Oleh
Ngainun
Naim
Saya belum menjadi penulis yang baik. Lebih tepatnya saya menyebut diri
saya sebagai orang yang belajar untuk menjadi penulis yang baik. Banyak tulisan
yang saya jadikan sebagai sarana belajar. Melalui berbagai tulisan yang ada,
baik bentuk buku, artikel di koran, tulisan di facebook, tulisan di blog
Kompasiana, dan berbagai media yang lainnya, saya terus berusaha meningkatkan
pengetahuan saya tentang dunia menulis.
Mohon maaf jika tulisan yang saya buat masih jauh dari kata baik. Beberapa
orang memberikan kritik terhadap tulisan ringan yang saya buat nyaris tiap
hari. Tidak apa-apa. Saya justru senang menerima kritikan semacam itu. Melalui
kritikan semacam itu, saya berusaha untuk memperbaikinya. Tetapi ada juga
kritik yang saya abaikan karena isinya bukan kritik, tetapi cacian.
Saya sadar orang itu memang bermacam-macam. Kesadaran semacam inilah yang
saya gunakan sebagai dasar untuk terbuka terhadap berbagai macam kritik yang
datang.
Berkali-kali saya mendapatkan pertanyaan tentang bagaimana cara menulis
yang baik. Menulis yang baik, menurut saya, membutuhkan satu syarat yang sangat
mendasar yaitu rajin membaca. Semakin banyak membaca maka seseorang akan
semakin banyak perbendaharaan wawasan dan pengetahuannya yang kemudian dapat
dijadikan sebagai modal untuk menulis. Mustahil seseorang mampu menulis secara
baik jika tidak pernah membaca. Sebenarnya bisa saja ia menulis, tetapi
kualitas tulisannya pasti akan berbeda dengan mereka yang memiliki kekayaan
khazanah pengetahuan yang diperolehnya melalui membaca.
Penulis cerita fiksi juga membutuhkan bacaan yang kuat. Semakin banyak
membaca tulisan jenis fiksi maka akan semakin banyak modal untuk memperkaya
cerita yang dibuat. Saya yakin bahwa semua penulis dari aliran apa pun adalah
para pembaca yang kuat.
Jadi, jika ingin menulis yang baik maka kunci utamanya adalah dengan rajin
membaca. Bagaimana menurut Anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.