Jumat, 18 September 2020

Membangun Tradisi Baru Pembelajaran di Pascasarjana

 

Ngainun Naim


 

Hari Jumat tanggal 18 September 2020 diadakan Rapat Virtual awal kuliah Pascasarjana IAIN Tulungagung. Dalam sambutan pengarahan Rektor IAIN Tulungagung, Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag., menyampaikan beberapa hal penting terkait perkuliahan Pascasarjana. Secara substansial apa yang disampaikan oleh Bapak Rektor bermuara pada bagaimana membangun tradisi baru pembelajaran di Pascasarjana. Hal ini disebabkan karena beliau menyampaikan pentingnya merubah pola pembelajaran di semester ini.

Pertama, Bapak Rektor menegaskan bahwa perkuliahan pada semester ini sepenuhnya dilaksanakan secara online. Pandemic virus corona belum usai. Model perkuliahan online ini mengharuskan dosen tidak hanya memiliki kompetensi bidang, melainkan juga harus memiliki kompetensi dalam penguasaan IT. Perpaduan keduanya mendukung terhadap kelancara perkuliahan.

Kedua, perlunya reorientasi dalam pemberian tugas kepada mahasiswa. Diharapkan tugas untuk mahasiswa tidak lagi dalam bentuk makalah melainkan dalam bentuk yang menekankan pada academic writing. Sebagai ilustrasi Bapak Rektor menjelaskan bahwa dosen menugaskan kepada mahasiswa untuk membaca sekian buku. Tugas mahasiswa adalah melakukan review, mulai aspek substansi, metodologi, atau epistemology. Substansinya adalah penguatan academic writing. Sistem semacam ini diharapkan bisa meningkatkan kemampuan mahasiswa sehingga mereka memiliki pengetahuan yang lebih bagus.

Ketiga, berkaitan dengan buku yang dikaji, diharapkan yang utama adalah tulisan karya dosen. Selain itu juga perlu diprioritaskan buku-buku berbahasa asing sesuai dengan prodi masing-masing. Buku dalam bahasa Indonesia tidak perlu banyak.

Keempat, metode penelitian sesungguhnya sudah tuntas diajarkan di tingkat S-1. Karena itu metode penelitian di S-2 hanya menyampaikan teori baru yang penajaman. Titik tekannya adalah pengayaan dan penguatan metode penelitian. Bukan mengulang-ulang metode penelitian sebagaimana ketika kuliah S-1.

Kelima, harus ada pola baru di mana mahasiswa belajar mandiri di bawah kendali dosen. Dosen bukan lagi hanya pengajar tetapi pembimbing dan pembina mahasiswa. Perkuliahan tidak harus bersifat kolosal tetapi lebih individual. Sejak awal perlu ada dosen DPA sebagaimana di S-1. Selama ini di S-2 belum ada DPA. Beliau berharap DPA sudah ditetapkan sejak awal. DPA tidak terikat oleh mengajarnya tetapi terikat oleh keilmuan dalam rangka relasi mahasiswa dosen lebih bersifat intelektual-akademik. DPA ini menjadi mediator ketika ada masalah antara dosen dengan pembimbing.

Keenam, penulisan tugas akhir disesuaikan dengan perkembangan baru di dunia pendidikan. Jangan dengan format skripsi. Tesis dan disertasi itu berbeda, apalagi terkait dengan kajian dan riset-riset kualitatif. Perlu banyak belajar tentang model tesis dan disertasi yang sejalan dengan perkembangan yang ada.

Ketujuh, kita sudah beberapa bulan WFH. Bapak Rektor bertanya tentang berapa tulisan yang dihasilkan di era pandemic ini? Berapa artikel dan buku? Pertanyaan ini penting sebagai upaya evaluasi terkait dengan tugas akademik dalam bentuk karya tulis.

 

Tulungagung, 28 September 2020

13 komentar:

  1. Sangat bermanfaat Bapak tulisan & informasi pentingnya.
    Terima kasih.

    BalasHapus
  2. setuju dengan apa yang disampiakn pak rektor, semoga para dosen lebih siap mengahdapinya dng disain pembelajaran terkini

    BalasHapus
  3. Pertanyaan pak rektor relevan utk semua. Sudah berapa karya yg menetas selama angkrem😀

    BalasHapus
  4. Ada pembaharuan dalam pembelajaran mamahasiswa pascasarjana yang berorientasi pada academic writing, sehingga mahasiswa memiliki pengetahuan yang lebih bagus.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.