Mobil itu menjadi bagian tidak terpisah dari sejarah perjalanan kami sekeluarga.
Suatu ketika Pak Samsudin bercerita jika beliau baru saja menunaikan ibadah haji. Namun tidak berselang lama istri beliau wafat. Maka beliau menyarankan saya untuk segera mendaftarkan haji orang tua. Biar saat berangkat masih kuat.
Saya senyum saja mendengar saran beliau. Saran yang saya kira sangat baik dan harus didukung. Namun saran itu rasanya belum rasional untuk kondisi saya saat itu.
Jangankan untuk mendaftarkan haji kedua orang tua, saat itu gaji saja nyaris habis untuk angsuran. Nyaris tidak ada sisa berlebih, apalagi untuk daftar haji.
Waktu telah berjalan dengan cepat. Rasanya belum terlalu lama, tetapi ternyata sudah nyaris dua puluh tahun. Kini anak Pak Samsudin yang dulu sekolah di MAN 2 Tulungagung sudah menjadi dosen di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Namanya Mas Arif. Ia membuat rumah di timur Puskesmas Sumberdadi.
Kapan hari saya bertemu dan menanyakan kabar bapaknya. Dijawab kalau Pak Samsudin stroke dan dirawat Mas Arif di rumah Sumberdadi. Jadi tidak lagi tinggal di Trenggalek.
Ketika tulisan ini saya unggah, saya mendapatkan informasi bahwa Pak Samsudin wafat pada hari Sabtu tanggal 28 Desember 2024. Ya Allah. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Semoga beliau husnul khatimah. Al Fatihah.
Tulungagung, 31 Desember 2024
Terus bgmn cerita dari pendaftaran haji orang tua ?
BalasHapusAda di cerita berikutnya he he he
HapusDitunggu cerita berikutnya, prof
BalasHapusInsyaallah
HapusBaru tahu ternyata tetangga dekat
BalasHapus