Oleh
Ngainun
Naim
Hari Rabo tanggal 14 Mei
2014 aku diminta memberikan orasi ilmiah dalam rangka wisuda SMK Baitul Atieq
Berbek Nganjuk. Pada kesempatan ini, aku
diminta berbicara tentang sebuah tema yang intinya adalah menciptakan generasi
berkarakter, kompeten, dan kompetitif. Ketiga kata ini aku sederhanakan menjadi
mutu. Tentu, dengan penjelasan yang
memadai.
Pada bagian awal aku ucapkan selamat kepada seluruh keluarga SMK Baitul
Atieq yang hari itu melaksanakan wisuda. Acara tersebut sangat bermakna sebagai
penanda penting bagi perjalanan kehidupan para lulusan selanjutnya.
Selanjutnya aku sampaikan bahwa lulusan SMK memiliki banyak peluang untuk
memasuki kehidupan yang kian kompetitif. Modal pendidikan yang mereka peroleh
dapat menjadi titik pijak untuk berkiprah di masyarakat. Beberapa pilihan bagi
lulusan, di antaranya; melanjutkan kuliah, bekerja, membuka usaha, dan mengabdi
di pesantren.
Aku menegaskan kepada para hadirin tentang pentingnya karakter. Mengutip
pendapat Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. aku sampaikan bahwa kekuatan terbesar
yang dimiliki oleh lembaga pendidikan Islam adalah KARAKTER. Jika sampai
aspek ini hilang maka lembaga pendidikan Islam akan kehilangan peran yang
penting dalam kehidupan. Pernyataan ini menunjukkan bahwa karakter merupakan
nilai lebih yang harus terus dirawat dan ditumbuhkembangkan secara kuat di
lembaga pendidikan Islam, termasuk SMK Baitul Atieq.
Selanjutnya aku menguraikan mengenai signifikansi karakter. Pada bagian
penjelasan yang ditayangkan melalui LCD aku tuliskan kutipan sebuah pendapat
yang—menurutku—cukup menarik.
”Orang cerdas kerap hanya menjadi pelayan bagi mereka yang memiliki
gagasan, dan orang-orang yang memiliki gagasan besar melayani mereka yang
memiliki karakter sangat kuat, sementara orang yang memiliki karakter kuat
melayani mereka yang berhimpun pada diri mereka karakter yang sangat kuat,
visi yang besar, gagasan-gagasan yang cemerlang, dan pijakan ideologi yang
kukuh”.
Pembangunan karakter tidak bisa hanya dibebankan kepada sekolah. Merupakan
hal yang sia-sia ketika di
sekolah dibangun karakter yang baik, sementara orang tua peserta didik selaku pemangku
kepentingan tidak mampu memberikan keteladanan kepada anaknya masing-masing. Membangun
karakter menjadi tanggung jawab seluruh baik, baik sekolah, orang tua maupun
masyarakat secara keseluruhan.
Aspek
yang juga aku uraikan adalah tentang bagaimana lulusan SMK Baitul Atieq menjadi
bagian tidak terpisah dari masyarakat. Jangan sampai lulusan nantinya justru menjadi beban masyarakat. Aku memberikan
kutipan penting dari buku Heri Gunawan, Pendidikan Karakter, Konsep dan
Implementasi (Bandung: Alfabeta, 2012), yang menyatakan bahwa, ”Banyak
guru, dokter, hakim, insinyur, banyak orang yang bukunya satu gudang dan
diplomanya segulung besar, tiba dalam masyarakat menjadi ”mati”, sebab dia
bukan orang masyarakat. Hidupnya hanya mementingkan dirinya, diplomanya hanya
untuk mencari harta, hatinya sudah seperti batu, tidak mempunyai cita-cita lain
daripada kesenangan dirinya. Pribadinya tidak kuat. Dia bergerak bukan karena
dorongan jiwa dan akal. Kepandaiannya yang banyak itu kerap kali menimbulkan
takutnya. Bukan menimbulkan keberaniannya memasuki lapangan hidup”.
Pada bagian akhir aku memberikan beberapa penjelasan
mengenai pentingnya sebuah sekolah yang bermutu, di antaranya:
Jaminan mutu setiap produk
Terukur
Berbasis perubahan perilaku siswa
Dibutuhkan setiap anak
Diinginkan setiap orang tua yang baik
Esensi dari program dan bidang pengajaran
Dijadikan ukuran
sukses kepala sekolah
Hanya hal sederhana ini yang aku sampaikan. Semoga bisa memberikan manfaat,
termasuk kepada teman-teman yang membaca catatan ini. Salam.
Tulungagung, 16 Mei 2014
Ngainun Naim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.