Jumat, 26 Oktober 2018

Silaturrahim ke Bukit Dinamika Umat




Ngainun Naim


Saya suka silaturrahim. Setiap ada kesempatan berkunjung ke sebuah tempat, biasanya saya menghubungi kolega yang tinggal di tempat itu. Bisa kolega yang sudah pernah bertatap muka maupun yang berinteraksi di dunia maya.
Bertemu, berdiskusi, dan berbagi cerita adalah anugerah hidup yang sungguh luar biasa. Saya selalu menikmati pertemuan-pertemuan semacam ini. Rasanya sungguh bahagia bisa bersua kolega. Saya merasa mendapatkan banyak hal dalam perbincangan yang akrab.


Hari rabo 24 Oktober 2018 saya sedang ada tugas di Bogor. Saya teringat kolega yang aktif berkomunikasi di facebook. Beberapa kali kami saling memberi komentar terhadap status di facebook, juga komunikasi via inbox. Saya juga pernah mengirimi buku karya saya, Proses Kreatif Penulisan Akademik. Beliau lalu membalas mengirimi buku yang diadaptasi dari disertasi beliau. Beliau adalah Dr. H. Hasan Basri Tanjung, MA.
Saya inbox beliau dan meminta nomor WA. Tidak seberapa lama beliau membalas. Saya sampaikan bahwa jika memungkinkan, saat istirahat saya ingin silaturrahim ke lembaga pendidikan yang beliau kelola, yaitu SD dan SMP IT Dinamika Umat. 


Tidak butuh waktu lama. Inbox saya segera dibalas. Beliau menyambut dengan tangan terbuka. Komunikasi berikutnya berpindah ke jalur WA.
Acara yang saya ikuti jeda jam 11.00. Segera saya pesan Grab. Dilihat dari Google Map, sesungguhnya lokasi Bukit Dinamika Umat tempat Dr. Hasan Basri Tanjung cukup jauh. Tapi niat saya sudah bulat. Saya ingin mendapatkan berkah silaturrahmi. Saya ingin tahu Bukit Dinamika Umat yang mendidik anak-anak dengan penuh totalitas. Lembaga ini, sejauh yang saya amati, memiliki keunikan. Salah satunya adalah lembaga ini membangun karakter anak didik secara serius. Bayangkan, sebuah lembaga pendidikan tanpa petugas kebersihan. Jadi kebersihan adalah tanggung jawab bersama.

Secara umum perjalanan berlangsung lancar. Kami hanya bertanya saat masuk ke lokasi. Selebihnya tidak ada masalah.
Saat sampai di lokasi, pintu gerbang ditutup. Rupanya sedang shalat dhuhur berjamaah. Saat saya mulai mencari nomor telpon Dr. Hasan Basri Tanjung, seorang ibu yang ada di lokasi menyapa.
“Bapak temannya Ustad Tanjung ya", tanyanya.
"Iya Bu", jawab saya.
"Ditunggu ya Pak. Masih shalat jamaah".
"Iya Bu".
Tidak sampai 5 menit, Dr. Hasan Basri Tanjung muncul justru dari arah kedatangan saya. Rupanya beliau dari rumah. Kami pun bersalaman. Dr. Hasan Basri lalu mengajak saya masuk ke dalam.

Anak-anak rupanya sudah selesai shalat jamaah. Beberapa anak berhamburan ke arah kami. Mereka bersalaman. Ini yang membuat saya kagum. Setiap bertemu anak-anak, Dr. Hasan Basri Tanjung menyapa, menyebut namanya, menyalami mereka. Sungguh sebuah keakraban dalam makna yang sesunggugnya. Beliau hafal semua nama santrinya yang hampir 400 orang.
Ini model pendidikan yang saya kira sangat penting. Keakraban terbangun antara guru dan siswa. Keakraban semacam ini yang saya kira memiliki peranan besar dalam membentuk karakter siswa sekaligus menanamkan relasi yang kuat antara guru dan siswa. 

Ratusan anak bersalaman dengan kami. Mereka berbaris secara rapi. Saya merasakan sebuah pengalaman yang tak terlukiskan. Ada keakraban, kedekatan, dan kesatupaduan yang terangkai menjadi satu.
Beliau dan puteranya yang sedang bersiap studi ke Mesir, Ustad Ihza, mengajak saya berkeliling Kampus Dinamika Umat. Satu demi satu beliau jelaskan fungsi gedung, kisah pembangunannya, dan hal ikhwal pembangunannya. Di perjalanan keliling ini, setiap bertemu anak-anak, Dr. Hasan Basri Tanjung menyapa dan memberikan nasehat.

Kampus Bukit Dinamika Umat sungguh asri. Lokasinya memang perbukitan. Bersih dan sangat cocok untuk tempat pendidikan.
Rupanya perjalanan mengarah ke saung. Di situ kami disambut oleh istri Dr. Hasan Basri Tanjung. Beliau menyambut kami. Di saung sudah disediakan menu makan siang. Sungguh sebuah keberkahan yang tidak terkira.

Bertiga—saya, Dr. Tanjung dan Ustad Ihza—makan bersama. Wuih, nikmatnya tidak terkira. Diiringi perbincangan, kami menikmati makan siang yang tersaji.
Usai makan, kami masih melanjutkan perbincangan. Sesaat kemudian datang kakak Dr. Hasan Basri Tanjung. Beliau memperkenalkan kepada saya dan bercerita bahwa kakak beliau inilah yang sehari-hari tinggal dan mengurusi Bukit Dinamika Umat. Kami pun kemudian berbincang tentang banyak hal. Juga tentu saja saling mendoakan.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 13.00. Saya pun pamit. Dr. Hasan Basri Tanjung mengantarkan saya. Sebelum pulang, beliau memberikan saya salah satu buku karya beliau. Saya pun kebetulan membawa satu buku karya mahasiswa KKN. Saya jadikan buku itu sebagai ganti. Saling tukar buku.
Usai berfoto di Kantor Yayasan Dinamika Umat, saya diantar ke pintu gerbang menuju jalan raya Parung. Saya pesan Grab dan Dr. Tanjung masih dengan hangat menemani saya sampai Grab datang. Sungguh sebuah silaturrahim yang sangat bermakna. Terima kasih Dr. Tanjung atas sambutan hangatnya. Semoga persahabatan ini selalu memberikan kebajikan. Amin.

Bogor, 26 Oktober 2018.

2 komentar:

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.