Jumat, 14 Februari 2025

Jalan Kaki



Orang Indonesia umumnya ternyata malas jalan kaki. Mau beli sesuatu ke tok0 tetangga yang jaraknya seratus meter saja harus naik motor. Padahal jika jalan kaki tidak sampai 3 menit.

Jika sedang belanja dan mendapatkan tempat parkir mobil yang agak jauh, berkeluh kesah. Padahal jika direnungkan, jarak agak jauh itu kesempatan yang bagus untuk menyehatkan fisik. Jalan kaki dari tempat parkir ke tempat tujuan itu bermaanfaat bagi kesehatan tubuh.

Fenomena malas jalan kaki cukup mudah untuk ditemukan. Di kantor, sekolah, perusahaan, dan aneka tempat lainnya didominasi dengan aktivitas yang minim gerak. Lebih banyak duduk dibandingkan berjalan atau aktivitas gerak badan.

Tentu ini tidak bermaksud menggeneralisir. Banyak juga warga Indonesia yang rajin jalan kaki. Sekali lagi fenomena malas jalan kaki tidak berlaku untuk semua.

Sebuah artikel yang dimuat Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Volume 5 Edisi 2 Tahun 2015 menyebutkan bahwa data tahun 2010 di Universitas Negeri Semarang menyebutkan bahwa 90% dosen, karyawan, dan mahasiswa menggunakan kendaraan bermotor sebagai alat transportasi. Data juga menemukan terjadinya peningkatan penyakit degeneratif akibat gangguan metabolik seperti kegemukan, hipertensi, hingga jantung koroner. Padahal itu bisa diminimalisir dengan jalan kaki yang merupakan aktivitas fisik paling murah, aman, dan efektif untuk menjaga kesehatan. Jalan kaki juga bersifat sebagai ketahanan, kekuatan, dan merupakan salah satu aerobik yang paling sederhana dan teraman.

Artikel ini saya kira menarik. Semakin malas jalan kaki semakin meningkatkan fenomena terjangkiti penyakit. Tubuh memang harus digerakkan agar keluar keringat. Tidak harus dengan olahraga mahal. Jalan kaki merupakan olah raga murah meriah namun manfaatnya sangat besar.

Sedikitnya orang Indonesia yang jalan kaki menemukan pembenarannya berdasarkan hasil penelitian yang dirilis oleh University of Stanford yang dimuat di Jurnal Nature. Orang Indonesia disebut sebagai yang paling malas jalan kaki di dunia. Rata-rata setiap hari berjalan sejauh 3513 langkah. Paling rajin jalan kaki adalah orang hongkong yang rata-rata menempuh 6880 langkah setiap harinya.

Rata-rata perhari orang menempuh 5000 langkah. Jika melihat angka ini, jumlah langkah dari jalan kaki orang Indonesia memang jauh di bawahnya. Padahal jika dilihat secara lebih spesifik lagi, sangat banyak yang setiap hari berjalan kaki hanya di kisaran 2000 langkah, bahkan di bawahnya.

Ada banyak aplikasi yang bisa digunakan untuk menghitung jumlah langkah kita setiap harinya. Saya menggunakan Pedometer Pengukur Langkah. Di sini bisa dihitung berapa langkah kita dalam satu hari, padanannya dalam kilometer, dan waktu yang ditempuh. Juga berapa kalorinya.

Di aplikasi ini saya bisa melihat berapa langkah saya setiap harinya. Secara umum posisinya berada di level yang perlu ditambah. Memang sering sampai 6000 langkah. Namun kadang juga hanya di kisaran 3000 langkah. Itupun sudah diperjuangkan.

Saya tidak membayangkan jika tidak memperjuangkan untuk berjalan kaki. Pasti jauh di bawah standar.

Saya sungguh bersyukur memiliki kebiasaan jalan kaki dan jogging, meskipun belum maksimal. Namun demikian kebiasaan ini cukup membantu saat saya umroh pada 8-22 Januari 2025 lalu.

Data di Pedometer saya menemukan satu hari yang sungguh fenomenal. Saya sebut demikian karena pada hari itu saya berjalan jauh melampui hasil maksimal yang saya peroleh sebelumnya.

Tanggal 14 Januari 2025 adalah hari ketika saya dan rombongan sampai di Makkah. Pada hari itu saya menjalankan ibadah shalat lima waktu di Masjidil Haram. Perjalanan pulang pergi dari hotel ke Masjidil Haram ternyata cukup jauh. Padahal tidak seberapa terasa. Rasanya hanya senang dan bersyukur bisa berkesempatan ibadah di tanah suci.

Jika dihitung dari jarak, hari itu saya berjalan sejauh 14,5 KM. Langkahnya sejauh 21011. Sebuah capaian yang cukup lumayan. Sangat kecil kemungkinannya saya melakukannya jika bukan di Makkah.

Tetiba saya teringat pernah berjalan kaki sekitar 50 KM. Itu terjadi tahun 1991. Sudah lama sekali. Namun kenangan jalan sejauh itu masih terekam, meskipun tidak terlalu kuat.

Tahun itu saya menjadi siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Denanyar Jombang. Saya lupa bagaimana ceritanya terpilih menjadi salah satu siswa yang ikut dalam lomba gerak jalan sejauh 50 KM. Kalau tidak salah karena pertimbangan tinggi badan.

Sesudah shalat dhuhur kami mulai perjalanan. Jauh sekali. Kami baru mengakhiri perjalanan menjelang magrib. Rasanya capek sekali. Tapi pengalaman itu sungguh sangat menyenangkan dan tidak terlupakan.

Sekarang ini, di usia menjelang setengah abad, saya berusaha menyisihkan waktu untuk olahraga. Bola voli sudah tidak pernah lagi saya lakukan. Begitu juga dengan badminton atau futsal. Kadang saya bermain tenis meja.

Pilihan olah raga sekarang dominan jalan kaki atau joging. Kadang naik sepeda. Olah raga tujuannya untuk menjaga kebugaran tubuh. Semoga selalu sehat sehingga bisa memanfaatkan waktu untuk sesuatu yang bermanfaat. Amin.

 

Tulungagung, 14 Februari 2025

5 komentar:

  1. selama kuliah singkat di china, kami semua jalan kaki dan alhamdulillah kami semua sehat berkat sering jalan kaki hehehe

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah, saya masih sering menyempatkan joging setelah salat subuh. Semoga senatiasa diberi kesehatan lahir batin Prof.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.