Kamis, 11 April 2019

Aku, Agus dan Jual Susu Keliling

Ngainun Naim
 
Gambar yang tidak mendukung cerita he he he
Kuliah S-1 di IAIN Sunan Ampel Surabaya adalah keputusan nekat dalam hidupku. Ekonomi keluargaku sedang di titik nadir. Ada 4 orang adik yang semuanya sekolah. Bapak yang guru MI memiliki penghasilan terbatas. Aku sudah membayangkan beratnya kuliah yang harus aku jalani.

Sulitnya ekonomi membuatku kuliah dengan segala keterbatasan. Aku benar-benar tirakat. Kehidupan terasa begitu sulit. Berbagai upaya mendapatkan penghasilan tambahan aku usahakan. Hasilnya jauh dari harapan.

Jualan koran pernah kulakoni walau tidak bertahan lama. Mengajar TPQ juga kujalani. Satu lagi yang tak akan kulupa seumur hidup: jualan susu segar.

Suatu saat Agus Saroni--teman sekelas--menawariku jualan susu segar. Dia memberikan gambaran kerjanya. Setelah mempertimbangkan segala sesuatunya, aku menambah profesiku: bakul susu sapi segar.

Agus Saroni adalah mentorku jualan susu. Tanpa dia, aku tidak akan merasakan dinamika hidup yang penuh perjuangan. Bangun jam tiga pagi, pergi antri susu ke peternak menjelang subuh, salat subuh, lalu berjuang menjajakan susu dari rumah ke rumah.

Resiko jualan susu adalah kuliah telat di jam pertama. Jika susu belum habis, aku terus berjuang menjajakannya. Resikonya, jam pertama acapkali tidak masuk.

Apakah tidak malu? Dalam kondisi terdesak, malu harus menyingkir. Aku masih punya cita-cita menjadi sarjana meskipun rasanya jalannya sangat berat. Sungguh berat.

Kadang putus asa. Tapi kucoba terus bertahan.

Unik memang. Jualan susu kami lakukan berdua. Gantian menawarkan.

Sesungguhnya aku tidak memiliki bakat dalam bidang pemasaran. Bahkan mungkin sampai hari ini. Tapi saat itu, tidak ada pilihan lagi. Sementara hidup harus terus berjalan dan mimpi masih ingin kugapai.

Aku tidak bertahan lama berjualan. Agus lebih tangguh. Dia terus menjalaninya hingga saat aku terlempar dari kompetisi hidup di kampus yang kini super megah itu. Aku tidak tahu bagaimana kisah Agus selanjutnya.

Aku kembali ke kampung halaman karena ekonomi keluarga benar-benar tidak mendukung. Tidak ada pilihan lagi. Namun demikian aku masih berkomunikasi dengan kawan-kawan kuliahku. Salah satunya adalah Ahmad Muthi' Jailani. Ia benar-benar teman yang telah bertransformasi menjadi saudara.

Bapak memintaku kuliah di Tulungagung. Kuliahku di IAIN Sunan Ampel Surabaya terputus. Namun aku masih ingin menjadi sarjana, meskipun godaan menjadi TKI datang bertubi-tubi. Melihat ekonomi keluarga, aku sudah daftar menjadi TKI ke Brunei Darussalam. Beruntung aku tidak punya modal untuk berangkat. Usaha meminjam gagal total. Dan itu yang kusyukuri. Seandainya punya, aku kini tidak menjadi dosen he he he.  Kini, puluhan tahun setelah kisah itu, aku sungguh bersyukur. Sungguh aku tidak menduga jika jalan hidupku seperti sekarang ini. 

25 komentar:

  1. Sungguh perjuangan yang hebat. Bukti nyata bahwa proses tidak akan pernah membohongi hasil. Good Jobs tadz. Barakallah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Bu. Sekadar mengabadikan kenangan perjalanan hidup.

      Hapus
  2. Luar biasa Pak...hidup adalah apa yang Anda pikirkan he he Bpk sudah membuktikan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah berkenan membaca dan memberikan komentar. Salam.

      Hapus
  3. Catatan penting bukti kita sudah mengukir sejarah hidup kita

    BalasHapus
  4. Pernah merasakan seperti njenengan juga pak. Merelakan kampus yg di Surabaya dan berjuang lagi untuk masuk di kampus yg sekarang :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setiap orang memiliki perjalanan hidup yang unik. Saya mensyukurinya.

      Hapus
  5. Subhanalloh sungguh luar biasa sang kholiq menjalankan lakon hidup hambanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih berkenan mengunjungi blog sederhana ini.

      Hapus
  6. Inspiratif..semangat pa ngainun..💪💪👍👍😇😇

    BalasHapus
  7. Sangat menginspirasi bapak... terimakasih

    BalasHapus
  8. Selayang pandang kisah panjenengan ini sangat inspiratif pak... Jerih payah yang sekarang terbayar sudah... Alhamdulillah...

    BalasHapus
  9. Saya selalu mengikuti tulisan2 bapak yang sangat inspiratif, jalan hidup pak Ngainun hampir sama dengan saya, cuma belum tersusun menjadi tulisan

    BalasHapus
  10. Satu yg paling hebat yg dimiliki pak Ngainum ialah "tangguh". Beliau mampu survive dgn itu, jika tidsk, beliau sudah senior TKI Malaysia.

    BalasHapus
  11. Kehidupan yang luar biasa dan perjuangan yang keren Pak

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.