Selasa, 13 Mei 2014

Menyusuri Pulau Seribu Masjid



Oleh Ngainun Naim

Pulau Lombok merupakan pulau eksotik. Ada begitu banyak tempat wisata yang menjanjikan. Setelah Bali, kini Lombok menjadi tujuan wisata yang semakin banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara. ”Bali sudah terlalu penuh dan kurang nyaman”, kata seorang teman. Wajar jika kini banyak wisatawan yang memilih Lombok. Selain letaknya yang persis di timur Bali, alamnya juga relatif masih natural.
Merupakan sebuah anugerah bagiku karena untuk kedua kalinya berkesempatan kembali menginjakkan kaki di pulau yang dikenal dengan sebutan ”Pulau Seribu Masjid” ini. Pertama kali aku ke pulau ini tahun 2007. Aku sebut anugerah karena keberangkatan ini atas biaya dari kampus tempatku bekerja. Tujuan utamanya adalah mendampingi Direktur Pascasarjana IAIN Tulungagung, Prof. Dr. Achmad Patoni yang diundang sebagai peserta seminar Internasional sekaligus pertemuan rutin Forum Direktur Pascasarjana. Pada seminar ini, aku mendapatkan banyak ilmu dari para pakar, di antaranya Prof. Dr. Azyumardi Azra, Prof. Dr. Abdurrahman Mas’ud, Prof. Dr. M. Ridlwan Nasir, Dr. Muhammad Zain, dan beberapa narasumber lainnya.
Aku berencana membuat catatan atas informasi dari para pakar tersebut, tetapi tidak sekarang.  Sekarang, saat catatan ini kubuat, aku sedang berada di Ruang Tunggu Bandara Mataram. Kondisi tidak memungkinkan membuat sebuah catatan serius. Catatan ini berkisah tentang pengalamanku mengelilingi pulau ini.
Malam hari setelah pembukaan, kami berenam (seluruh rombongan dari Tulungagung sebanyak 6 orang) diajak ke Pantai Senggigi oleh Drs. Lukman Hakim, M.Pd., Dosen IAIN Mataram asal Tulungagung. Pak Lukman berperan layaknya seorang pemandu wisata yang profesional. Pengalaman tinggal selama 17 tahun di Mataram membuat beliau mengenal setiap detail tempat dan konteks sosial budaya tempat-tempat yang malam itu kami lewati. Sekitar jam 23.00, kami berhenti di pinggir pantai sambil menikmati jagung bakar. Rasanya nikmat sekali.
Esoknya setelah seminar, Dr. Abdul Haris, M.Ag yang juga dosen IAIN Mataram mengajakku jalan-jalan. Tentu saja aku menyambut dengan gembira. Sore itu, setelah mampir ke rumahnya, dengan sepeda motor kami menyusuri pinggir pantai. Perjalanan berlangsung santai dan diiringi dengan bincang-bincang sepanjang perjalanan. Tanpa terasa, perjalanan ini menempuh berpuluh-puluh kilo. Berdasarkan ingatanku, kami mulai dari Kota Mataram, kemudian masuk Kabupaten Lombok Barat, terus menyusuri pinggir pantai sampai masuk Kabupaten Lombok Utara. Jalan memutar mengantarkan kami kembali sampai Lombok Barat lalu menuju Mataram.
Aku tidak tahu persis berapa kilo yang kami tempuh. Melihat tiga kabupaten yang kami lalui, tentu bisa dibayangkan bagaimana jauhnya perjalanan. Kami berangkat pukul 16.00 dan sampai kembali ke Hotel Lombok Raya tempatku menginap sudah jam 23.00 malam. Tentu sangat capek, tetapi menyenangkan.
Bagiku, perjalanan bersama Mas Abdul Haris merupakan kesempatan yang sangat berharga. Jika tidak ada tawaran dari beliau, belum tentu aku berkesempatan mengenal wilayah-wilayah pedalaman Pulau Lombok. Berbagai keunikan dan eksotisme wilayah menjadikan semakin kagum akan kekayaan khazanah Indonesia.
Semoga saja suatu ketika aku mendapatkan kesempatan lagi untuk mengunjungi pulau ini. Pulau yang indah dengan segenap kekayaannya. Salam.

Bandara Internasional Mataram, 13 Mei 2014
Ngainun Naim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.