Selasa, 05 April 2016

SUCCESS STORY



Oleh Ngainun Naim

Jalan pagi di hari kedua reuni

Mohon maaf sebelumnya, catatan sederhana ini tidak berbahasa Inggris. Judulnya saja yang Inggris. Ya, biar agak sedikit keren he he he.

Kata success story beberapa kali saya dengar disampaikan oleh Pak Jamal saat reuni tanggal 25-26 Maret di Batu. Saya kira, kata ini menjadi kata kunci penting yang harus terus disosialisasikan secara lebih luas. Melalui cara ini, Program Pidra yang pernah berlangsung dari tahun 2001-2009 akan menorehkan sejarah penting dalam konteks pemberdayaan masyarakat.

Sabtu pagi 26 Maret 2016 menandai kelanjutan kisah reuni setelah malamnya para peserta larut dalam kebersamaan. Pidra menjadi memori kolektif yang mempersatukan dan mempertemukan para sahabat yang kini terpencar dalam banyak lini kehidupan. Dan, semua berharap agar Pidra bisa berlanjut. Salah satu modalnya adalah success story.
Sarapan


Sarapan pagi menjadi media diskusi yang lebih intensif. Beberapa teman, karena satu dan lain hal, sudah meninggalkan hotel. Tapi ada juga yang baru datang menyusul. Salah satunya adalah Mbak Lulu Wardhani. 

Foto bersama

Usai sarapan, seluruh peserta dikondisikan memakai kaos Iket Sinambung Pidra. Terasa sekali kita semua satu dalam kebersamaan. Apalagi kemudian kebersamaan ini diabadikan dengan foto bersama di samping kolam renang. Sungguh sebuah momentum yang sangat berharga. Tentu, reuni yang bisa terselenggara kemarin sudah merupakan success story tersendiri. Tidak terbayangkan jika program yang sudah usai tujuh tahun lalu masih memberikan ikatan kuat. 

Pada titik inilah harus kita berikan apresiasi kepada para penggerak reuni yang bekerja sangat luar biasa. Semangat memberdayakan masyarakat lewat Pidra terungkat secara jelas dalam sesi diskusi yang dipandu Cak Solekhan. Koordinator LSM Pidra Blitar periode pertama tersebut sekarang jauh lebih gemuk. Dulu masih langsing. "Sekarang langsung", katanya dengan terbahak.

Menyimak gaya Cak Sholekan memfasilitasi, angan melayang ke tahun 2001 saat pertama kali berjumpa beliau. Tidak banyak yang berubah pada beliau, selain semakin matang ilmu dan pengalamannya. Di tangannya, diskusi berlangsung begitu bergairah. Ada banyak kesepakatan yang berhasil dibuat, di antaranya tentang rencana reuni selanjutnya di Trenggalek. Soal berapa tahun sekali diadakan reuni, sempat terjadi perdebatan yang hangat. Ada yang usul setahun sekali. Pak Budi Lumajang kurang sepakat karena menurut beliau terlalu cepat. Tetapi juga jangan lima tahun sekali. "Nanti populasi kita sudah berkurang", kata Pak Budi.

Kesepakatan untuk melakukan reuni dua tahun sekali gagal disepakati. Atas masukan Pak Jamal, reuni dilaksanakan setahun sekali. Opsi lokasi yang dipilih adalah Trenggalek. Sunaryo yang menjadi Koordinator Pidra Trenggalek pun menyatakan siap menjadi penyelenggara reuni tahun 2017. Dia usul agar reuni dilaksanakan di bulan april atau mei. "Saat itu duren sedang musim panen", kata Sunaryo. Peserta pun mengiyakan dengan penuh semangat. 

Tampaknya kuliner menjadi salah satu daya tarik reuni di Trenggalek. Lodo Ayam Pak Yusuf menjadi tempat kuliner yang diposting berkali-kali. Dan itu membuat teman-teman yang belum pernah mengunjungi menjadi terdorong untuk mencoba mencicipi. Success story yang dimiliki oleh masing-masing kelompok di setiap kabupaten seyogyanya ditulis dan dikumpulkan menjadi satu buku tersendiri. Saya membayangkan jika ini bisa terwujud, Pidra memiliki daya tawar untuk direplikasi. Semoga ke depan cita-cita dan kesepakatan yang dirumuskan di Batu bisa terwujud. Amin.

4 komentar:

  1. Balasan
    1. Terima kasih Mas Khaliq atas kunjungan dan komentarnya.

      Hapus
  2. Kebersamaan memang sangat indah dan menyenangkan, apalagi dibarengi reuni. Tentu akan menambah suasana membahagiakan.

    BalasHapus
  3. Kebersamaan memang sangat indah dan menyenangkan, apalagi dibarengi reuni. Tentu akan menambah suasana membahagiakan.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.