Oleh Ngainun Naim
Tiba-tiba saya
ingin membuat catatan dengan tema berbeda, yaitu kuliner. Sekali-kali rasanya
penting juga membuat tulisan tentang kuliner, walaupun saya bukan orang yang
hobi wisata kuliner. Buktinya ya badan saya yang kurus sejak dulu sampai kini
he he he ...
Hari kamis tanggal
7 Agustus kemarin saya berangkat ke kantor lebih pagi. Berdasarkan kesepakatan
sehari sebelumnya, agenda hari kamis teman-teman kantor adalah survey lokasi
KKN sekaligus bertemu Pak Camat. Karena berangkat pagi sekali, otomatis sarapan
di rumah belum siap. Agenda utama sebelum sampai kantor adalah mencari sarapan.
Pikiran terus
mencari-cari tempat sarapan yang tepat saat saya turun dari bus dan mengendarai
sepeda menuju kantor. Setelah mempertimbangkan secara singkat pilihan saya
jatuh ke nasi pecel.
Nasi pecel
merupakan nasi dengan sambal kacang pedas plus sayur dan gorengan tempe serta
'ento-ento'. Saya tidak bisa mendefinisikan secara baik tentang apa itu
'ento-ento'. Pokoknya gorengan dari tepung bentuknya bulat. Jika Anda mencari
sarapan di Tulungagung maka mayoritas warung menyajikan nasi pecel. Sekarang
nasi pecel bahkan juga laris manis di malam hari. Kuliner di malam hari juga
didominasi oleh menu nasi pecel.
Nasi pecel khas Tulungagung |
Warung pecel yang
saya pilih terletak seratus meter utara Perempatan Bus Ngguling Jepun
Tulungagung. Warung sederhana timur jalan ini saya pilih karena lokasinya
searah ke kantor. Selain itu rasanya juga lumayan nikmat. Nasi pecel sepiring
plus air kemasan segelas cukup lima ribu rupiah.
Usai sarapan saya
meluncur ke kantor. Setelah semua urusan selesai, saya bersama tiga rekan
sekantor meluncur ke Kecamatan Bendungan Trenggalek. Perjalanan Tulungagung
menuju Trenggalek lumayan lancar. Jalan raya beraspal mulus dan tidak terlalu
padat membuat perjalanan berlangsung lancar. Perjalanan menjadi penuh
ketegangan saat kendaraan mulai berbelok ke arah Kecamatan Bendungan.
Kecamatan
Bendungan terletak di utara Kota Trenggalek. Semua desa yang masuk wilayah ini
berada di pegunungan. Jalan menuju kantor kecamatan sesungguhnya cukup bagus,
tetapi karena sempit, penuh tanjakan dan kelokan tajam, seluruh teman dalam
mobil sering menghela nafas. Beberapa kali kendaraan harus berjuang keras
karena gigi dua pun tidak sanggup.
Sampai di kecamatan
terasa sangat lega. Dua rekan anggota tim yang kebetulan perempuan terlihat
pusing. Beratnya perjalanan membuat keduanya harus istirahat sejenak sebelum
menuju kantor kecamatan.
Kami harus
menunggu beberapa saat karena pak camat sedang rapat. Pegawai kecamatan dengan
ramah menyambut kami dan menyuguhkan minuman khas, yaitu susu sapi. Teman-teman
awalnya enggan mencicipi, tetapi setelah saya sampaikan bahwa susu yang
disajikan sangat nikmat, teman-teman pun mencobanya. Dan mereka pun setuju
dengan apa yang saya sampaikan. "Susu itu obat awet muda", kata pak
camat sesaat kemudian. Rupanya beliau meninggalkan rapat untuk menemui kami.
Sesuai dengan
tujuan awal, pak camat sangat senang dengan rencana KKN di lokasi yang beliau
pimpin. Kami pun kemudian terlibat diskusi serius. Saat menjelaskan peta
wilayah, pak camat sampai mengambil peta dari ruangan lain.
Satu jam lebih
kami diskusi. Saat pulang kami makan siang di Warung Mak Tumirah yang
menyediakan menu khas Bendungan, yaitu Nasi Gegok. Nasi Gegok adalah nasi putih
diberi tambahan ikan teri, sambal, dan serondeng yang di bungkus dauh pisang.
Sebelum disajikan, nasi dikukus dan dipanaskan. Saat kami nikmati, nasi ini
sangat enak. Dengan lauk tempe dan tahu panas, nasi gegok pun segera lenyap
dari hadapan kami.
Warung nasi gegok Mbok Tumiran di Desa Srabah Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek |
Perjalanan masih
jauh. Jam 15.00 kami sampai kantor. Itu artinya kami masih harus menunggu sejam
lagi karena jam pulang adalah jam 16.00.
Magrib
berkumandang saat saya sampai di rumah. Usai magrib istri menawarkan nasi
bungkus. Saat saya tanya isinya apa, dia jawab nasi pecel. Berarti menuku hari
kamis adalah; Dari nasi pecel, lalu nasi gegok, dan diakhiri nasi pecel lagi. Mengakhiri
catatan ini, saya ingin meminjam istilah Cak Lontong, "Salam Pecel".
Trenggalek,
7-8 Agustus 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.