Minggu, 19 Juli 2020

Denys Lombard dan Keseriusan Bekerja


Ngainun Naim


Nama Denys Lombard sudah cukup lama saya ketahui. Sekadar saya ketahui. Bukan berarti saya pernah bertemu dengan beliau. Memangnya siapa saya ini?
Suatu ketika, saat masih mahasiswa S-1, saya membaca Harian Kompas. Isinya tentang Denys Lombard. Di situ diceritakan bagaimana ilmuwan Prancis itu sangat mencintai Indonesia. Beliau bekerja dengan totalitas. Pribadinya disiplin dan menyukai kerja keras.
Setelah membaca Harian Kompas itu, beberapa artikel tentang sejarawan Prancis itu juga sudah pernah saya baca di media lain. Saya sendiri lupa media apa. Kesan saya, Lombard adalah seorang ilmuwan berdedikasi. Ia sangat serius dalam melaksanakan tugasnya. Bukti keseriusannya adalah buku-buku yang telah ditulisnya.
Saya baru memiliki bukunya pada Maret 2020. Tiga jilid dengan judul besar Nusa Jawa. Ya, tiga jilid tebal. Jelas sekali buku ini ditulis dengan kesungguhan.
Saya menjadikan salah satu buku Lombard sebagai buku yang harus saya baca sampai tamat. Alhamdulillah, buku yang baru saja saya selesaikan pembacaannya merupakan Seri-1. Seri-1 ini cukup tebal. Juga sangat kaya data. Saya membaca bagian demi bagian buku ini. Mencermati bagaimana Lombard menyajikan data demi data. Sungguh kerja yang luar biasa.
Fokus buku ini adalah “Pembaratan”. Lewat buku ini saya mengetahui banyak aspek dalam budaya Jawa yang tidak saya ketahui sebelumnya. Sungguh ini merupakan kerja intelektual yang luar biasa.
Bagi saya, buku ini bukan hanya menyajikan pengetahuan yang sangat mendalam. Jujur, sebagai orang Jawa, pengetahuan saya tidak ada apa-apanya di banding Lombard. Buku ini setidaknya menjadi inspirasi bagi saya untuk serius menekuni bidang yang saya tekuni.
Buku dengan ketebalan hampir 400 halaman ini baru tuntas setelah saya baca selama 12 hari. Cukup lama. Bukan persoalan. Ini hanya soal waktu. Sepanjang terus dibaca, sebuah buku pasti akan tamat. Kecuali buku itu dibiarkan teronggok di meja.
Dua jilid lainnya sudah menunggu. Tapi saya belum akan membacanya sekarang. Mungkin di waktu mendatang. Rasanya mblenger juga membaca buku yang sedemikian serius. Tapi suatu waktu juga harus dibaca. Memangnya buat apa memiliki buku kalau tidak dibaca?

Trenggalek, 19 Juli 2020

32 komentar:

  1. Jadi penasaran tentang isi detailnya. Orang luar mempelajari Jawa, justru orang Jawa mulai meninggalkan budayanya.

    BalasHapus
  2. Wah tertarik saya pak. Pernah baca tentang Lombard. Sedikit.

    BalasHapus
  3. Saya penasaran dengan koleksi Buku Jenengan Ustadz, semoga suatu saat saget sowan. Meskipun terbersit dalam hati hawatir mengganggu kesibukan Jenengan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hanya sedikit kok buku di rumah. Monggo kalau mau ke rumah.

      Hapus
  4. Bukunya tebal, qori'nya jg hrs tebal smngt mmbcanya. Luar biaza.....🅰

    BalasHapus
  5. Betul pak. Buat apa memiliki buku kalau tdk dibaca? Hanya sekedar pajangan saja...

    BalasHapus
  6. Saya tersindir...beberapa buku yg saya beli halaman gk sampe ratusan masih teronggok rapi...ampun!

    BalasHapus
  7. Luar biasa org luar mempelajari budaya kita.kita malah diajari lwt bukunya. Menginsporaai

    BalasHapus
  8. Sepakat pak, buku bukan pajangan

    BalasHapus
  9. Luar biasa P Prof.Ngainun..tip baca yang efektif bagaimana Prof..cepat dan selesai..per buku..

    BalasHapus
  10. Keren pak prof. Semangat terus bacanya ...

    BalasHapus
  11. Wah bisa jadi inspirasi nih...

    BalasHapus
  12. keren, belum cerita isinya tapi tulisan ini sudah bikin penasaran banyak orang

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.