Oleh
Ngainun
Naim
Pulau Lombok merupakan pulau eksotik. Ada begitu banyak tempat wisata yang menjanjikan.
Setelah Bali, kini Lombok menjadi tujuan wisata yang semakin banyak dikunjungi
oleh wisatawan mancanegara. ”Bali sudah terlalu penuh dan kurang nyaman”, kata seorang
teman. Wajar jika kini banyak wisatawan yang memilih Lombok. Selain letaknya
yang persis di timur Bali, alamnya juga relatif masih natural.
Merupakan sebuah anugerah bagiku karena untuk kedua kalinya berkesempatan
kembali menginjakkan kaki di pulau yang dikenal dengan sebutan ”Pulau Seribu
Masjid” ini. Pertama kali aku ke pulau ini tahun 2007. Aku sebut anugerah
karena keberangkatan ini atas biaya dari kampus tempatku bekerja. Tujuan
utamanya adalah mendampingi Direktur Pascasarjana IAIN Tulungagung, Prof. Dr.
Achmad Patoni yang diundang sebagai peserta seminar Internasional sekaligus
pertemuan rutin Forum Direktur Pascasarjana. Pada seminar ini, aku mendapatkan
banyak ilmu dari para pakar, di antaranya Prof. Dr. Azyumardi Azra, Prof. Dr.
Abdurrahman Mas’ud, Prof. Dr. M. Ridlwan Nasir, Dr. Muhammad Zain, dan beberapa
narasumber lainnya.
Aku berencana membuat catatan atas informasi dari para pakar tersebut,
tetapi tidak sekarang. Sekarang, saat
catatan ini kubuat, aku sedang berada di Ruang Tunggu Bandara Mataram. Kondisi tidak
memungkinkan membuat sebuah catatan serius. Catatan ini berkisah tentang
pengalamanku mengelilingi pulau ini.
Malam hari setelah pembukaan, kami berenam (seluruh rombongan dari
Tulungagung sebanyak 6 orang) diajak ke Pantai Senggigi oleh Drs. Lukman Hakim,
M.Pd., Dosen IAIN Mataram asal Tulungagung. Pak Lukman berperan layaknya
seorang pemandu wisata yang profesional. Pengalaman tinggal selama 17 tahun di
Mataram membuat beliau mengenal setiap detail tempat dan konteks sosial budaya
tempat-tempat yang malam itu kami lewati. Sekitar jam 23.00, kami berhenti di
pinggir pantai sambil menikmati jagung bakar. Rasanya nikmat sekali.
Esoknya setelah seminar, Dr. Abdul Haris, M.Ag yang juga dosen IAIN Mataram
mengajakku jalan-jalan. Tentu saja aku menyambut dengan gembira. Sore itu,
setelah mampir ke rumahnya, dengan sepeda motor kami menyusuri pinggir pantai. Perjalanan
berlangsung santai dan diiringi dengan bincang-bincang sepanjang perjalanan. Tanpa
terasa, perjalanan ini menempuh berpuluh-puluh kilo. Berdasarkan ingatanku,
kami mulai dari Kota Mataram, kemudian masuk Kabupaten Lombok Barat, terus
menyusuri pinggir pantai sampai masuk Kabupaten Lombok Utara. Jalan memutar
mengantarkan kami kembali sampai Lombok Barat lalu menuju Mataram.
Aku tidak tahu persis berapa kilo yang kami tempuh. Melihat tiga kabupaten
yang kami lalui, tentu bisa dibayangkan bagaimana jauhnya perjalanan. Kami berangkat
pukul 16.00 dan sampai kembali ke Hotel Lombok Raya tempatku menginap sudah jam
23.00 malam. Tentu sangat capek, tetapi menyenangkan.
Bagiku, perjalanan bersama Mas Abdul Haris merupakan kesempatan yang sangat
berharga. Jika tidak ada tawaran dari beliau, belum tentu aku berkesempatan
mengenal wilayah-wilayah pedalaman Pulau Lombok. Berbagai keunikan dan eksotisme
wilayah menjadikan semakin kagum akan kekayaan khazanah Indonesia.
Semoga saja suatu ketika aku mendapatkan kesempatan lagi untuk mengunjungi
pulau ini. Pulau yang indah dengan segenap kekayaannya. Salam.
Bandara Internasional Mataram, 13 Mei 2014
Ngainun Naim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.