Ngainun Naim
Orangnya gagah, tinggi besar. Posisinya sebagai PNS dengan jabatan lumayan di usianya yang masih muda. Saya sesungguhnya tidak terlalu akrab. Kenal pun karena ketidaksengajaan. Namun setiap bertemu kami saling menyapa.
Sekian lama tidak bertemu, suatu ketika saya agak terkejut saat berpapasan di Terminal Trenggalek. Badannya menjadi agak kurus. “Saya diet ketat Mas”, katanya. Ia pun bercerita bahwa kini segala sesuatunya diukur. Jumlah nasi dibatasi. Jenis makanan juga diatur sangat ketat.
Saya tidak banyak bertanya tentang program diet yang dia jalankan. Bagi saya, diet itu pilihan hidup. Silahkan saja menjalaninya. Saya tidak diet karena memang tidak gemuk. Jika saya diet bisa semakin kurus saja.
Suatu ketika saya mendapatkan informasi jika kawan tersebut masuk rumah sakit. Saya tidak tahu pasti sakitnya apa. Ada banyak versi yang saya dengar. Setelah itu sembuh dan beraktivitas kembali. Namun tidak lama kemudian beliau sakit lagi. Kabar yang saya dengar kemudian, beliau wafat. Usianya masih cukup muda, sekitar 40-an tahun.
Umur manusia memang takdir Allah. Kita tidak ada yang tahu berapa umur kita. Hal yang paling penting bagi kita adalah berusaha menjalani kehidupan secara baik. Ikhtiar dan ibadah kita lakukan, selebihnya menjadi keputusan Allah.
Kisah kenalan di atas mengingatkan saya kepada tulisan Haidar Bagir tentang menjaga Kesehatan. Lewat buku yang berjudul Agama di Tengah Musibah Perspektif Spiritual (2020), ia menulis bahwa menjaga Kesehatan itu merupakan bentuk akhlak mulia. Kesehatan merupakan anugerah Allah yang wajib untuk disyukuri. Caranya dengan menjaga sebaik-baiknya.
Belakangan muncul kecenderungan orang-orang yang berusaha menjaga kesehatan dengan berlebihan. Haidar Bagir menyebut mereka sebagai orang yang terobsesi (obsessed) dengan menjadikan kesehatan sebagai tujuan. Sikap obsessed dinilai Haidar Bagir sebagai dorongan untuk menjaga kesehatan, namun bukannya untuk mencari kebahagiaan, kenyamanan, produktivitas, atau kreativitas, tapi karena takut: takut sakit, takut mati muda, dan lain sebagainya. Kondisi semacam ini menunjukkan dua hal. Pertama, mengacaukan perspektif dan tujuan. Menjaga Kesehatan itu bukan tujuan, tetapi sarana. Bukan berarti menjaga kesehatan tidak penting. Aspek yang perlu dipahami adalah sikap yang tidak berlebihan dalam menjaga kesehatan sebagaimana mereka yang obsessed. Kedua, semua resep dan nasihat kesehatan harus kita dengarkan, tetapi ilmu kedokteran juga memiliki keterbatasan (18-21). Kebenaran dari ilmu kedokteran tidak bersifat mutlak. Ia terus tumbuh dan berkembang
Oleh karena itu Haidar Bagir menyarakan agar kita tidak perlu ngoyo, tidak perlu terlalu obsessed dalam menjaga tubuh kita. Kita ikuti saja keseimbangan tubuh yang Allah sudah karuniakan kepada kita. Kita ikuti cara-cara yang normal, yang seimbang, yang proporsional, dan juga hidup kita pasrah (23). Olahraga secara normal, makan secara normal, gaya hidup normal. Pokoknya serba normal.
Sikap obsessed dinilai Haidar Bagir tidak hanya keliru dalam hal ingin memelihara kesehatan, tetapi dari sudut pandang agama itu merupakan sikap yang melanggar prinsip paling dasar dari ajaran agama kita, yaitu Islam. Islam artinya pasrah. Berusaha menjaga kesehatan itu wajib, tetapi tidak boleh berlebihan (26).
Resep sehat Haidar Bagir saya kira penting untuk menjadi bahan renungan kita Bersama. Sikap berlebihan dalam hal apa pun itu tidak baik. Menjaga kesehatan itu harus, tetapi dilakukan dalam batas-batas yang wajar. Jika berlebihan justru bukan kesehatan yang kita dapatkan.
Tulungagung, 22-8-2020
Sangat bermanfaat, jaga kesehatan dengan normal saja, tidak berlebihan....
BalasHapusTerima kasih
HapusDiet sebenarnya mengatur pola dan jumlah asupan makanan dan minuman ... terima kasih Pak Naim share ilmunya
BalasHapusSama-sama
HapusMasya Allah pak
BalasHapusSekadar menulis Bu
HapusCocok ini pak dengan saya. Kuncinya lumintu, konsisten, istiqamah Ahirnya saya pakai 5 pola sehat. Pola makan, pola hidup, pola pikir, pola baca dan pola tulis. Tapi tidak "polah polah"😀
BalasHapusHe he he he
HapusMasya'Allah sangat menginspirasi dan membangun... barakallah ustadz
BalasHapusAmin. Terima kasih doanya
HapusSungguh menarik ceritanya, bisa dijadikan bahan pertimbangan agar hidup selalu sehat
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusInspirasi yg bagus. Serba normal tak berlebihan
BalasHapusMenikmati hidup dengan tidak berlebih-lebihan.
BalasHapusSangat menginspirasi...serba pas...
BalasHapusMatur suwun
HapusSerba yang normal-normal saja asal tetap stabil tanpa ada beban mental yang menghantui
BalasHapusMantap. Betul.
HapusMasyaAllah. Hidup ini harus dinikmati, mensyukuri nikmat Allah, bukan menyiksa diri dgn diet berlebihan. Yang normal saja..
BalasHapusBetul sekali, hidup itu harus dibuat rileks. Menjaga tubuh agar tetap sehat dan produktif sesuai dengan kemampuan diri sendiri, bukan karena 'aku ingin seperti dia'. Hehe
BalasHapusSaya menyontoh pola hidup sehat yang Bapak Naim terapkan. Meski sederhana,dari pola makan sudah sangat terlihat bahwa Bapak mwnerapkannya, yakni dengan banyak mengonsumsi sayur, dan melakukan exercises ringan.
BalasHapussetiap orang pengin hidup sehat, tapi kadang pola hidup dan pola pikirnya tidak sehat
BalasHapus