Ngainun Naim
Guru itu memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Kehidupan kita hari ini—sedikit atau banyak—dipengaruhi oleh guru. Guru di sekolah formal maupun guru-guru dalam kehidupan.
Kecintaan saya terhadap dunia literasi sekarang ini juga tidak bisa dilepaskan dari peranan guru. Tanpa adanya guru, mustahil saya bisa menyukai dunia membaca dan menulis. Lewat inspirasi yang ditebarkan, saya mengalami transformasi kesadaran.
Jika dirunut dari sisi jejak, mimpi untuk bisa menulis mulai tumbuh saat saya duduk di bangku MTsN Tunggangri Kalidawir Tulungagung. Sekolah sederhana dan jauh dari fasilitas memadai ini telah menanamkan mimpi-mimpi masa depan. Salah satunya adalah mimpi untuk bisa menulis.
Sosok penting yang menjadi pemantiknya adalah seorang guru bahasa Inggris. Saat itu beliau masih sangat muda. Usianya di bawah 30 tahun. Kalau mengajar enak sekali. Saya saat itu merasakan bahwa belajar bahasa Inggris itu menyenangkan.
Aspek yang mendorong saya ingin bisa menulis adalah beliau itu juga seorang penulis. Saya tahu dari Majalah Mimbar Pembangunan Agama (MPA) yang merupakan majalah Departemen Agama (sekarang Kementerian Agama) Provinsi Jawa Timur. Bapak saya seorang guru Depag yang setiap bulan mendapatkan majalah tersebut. Di majalah MPA, saya lihat beberapa kali beliau menulis artikel. Selain itu, saya juga menemukan artikel beliau di Majalah AULA dan majalah berbahasa Jawa, Jaya Baya.
Melihat beliau pandai menulis artikel, mimpi untuk bisa menulis tumbuh dalam diri saya. Saya amati aktivitas beliau. Di kelas atau di sela-sela istirahat, tangan beliau tidak lepas dari buku. Membaca dan terus membaca menjadi aktivitas yang membuat saya terpesona.
Apa yang beliau lakukan menginspirasi saya, walaupun saya belum tahu apa yang harus saya lakukan agar bisa menulis. Tetapi kekaguman itu harus saya katakan dengan jujur telah membuka mata saya akan dunia menulis. Satu yang saya amati: kalau ingin menjadi penulis, jalan yang terpenting adalah banyak membaca.
Maka, saya pun mulai belajar menyukai membaca. Tetapi ternyata tidak mudah untuk menyukai aktivitas membaca. Saya cepat ngantuk saat membaca. Dan lagi, bahan bacaan tidak mudah saya temukan.
Pelan tapi pasti perjuangan menekuni dunia literasi mulai membentuk tradisi. Membaca dan menulis semakin hari semakin menguat. Kini, puluhan tahun setelah inspirasi di bangku MTsN itu, saya sudah sangat lekat dengan literasi. Salah satu pembentuknya adalah guru.
Guru di sekolah formal sekarang ini menghadapi tantangan yang tidak ringan. Pandemi sekarang ini menghadirkan perubahan mendasar, termasuk pada peran dan cara guru dalam mengajar. Setiap perubahan memang selalu menghadirkan tantangan yang harus direspon secara kreatif. Tanpa ada pemahaman, pengetahuan, dan kesadaran terhadap hal ini, guru akan kehilangan peran transformatifnya.
Tahun 2009 saya menerbitkan sebuah buku dengan judul Menjadi Guru Inspiratif, Memberdayaan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa. Buku yang diterbitkan oleh Pustaka Pelajar Yogyakarta ini lumayan laris. Beberapa kali mengalami cetak ulang. Buku ini mengantarkan saya berkunjung ke banyak kota di Indonesia untuk kepentingan bedah buku dan diskusi.
Substansi buku ini adalah bagaimana guru itu tidak sekadar menyampaikan materi yang ada di kurikulum tetapi juga bagaimana melakukan sesuatu yang lebih. Guru idealnya juga menjadi inspirasi bagi para siswanya. Sebagai teladan, guru bisa menjadi sumber energi untuk perubahan kehidupan para siswanya.
Guru semacam ini berusaha agar dirinya dan para siswanya terus tumbuh dan berkembang. Perspektif semacam ini penting karena kompetisi hidup sekarang ini semakin ketat. Masing-masing orang berlomba untuk menjadi yang terbaik dan terdepan. Ada yang menempuh cara normal dan bermartabat dengan bekerja keras, membangun ketahanan mental, menempa diri dengan beragam ketrampilan, dan terus berjuang demi kesuksesan. Sebaliknya tidak sedikit yang menghalalkan segala cara demi meraih apa yang diinginkan. Korupsi, mencari jalan pintas, menipu dan berbagai perilaku memalukan lainnya menjadi bagian dari strategi sukses.
Dalam kerangka membangun kesuksesan hidup, apapun definisi kesuksesan itu, aspek mendasar yang cukup penting untuk dipertimbangkan adalah mengenai keunikan diri. Setiap manusia pada dasarnya unik. Sayangnya, sebagaimana dikatakan oleh Eileen Rachman & Sylvina Savitri (Kompas, 30 Januari 2010), banyak dari kita yang tidak menyadari terhadap keunikan yang kita miliki. Padahal, setiap orang pasti memiliki keunikan sendiri. Keunikan tersebut tidak dimiliki oleh orang lain. Aspek keunikan diri yang menjadikan seseorang memiliki nilai lebih dibandingkan dengan yang lain. Ketidaksadaran terhadap aspek keunikan diri menjadikan kita melihat bahwa hidup ini sudah sedemikian taken for granted. Kata Eileen dan Sylvina, hidup yang semacam ini dipandang seperti sebuah permainan saja. Dalam permainan seperti sepakbola misalnya, segala sesuatunya sudah standar. Ukuran bola, lapangan, aturan, dan cara bermainnya sudah standar. Jika ini yang terjadi, tanpa disadari individu memang tidak bisa menghargai kemampuannya sebagai modal untuk menciptakan momen-momen terbaik, atau peak experience dalam hidup pribadinya, pekerjaannya, juga kemasyarakatannya.
Menemukan keunikan diri memang tidak mudah. Jika orang mau menggali keunikan dirinya, ia harus berusaha keras untuk menemukan apa yang paling menarik bagi dirinya. Keunikan diri bisa digali dengan banyak-banyak melakukan komunikasi dengan diri sendiri (self-communication) dalam bentuk merenung, berfikir, dan merefleksikan segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas dan perjalanan hidup kita. Dari proses ini akan ditemukan berbagai kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri. Setelah menemukan berbagai kelebihan dan kekurangan diri, maka dibuat skala prioritas.
Langkah berikutnya adalah melakukan analisis terhadap potensi yang ada untuk dikembangkan. Pada tingkat ini, sebenarnya seseorang telah mampu mengidentifikasi bakat-bakat yang ada dalam dirinya. Ketika bakat telah ditemukan, untuk aktualisasinya adalah dengan menemukan sasaran yang cocok.
Setelah itu, langkah selanjutnya adalah melakukan motivasi positif dalam diri. Motivasi positif merupakan bentuk kekuatan pendorong di dalam diri untuk mewujudkan pencapaian sasaran. Motivasi positif penting dibangun sebab jika salah dalam membangun motivasi, seseorang dapat terjebak untuk melakukan tindakan yang tidak benar. Rumus menghalalkan segala cara asal tujuan tercapai merupakan bentuk penyimpangan dalam pencapaian tujuan. Hal ini sangat berbahaya karena justru akan menghancurkan tujuan yang lebih utama.
Sebagai konsekuensi dari langkah ini, penting untuk menemukan wadah dan bimbingan. Adapun langkah terakhir adalah mengetahui cara belajar yang cocok, yakni cara yang cocok untuk mengembangkan bakat yang dimiliki. Siapapun yang ingin sukses dalam mengembangkan bakatnya, ia harus terus menerus belajar. Belajar secara terus menerus lewat berbagai media merupakan salah satu sarana penting untuk terus mengasah kemampuan dan potensi yang dimiliki. Seorang yang telah menemukan bakatnya dalam bidang usaha, dan telah menempuh empat langkah pertama, mungkin ia berhasil mencapai kesuksesan. Tetapi ketika ia telah merasa berpuas diri dan tidak mau belajar lagi, kesuksesan yang telah diraihnya tidak akan mampu bertahan lama. Perkembangan dan tantangan menjadi sesuatu hal yang tidak mungkin untuk dihindari. Hanya mereka yang mau belajar secara terus menerus untuk memperbaiki diri saja yang akan mampu bertahan dalam kesuksesannya. Sementara mereka yang telah merasa puas dengan apa yang dicapai, pada saat tertentu akan ketinggalan dengan pendatang baru yang jauh lebih kompetitif.
Buku yang ditulis oleh Mukminin, dkk berkisah tentang banyak hal. Saya membaca satu demi satu tulisan dalam buku ini. Saya mengagumi kisah demi kisah yang dirajut. Spirit kemajuan hidup, spirit belajar, spirit menggali keunikan diri merupakan aspek penting yang memang seharusnya dimiliki oleh seorang guru. Jika spirit semacam ini terus ditumbuhkembangkan, kemajuan akan sangat terbuka untuk diwujudkan.
Saya ucapkan selamat atas terbitnya buku ini. Semoga terbitnya buku ini menjadi pemantik bagi terbitnya buku-buku selanjutnya. Mari terus menekuni bidang ini demi kebajikan bagi diri dan sesama.
Dr. Ngainun Naim, Dosen IAIN Tulungagung. Aktif dalam kegiatan literasi. Beberapa bukunya yang bertema literasi adalah Proses Kreatif Penulisan Akademik (2017), The Power of Writing (2015), Spirit Literasi: Membaca, Menulis dan Transformasi Diri (2019) dan Literasi dari Brunei Darussalam (2020). Penulis bisa dihubungi di WA 081311124546
Sungguh luar biasa Prof...buku menjadi guru inspiratif adalah buku kedua yang saya koleksi setelah buku pendidikan pluralisme karya panjenengan dan Gus Sauqi...
BalasHapusMatur suwun Mas Agus
HapusMantap pak.... kunci kesuksesan ternyata adalah membaca membaca dan membaca,..baik yang tersurat maupun yang tersirat
BalasHapusBetul Pak. Terima kasih sudah berkunjung
HapusTerima kasih pak Dosem tambah ilmunya
BalasHapusSama-sama Pak Haji
HapusTerima kasih buat guruku yang telah memberikan perubahan kemajuan untukku. Thanks pak.
BalasHapusSama-sama Bu
HapusTrimakasih pak atas ilmu ilmu nya....
BalasHapusSama-sama Mas
HapusTerimakasih ilmunya. Motivasi untuk saya agar gemar membaca
BalasHapusSama-sama Bu
HapusMaturnuwun Prof, selalu menginspirasi
BalasHapusSama-sama
Hapus