Senin, 29 April 2019

Jejak Perjalanan di Bumi Serambi Makah

Oleh Ngainun Naim
 
Dr. KBA dan Dr. Makrus
Tidak pernah terbayangkan jika saya mendapatkan kesempatan berkunjung ke Banda Aceh. Sungguh ini merupakan sebuah kesempatan sangat berharga yang harus saya syukuri. Ada begitu banyak hikmah, ilmu dan pelajaran hidup yang saya peroleh di bumi yang pernah disapu bersih tsunami ini.

Saya datang menghadiri acara pertemuan pengelola jurnal terakreditasi atas undangan Diktis Kemenag. Acara berlangsung dari tanggal 26-28 April 2017 di Hotel Sultan. Lokasi hotel berjarak sekitar 500 meter dari Masjid Agung Baiturrahman.

Kamis pagi tanggal 27 April bersama Mas Fauzan dari Jurnal Madania IAIN Bengkulu, Abdul Qodir Jaelani dari Jurnal Adalah IAIN Raden Intan Lampung, dan Ahmad Fauzan dari Jurnal Kalam IAIN Raden Intan kami jalan kaki ke Masjid Baiturrahman. Jalan kaki sambil olahraga sangat menyenangkan. Di beberapa tempat kami mengambil foto untuk mengabadikan kenangan.
 
Makam Syiah Kuala
Masjid Baiturrahman merupakan masjid yang sangat bersejarah. Masjid yang sekarang sedang direnovasi tersebut menjadi saksi bisu bencana tsunami yang menewaskan ratusan ribu orang tersebut. Bersama kawan-kawan, kami mengelilingi masjid yang sangat megah tersebut. Kami juga masuk ke dalam masjid dan mengamati setiap perniknya.

Setelah puas, kami kembali ke hotel. Acara akan segera dimulai. Berjalan kaki, bersenda gurau dan saling bercerita tentang banyak hal mengakrabkan kami yang sesungguhnya belum pernah bertemu, kecuali dengan Abdul Qodir Jaelani.

Sore hari usai acara saya bersama Fauzan Bengkulu kembali jalan-jalan. Kali ini hanya di sekitar hotel. Kebetulan ada toko oleh-oleh. Saya memanfaatkan kesempatan untuk sekadar membeli makanan khas Aceh.
 
Buku karya Dr. KBA
Acara penutupan berlangsung jam 11 malam. Setelah menyelesaikan urusan administrasi, kami berempat kembali jalan-jalan. Sasarannya adalah merasakan masakan khas Aceh, yaitu sate kambing. Meskipun tidak sempat merasakan minum kopi di kedai yang melegenda, setidaknya saya pernah mencicipi kuliner Aceh.

Malam itu saya teringat seorang kolega yang sangat produktif menulis sekaligus penggagas Acehnologi, Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad (KBA). Saya hubungi dia via WA. Saya kabarkan bahwa saya ada di Aceh dan menginap di Hotel Sultan.

Pagi harinya dia merespon WA saya dan berjanji akan menemui saya. Tepat pukul 08.45 dia datang. Setelah berbasa-basi dia menawarkan saya jalan-jalan sekaligus siap mengantarkan ke bandara. Tentu saja ini merupakan tawaran menarik yang saya terima dengan senang hati.

Setelah check out KBA mengajak saya keliling. Beliau mengajak saya ke kampus Universitas Syiah Kuala, lalu ke UIN Ar-Raniry. Kami turun di Fakultas Syariah untuk berfoto. Kampus UIN yang luas dan megah sedang punya hajat acara PIONIR.

Destinasi selanjutnya adalah berziarah ke makam Syiah Kuala. Ulama besar Aceh tersebut makamnya persis di bibir pantai. Saat bencana tsunami, makam tersebut sama sekali tidak tersentuh. Sungguh ini merupakan keagungan yang tidak terkira.

Di pintu masuk makam kami bertemu Dr Mahrus, Kasi Publikasi yang menggelar acara di Aceh ini. KBA dan Dr. Mahrus kemudian berbincang, sementara saya berdoa di makam ulama besar tersebut. Kesempatan luar biasa semacam ini sungguh sangat menyenangkan.

Acara di Aceh kali ini sungguh sangat mengesankan. Meminjam bahasa KBA, aspek material spiritualnya terpenuhi. Terima kasih tak terkira untuk KBA atas persahabatannya yang tulus.

Bandara Banda Aceh, 28 April 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.