Rabu, 30 September 2020

Hijrah dan Transformasi Kehidupan

 

Ngainun Naim


 

Hakikat keberagamaan adalah proses pembenahan diri dan perjalanan mendekat menuju Tuhan yang membutuhkan peningkatan kualitas kebajikan yang terus-menerus tanpa henti--(Zaprulkhan, 2020, p. 270)

 

Ia seorang artis yang cukup ternama. Karirnya sangat bagus. Dari sisi penghasilan, ia tentu mendapatkankan dalam jumlah yang cukup lumayan. Tetiba kabar berhembus. Ia meninggalkan dunia gemerlap. Satu kata yang kemudian meluncur, yakni ia hijrah.

Kisah semacam ini tidak hanya terjadi pada seorang artis tetapi pada banyak artis. Pilihan untuk berhijrah menjadi fenomena unik yang menarik perhatian. Banyak orang yang bertanya-tanya tentang bagaimana seorang artis yang hidupnya penuh gemerlap bisa berubah orientasi hidupnya menjadi sangat religious.

Tulisan Afina Anma dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk memahami fenomena artis yang melakukan hijrah (Amna, 2019). Artikel Anma memotret fenomena ini dalam tinjauan komodifikasi agama. Penelusuran Anma menemukan bahwa artis yang pertama menjadi sosok dalam penelitiannya adalah Dewi Sandra. Setelah memutuskan untuk hijrah, Dewi Sandra kemudian menjadi model iklan kosmetik Halal Wardah. Komodifikasinya adalah Wardah menjadikan Dewi Sandra sebagai model. Kata “halal” dan Dewi Sandra membawa implikasi pada peningkatan penjualan kosmetik tersebut.

Keputusan hijrah Dewi Sandra membuatnya menerima banyak iklan. Selain Wardah, ia juga membintangi iklan freshcare. Selain itu juga ia membintangi sebuah acara di Trans TV bertajuk Catatan Harian Dewi Sandra. Di luar itu, ia juga membintangi banyak iklan. Intinya, keputusan hijrah Dewi Sandra membawa implikasi pada peningkatan jumlah iklan dan acara televisi yang melibatkan namanya.

Kondisi sebaliknya terjadi pada Peggy Melati Sukma. Sebelum hijrah, ia cukup laris membintangi berbagai acara di televisi. Ia meninggalkan sepenuhnya dunia hiburan dan beralih ke panggung dakwah. Ia juga menulis beberapa buku tentang dakwah.

Artis laki-laki yang menjadi sorotan terkait keputusan hijrah adalah Teuku Wisnu. Komodifikasi yang dilakukan tidak berpusat pada iklan atau barang dagangan, melainkan ia menjadi sebuah acara televise bertajuk Berita Islami Masa Kini. Di sinilah muncul sorotan. Pada acara tersebut ia memberikan tanggapan persoalan agama yang menimbulkan kontroversi. Banyak pihak yang menyayangkan karena pengetahuan agamanya dinilai belum memadai untuk memberikan jawaban atas berbagai persoalan agama.

Hijrah memang mengalami dinamika pemaknaan. Keputusan seorang artis untuk hijrah tentu penting untuk diapresiasi. Sesungguhnya tidak mudah untuk melakukan transformasi kehidupan dengan melakukan hijrah. Substansi hijrah adalah melakukan perubahan kehidupan menuju kepada kehidupan yang lebih baik. Kehidupan yang dijalankan dengan mengacu kepada aturan agama.

Fenomena hijrah di kalangan artis—sebagaimana fenomena yang lain—bisa saja menjadi objek kajian dan penelitian. Hal ini wajar mengingat sebuah fenomena memang tidak netral. Tugas peneliti adalah menelusuri lebih jauh tentang mengapa sebuah fenomena ada. Sebagaimana kajian yang dilakukan oleh Afina Anma, kajian lain dengan fokus artis hijrah sesungguhnya cukup banyak dilakukan. Oki Setiana Dewi, artis Muslimah yang cukup ternama, meraih gelar doktor dengan penelitian tentang fenomena artis hijrah.

Jika ditinjau dari perspektif lain, manusia itu sesungguhnya diberikan oleh Allah akal, hati, dan hasrat. Akal berfungsi untuk berpikir, hati berfungsi untuk mengalami, dan hasrat berfungsi untuk menggerakkan (Muhammad, 2013). Perpaduan ketiga anugerah Allah itu yang menentukan gerak dan laku hidup manusia.

Hijrah, siapa pun yang melakukannya, sesungguhnya juga berhubungan dengan tiga hal tersebut. Pilihan untuk hijrah tidak mungkin terjadi tanpa pemikiran. Beberapa orang memutuskan berhijrah setelah membaca buku, berdiskusi, atau berinteraksi dengan orang lain. Persentuhan dengan berbagai aspek itu yang kemudian memunculkan gagasan tentang pentingnya merubah orientasi hidup. Bisa juga karena faktor hati. Pengalaman demi pengalaman hidup telah menggoncang kesadarannya. Hal ini diperkuat dengan hasrat dalam diri.

Hijrah dalam makna transformasi menuju kehidupan yang lebih baik memang harus ada dalam diri seorang Muslim. Kehidupan akan bermakna ketika kita terus berproses dalam kebaikan. Sesungguhnya transformasi ini bukan persoalan mudah. Pada titik inilah hasrat harus terus dimunculkan. Menjalankan ajaran agama sebaik mungkin sepanjang hidup adalah aspek penting yang seharusnya menjadi kesadaran sepanjang hidup.

 

Tulungagung, 30 September 2020

 

Bahan Bacaan

Amna, A. (2019). HIJRAH ARTIS SEBAGAI KOMODIFIKASI AGAMA. Jurnal Sosiologi Reflektif. https://doi.org/10.14421/jsr.v13i12.1531

Zaprulkhan. (2020). Paradigma Berpikir Kritis Musa Asy’arie: Teologi Integralistik dan Berpikir Multidimensional (1st ed.). LESFI.

Husein Muhammad. (2013). Menyusuri Jalan Cahaya. Bunyan.

 

Ngainun Naim, Dosen IAIN Tulungagung. Aktif dalam kegiatan literasi. Beberapa bukunya yang bertema literasi adalah Proses Kreatif Penulisan Akademik (2017), The Power of Writing (2015), Spirit Literasi: Membaca, Menulis dan Transformasi Diri (2019) dan Literasi dari Brunei Darussalam (2020).

12 komentar:

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.