Orang Indonesia umumnya ternyata malas jalan kaki. Mau beli sesuatu ke tok0 tetangga yang jaraknya seratus meter saja harus naik motor. Padahal jika jalan kaki tidak sampai 3 menit.
Jika sedang belanja
dan mendapatkan tempat parkir mobil yang agak jauh, berkeluh kesah. Padahal jika
direnungkan, jarak agak jauh itu kesempatan yang bagus untuk menyehatkan fisik.
Jalan kaki dari tempat parkir ke tempat tujuan itu bermaanfaat bagi kesehatan tubuh.
Fenomena malas jalan
kaki cukup mudah untuk ditemukan. Di kantor, sekolah, perusahaan, dan aneka
tempat lainnya didominasi dengan aktivitas yang minim gerak. Lebih banyak duduk
dibandingkan berjalan atau aktivitas gerak badan.
Tentu ini tidak
bermaksud menggeneralisir. Banyak juga warga Indonesia yang rajin jalan kaki. Sekali
lagi fenomena malas jalan kaki tidak berlaku untuk semua.
Sebuah artikel yang
dimuat Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Volume 5 Edisi 2 Tahun 2015
menyebutkan bahwa data tahun 2010 di Universitas Negeri Semarang menyebutkan
bahwa 90% dosen, karyawan, dan mahasiswa menggunakan kendaraan bermotor sebagai
alat transportasi. Data juga menemukan terjadinya peningkatan penyakit degeneratif
akibat gangguan metabolik seperti kegemukan, hipertensi, hingga jantung koroner.
Padahal itu bisa diminimalisir dengan jalan kaki yang merupakan aktivitas fisik
paling murah, aman, dan efektif untuk menjaga kesehatan. Jalan kaki juga
bersifat sebagai ketahanan, kekuatan, dan merupakan salah satu aerobik yang
paling sederhana dan teraman.
Artikel ini saya kira
menarik. Semakin malas jalan kaki semakin meningkatkan fenomena terjangkiti
penyakit. Tubuh memang harus digerakkan agar keluar keringat. Tidak harus
dengan olahraga mahal. Jalan kaki merupakan olah raga murah meriah namun
manfaatnya sangat besar.
Sedikitnya orang
Indonesia yang jalan kaki menemukan pembenarannya berdasarkan hasil penelitian
yang dirilis oleh University of Stanford yang dimuat di Jurnal Nature. Orang
Indonesia disebut sebagai yang paling malas jalan kaki di dunia. Rata-rata
setiap hari berjalan sejauh 3513 langkah. Paling rajin jalan kaki adalah orang
hongkong yang rata-rata menempuh 6880 langkah setiap harinya.
Rata-rata perhari
orang menempuh 5000 langkah. Jika melihat angka ini, jumlah langkah dari jalan
kaki orang Indonesia memang jauh di bawahnya. Padahal jika dilihat secara lebih
spesifik lagi, sangat banyak yang setiap hari berjalan kaki hanya di kisaran
2000 langkah, bahkan di bawahnya.
Ada banyak aplikasi
yang bisa digunakan untuk menghitung jumlah langkah kita setiap harinya. Saya menggunakan
Pedometer Pengukur Langkah. Di sini bisa dihitung berapa langkah kita dalam
satu hari, padanannya dalam kilometer, dan waktu yang ditempuh. Juga berapa
kalorinya.
Di aplikasi ini saya
bisa melihat berapa langkah saya setiap harinya. Secara umum posisinya berada
di level yang perlu ditambah. Memang sering sampai 6000 langkah. Namun kadang
juga hanya di kisaran 3000 langkah. Itupun sudah diperjuangkan.
Saya tidak membayangkan
jika tidak memperjuangkan untuk berjalan kaki. Pasti jauh di bawah standar.
Saya sungguh
bersyukur memiliki kebiasaan jalan kaki dan jogging, meskipun belum maksimal. Namun
demikian kebiasaan ini cukup membantu saat saya umroh pada 8-22 Januari 2025
lalu.
Data di Pedometer
saya menemukan satu hari yang sungguh fenomenal. Saya sebut demikian karena
pada hari itu saya berjalan jauh melampui hasil maksimal yang saya peroleh
sebelumnya.
Tanggal 14 Januari
2025 adalah hari ketika saya dan rombongan sampai di Makkah. Pada hari itu saya
menjalankan ibadah shalat lima waktu di Masjidil Haram. Perjalanan pulang pergi
dari hotel ke Masjidil Haram ternyata cukup jauh. Padahal tidak seberapa
terasa. Rasanya hanya senang dan bersyukur bisa berkesempatan ibadah di tanah
suci.
Jika dihitung dari
jarak, hari itu saya berjalan sejauh 14,5 KM. Langkahnya sejauh 21011. Sebuah capaian
yang cukup lumayan. Sangat kecil kemungkinannya saya melakukannya jika bukan di
Makkah.
Tetiba saya teringat
pernah berjalan kaki sekitar 50 KM. Itu terjadi tahun 1991. Sudah lama sekali. Namun
kenangan jalan sejauh itu masih terekam, meskipun tidak terlalu kuat.
Tahun itu saya
menjadi siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Denanyar Jombang. Saya lupa
bagaimana ceritanya terpilih menjadi salah satu siswa yang ikut dalam lomba gerak
jalan sejauh 50 KM. Kalau tidak salah karena pertimbangan tinggi badan.
Sesudah shalat dhuhur
kami mulai perjalanan. Jauh sekali. Kami baru mengakhiri perjalanan menjelang
magrib. Rasanya capek sekali. Tapi pengalaman itu sungguh sangat menyenangkan
dan tidak terlupakan.
Sekarang ini, di usia
menjelang setengah abad, saya berusaha menyisihkan waktu untuk olahraga. Bola voli
sudah tidak pernah lagi saya lakukan. Begitu juga dengan badminton atau futsal.
Kadang saya bermain tenis meja.
Pilihan olah raga sekarang
dominan jalan kaki atau joging. Kadang naik sepeda. Olah raga tujuannya untuk
menjaga kebugaran tubuh. Semoga selalu sehat sehingga bisa memanfaatkan waktu
untuk sesuatu yang bermanfaat. Amin.
Tulungagung, 14 Februari 2025
selama kuliah singkat di china, kami semua jalan kaki dan alhamdulillah kami semua sehat berkat sering jalan kaki hehehe
BalasHapusAlhamdulillah
HapusSaya jadi ingin jalan kaki
BalasHapusPerlu dibiasakan.
HapusAlhamdulillah, saya masih sering menyempatkan joging setelah salat subuh. Semoga senatiasa diberi kesehatan lahir batin Prof.
BalasHapus